Share

Bab 6

Author: ShenShen
last update Last Updated: 2025-08-17 14:08:23

Eric mengangguk sambil tersenyum, membuat adiknya kembali terbelalak.

“Tuan, apa kami harus menguburnya atau membuangnya ke laut?”

Eric menatap koper besar itu dengan rahang mengeras. "Tidak," jawabnya kemudian. 

Orang-orang diam menunggunya melanjutkan ucapan. Sedangkan Elise sedikit lega karena Eric tidak berniat membunuh sang paman. 

Sungguh, Elise tidak mengkhawatirkan Jim sama sekali, bahkan ia sepakat jika hidupnya pasti akan lebih baik jika sang paman mati. Tapi Elise tidak ingin Eric menjadi pembunuh, terlebih jika di kemudian hari hal itu mendatangkan masalah besar untuk kakaknya.

"Si berengsek ini tidak boleh mati dulu. Kesakitan yang ia rasakan masih belum setimpal! Sekarang, bawa koper ini turun. Keluarkan ia dari koper, tapi biarkan terbungkus karung."

"Lalu, Tuan?" Kevin menyahut cepat, ia malas jika harus menampung Jim.

"Buang ia di depan Harris Heaven. Peyton harus mendengar kabar pengurasan saldo rekeningnya!"

Kevin dan Evelyn saling menoleh dan tersenyum. Mereka yakin, ini akan menjadi lebih menyenangkan. Dengan kompak mereka menjawab, "Baik, Tuan."

Eric melihat kepergian dua anak buahnya membawa sang paman yang menyebalkan. 'Setelah ini kehidupan kalian akan berbalik!' batinnya puas.

"Aku tidak mengira akan seperti ini jadinya. Semua berakhir baik." Elise masih menatap ke arah lift yang menelan Jim.

"Tidak, Elise. Ini adalah permulaan. Awal bagi Paman dan Bibi Harris menuju penderitaan mereka. Sedangkan kita, aku janji padamu, kita tidak akan pernah kesusahan lagi."

Elise memeluk haru kakaknya. Sesaat lalu terasa tidak ada yang bisa diharapkan dari hidupnya, tapi Eric datang menyelamatkannya. "Terima kasih banyak."

Eric mengajak Elise masuk ke kamar 199. Mereka akan melanjutkan perayaan ulang tahun Elise yang tertunda karena raungan Jim.

Tiup lilin dan potong kue dilakukan setelah Elise membatinkan keinginannya. Ia memberikan potongan pertama pada Eric dengan mata berkaca-kaca.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Eric sambil menikmati kue.

"Ada dua, tapi aku tidak akan memberitahumu." Ia tertawa kecil.

"Katakanlah, aku memaksa." Eric membalas dengan tawa lantang.

Elise terdiam, pandangannya tertuju pada satu arah, tapi tampaknya ia tidak benar-benar memandang itu. 

"Elise."

Elise tersenyum. "Pertama, aku berharap bisa melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Entahlah Eric, tapi hal buruk yang terjadi, tidak bisa hilang begitu saja di benakku biarpun Paman Jim sudah kalah. Rasanya ingin menikmati udara di negara lain."

Gadis itu melihat Eric, "Aku tahu itu keinginan yang mustahil. Tapi jika tidak kuliah, tidak apa ke luar negeri untuk bekerja."

"Terkabul!" seru Eric.

Elise mengerutkan dahi, lalu tertawa lagi. Ia yakin Eric sedang berusaha menghiburnya.

"Kamu akan ke luar negeri untuk berkuliah, Elise," kata Eric bersungguh-sungguh.

Elise tertawa keras. "Jangan memasang ekspresi seperti itu. Tidak apa-apa Eric, itu hanya angan-anganku saja. Kamu tidak memiliki kewajiban untuk mewujudkannya." 

Elise memegang tangan kakaknya, "Bisa terlepas dari Paman Jim saja sudah merupakan berkat yang besar. Terima kasih banyak untuk semua usahamu."

Eric menggenggam lebih erat tangan adiknya. "Tapi aku akan melakukannya."

Kali ini Elise terbelalak. Ia tahu Eric serius dengan ucapannya.

"Aku akan membayar semuanya. Malam ini juga kamu tentukan ingin berkuliah di universitas mana. Besok kamu akan ke sana langsung."

Elise masih mencerna perkataan Eric, mengingat ke belakang tentang apa yang terjadi. Ia menyadari satu hal. Ia bertanya, "Bagaimana kamu bisa memiliki uang banyak dalam waktu singkat?"

Eric menelan ludah, tapi berusaha terlihat tenang. Sebelumnya ia menjelaskan banyak hal pada Elise, tapi tidak dengan System keberuntungan yang memilihnya sebagai Host.

"Um, aku ... menang lotre."

"Lotre?"

"Ya!" Eric meringis.

"Berapa banyak?"

Eric melihat ke atas dan ke samping, "Um, banyak. Terlalu banyak sampai aku kesulitan mengeja nominalnya." Ia menepuk punggung tangan Elise. "Yang pasti, itu cukup untuk kita hidup lebih layak. Sangat layak"

Elise tidak bisa menahan air matanya. Rasanya seperti mimpi. Ia tidak tahu jika Eric mengikuti undian lotre, dan menang!

"Aku kira orang-orang yang membantu kita adalah temanmu yang sedang cosplay menjadi bawahanmu. Dan salah seorang dari mereka adalah orang kaya yang juga memiliki hotel ini. Jadi, kamu serius tentang anak buah itu?"

Eric mengangguk.

"Syukurlah. Aku jadi lebih tenang karena ada orang-orang profesional yang menajagamu."

"Jadi, apa permintaan keduamu."

Raut wajah Elise menjadi sendu. Ia menggeleng, seperti ingin menepis pikiran buruk di kepalanya. "Aku meminta kesembuhanmu."

Jantung Eric berdetak lebih cepat. Kekeosan yang terjadi sebelumnya sempat membuatnya lupa pada penyakitnya sendiri. Ia menguatkan, "Aku menyesal karena keinginan keduamu tidak bisa langsung aku penuhi. Tapi-"

Eric menjeda perkataannya karena Elise sudah menangis sesenggukan.

"Hei, jangan cemas. Sekarang aku punya cukup uang untuk operasi," seru Eric dengan wajah ceria.

"Tapi, tetap saja, operasi itu tidak menjamin kesembuhan."

Elise ingat benar pada ucapan dokter yang menangani Eric. Kakaknya itu hanya bisa bertahan kurang dari dua bulan jika tidak segera dioperasi. Tapi, setelah operasi pun, persentase kesembuhan Eric kurang dari 35%. Jika sang kakak bisa bertahan 5 tahun setelah operasi saja merupakan hasil yang sangat optimal.

Sekarang Elise semakin terisak membayangkan Eric yang terancam meninggal di usia muda. Jika itu terjadi, maka ia akan benar-benar sendiri.

"Aku akan berusaha untuk sembuh. Elise, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri."

Tepat setelah Eric mengatakan itu, rasa sakit yang luar biasa muncul di kepalanya.

"Eric, kamu kenapa?" Elise memegang bahu kakaknya dengan cemas.

Sebelumnya Eric sudah pernah seperti itu, mendadak mendapat serangan sakit yang hebat di kepala. Semakin intens rasa sakitnya, semakin genting kondisi Eric. Itu sebabnya sebulan lalu dokter menyarankan operasi untuk mengatasi kanker yang bersarang di otaknya. 

Elise menangis lagi meratapi kondisi Eric yang memegangi kepalanya kuat-kuat. Ia tidak tahu seberapa sakit yang dirasakan hingga Eric hanya meringis tanpa bisa berkata-kata lagi. 

Napas Elise semakin sesak mengingat selama ini Eric hanya meminum obat untuk meredakan nyerinya. Itu pun sangat terbatas karena harganya yang mahal.

Dan sekarang, Eric tidak memiliki obat itu. Sudah hampir seminggu obatnya habis, tanpa mampu membelinya lagi. Uang yang dikumpulkan sebelumnya malah digunakan untuk membeli kue ulang tahun untuk Elise, itupun dengan bantuan penjaga kasir yang iba padanya.

"Tunggu di sini, aku akan membeli obat untukmu." Elise ingat, Peyton memberikan sejumlah uang muka padanya saat masih di rumah bordil.

Namun, saat Elise hendak pergi, Eric menahan tangannya sambil menggeleng, masih tanpa mengatakan apapun.

Eric menyadari rasa sakit di kepalanya lebih sakit dari biasanya, seolah ada batu besar yang menindih kepalanya, bahkan lebih sakit daripada itu. Ia tidak bisa menggambarkannya, tapi yang jelas, sekarang ia mulai ragu kali ini akan bertahan dan lolos dari maut. Dan jika ini adalah detik-detik terakhir, ia ingin Elise ada di sisinya.

"Eric!!" Elise menjerit melihat sang kakak tidak sadarkan diri, tergolek lemas di atas ranjang.

Wajah Elise sangat rumit. Ia memeriksa denyut nadi dan napas Eric. Sedikit lega dirasakan mengetahui sang kakak masih hidup. 

"Aku akan mencari bantuan," katanya berpamitan sebelum pergi keluar.

Sambil berlari, dalam hati Elise berdoa, lebih tepatnya, untuk pertama kalinya ia berdoa dengan sangat sungguh-sungguh. 

‘Di mana pun keberadaan-Mu, tolong sembuhkan kakakku, Tuhan. Aku bersedia menukar nyawanya dengan hukuman apapun, pilihkan saja sesuka-Mu. Aku siap!’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 23

    Kepala Jurusan memberikan senyum lebar untuk pertama kalinya pada Eric. Tidak hanya itu, ia juga merangkul pundak Eric, menuntunnya untuk duduk kembali di kursi. Yang pasti tidak ada yang lucu dari situasi itu, tetapi Kepala Jurusan tertawa keras ketika duduk kembali ke kursinya. Ia berusaha menyembunyikan kegugupan dan kecemasan di hatinya.“Eric White, aku meremehkanmu. Aku salah besar. Baiklah, kamu lebih suka teh atau kopi? OB di sini mahir membuat minuman. Kamu harus mencobanya.” Kepala Jurusan memegang gagang telepon, akan menghubungi OB agar datang ke ruangan itu membawa minuman yang mereka inginkan.Namun, setelah Kepala Juursan menekan nomor telepon, Eric berkata, “Aku tidak suka keduanya.”Wajah Kepala Jurusan yang dipaksa tersenyum sempat berubah menjadi kesal mendengar perkataan Eric. Ia menutup telepon, lalu memaksa untuk tersenyum lagi. “Aku mengerti, tidak semua orang suka teh atau kopi. Kamu mungkin lebih suka air putih. Kalau itu, aku bisa mengambilkannya untukmu. Se

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 22

    Kerutan muncul di kening Eric. Ia hampir tidak percaya dengan telinganya sendiri. Pernyataan itu sulit diterima akal sehat; terlalu subjektif dan sepihak.Ini kali pertama Eric bertemu Kepala Jurursan. Mereka bahkan belum saling kenal, tapi pria di depannya itu berbicara seperti orang serba tahu. Eric belum dimintai keterangan tentang apapun, belum mendapat penjelasan gamblang tentang keperluannya dipanggil ke ruangan Kepala Jurusan, dan belum pernah mendapat teguran apapun sebelumnya. Ini hari pertama Eric kuliah, tapi Kepala Jurusan sudah mau memulangkannya saja. Betapa lucunya!Melihat dengan jelas protes dari wajah Eric, Kepala Jurusan segera berkata, “Jangan khawatir, kamu akan menerima uangmu kembali, setelah dipotong 10% untuk administrasi. Walau bagaimanapun kamu sudah menerima beberapa fasilitas dari kami dan mengambil satu kuota di jurusan dari banyaknya calon mahasiswa yang tertolak.” Ia menyerahkan selembar kertas kepada Eric. “Kamu tanda tangani surat ini dan uangmu akan

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 21

    Eric tidak mengira jika ia akan bertemu dengan gadis sombong itu lagi di kampus. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana mimik wajah gadis itu ketika memberikan tip padanya.Sekarang Eric diam di tempatnya, melihat gadis itu mendekat. Ia masih tenang, meski gadis tersebut melemparkan pandangan menelisik padanya, seolah ia adalah seorang kriminal.“Kamu! Aku ingat, kamu yang berjualan es krim keliling ‘kan? Minivanmu berwarna putih dengan gambar es krim besar. Ada ikon berbentuk es krim juga di atas minivan, tepat di atas pengeras suara. Apa yang kamu lakukan di sini?”Sudah pasti ocehan itu membuat para mahasiswa yang berkerumun mulai berbisik-bisik. Tidak ada dalam sejarah seorang penjual es krim keliling memiliki mobil super duper mewah dan langka sekelas Bugatti Centodieci. Mereka terbagi, ada yang berada di kubu si gadis sombong, tidak sedikit pula yang membela Eric.“Aku mahasiswa baru di sini, jurusan Manajemen Bisnis dan Investasi. Aku ada di kelas A.” Eric akan melangkah maju, b

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 20

    Setelah Edward terpaksa kembali ke dalam mobil masih dengan perasaan kesal, Violet secara resmi memperkenalkan dirinya pada Eric.Namanya Violet Jung, gadis terhormat dari keluarga terpandang di kota itu. Usianya sebaya dengan Eric. Paras Violet yang menawan, juga pembawaannya yang lembut dan elegan selalu berhasil menyita perhatian pria yang melihatnya. "Ini kartu namaku. Dan ini uang muka untuk perbaikan mobilmu. Tolong hubungi aku untuk sisa tagihan perbaikannya nanti. Sampaikan juga permohonan maafku pada atasanmu." Violet mengulurkan sejumlah uang, juga kartu namanya.Eric melihat Violet yang tersenyum. Ia berkata, "Tunggu sebentar. Aku tidak akan lama."Violet mengerutkan dahi, tidak tahu apa yang akan Eric lakukan. Tapi ia menurut, berdiri di sana menunggu Eric kembali.Sayup-sayup terdengar suara Edward dari arah depan, "Apa masih lama?""Sebentar." Violet menjadi panik, khawatir Edward akan turun dan kembali menemui Eric. Jika itu sampai terjadi, keributan akan dimulai lagi,

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 19

    Siang menjelang sore Eric menutup mobil minivan es krimnya. Ia akan berpindah lokasi ke dekat taman kota. Namun, saat mesin sudah menyala, dan Eric siap untuk melaju, seorang wanita mencegatnya."Aku mau satu cup besar es krim rasa vanila campur stroberi. Cepat buatkan untukku!" Wanita muda berambut pirang panjang menatap Eric dengan malas. Ia baru bertemu dengan Eric hari ini, tapi bersikap seolah Eric adalah orang yang menyebalkan dan layak dibentak-bentak.Eric tidak terpengaruh. Sebagai seseorang yang telah berpengalaman dalam menjual es krim, tentu ia sudah menemui para pelanggan dengan sikap yang bermacam-macam. Ia tidak mau ambil pusing, lebih memilih untuk menyiapkan pesanan."Apa kerjamu memang sangat lamban? Aku tidak punya banyak waktu. Cepatlah, kamu masih muda tapi kerjamu seperti kakek renta." Wanita itu mendesak dengan mencibir.Dengan ramah Eric menyampaikan maaf dan meminta agar sang pembeli berkenan untuk menunggu sebentar lagi. Tapi, wanita muda itu terus menggangg

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 18

    Di sebuah tempat parkir pusat perbelanjaan terkenal bernama Grand Arc Mall, Eric berdiri memandangi mobil barunya dari kejauhan. Ia baru saja selesai membeli perlengkapan untuk persiapan perkuliahannya. Di tangannya ada banyak paperbag, tapi ia menunda untuk meletakkannya ke dalam mobil.Saat ini ada empat wanita muda yang heboh berfoto dengan mobil Bugatti Centodieci miliknya. Ia pikir akan menunggu sejenak, memberi kesempatan pada para wanita itu untuk mengambil beberapa foto lagi. Lagipula mereka semua memiliki paras cantik dan bertubuh ideal. Sebagai pria normal dan masih jomblo, tentu ia tertarik pada mereka.Namun, setelah beberapa menit berlalu, para wanita itu masih bersemangat berfoto. Mereka bergonta-ganti gaya dan posisi, bersandar pada mobil, memeluknya, bahkan menciumnya juga. Di wajah mereka tidak terlihat rasa lelah atau bosan berpose, antusiasme mereka terhadap mobil itu tidak berkurang sedikitpun.Akhirnya, karena merasa wanita-wanita itu akan terus demikian meski men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status