Share

Bab 5

Author: ShenShen
last update Huling Na-update: 2025-08-17 14:08:02

Beberapa saat sebelumnya, bertepatan dengan Elise memasuki kamar 119, di ruang sebelah, Jim membuka pintu kamar 120 dengan sangat bersemangat. Air liurnya mencuat membayangkan anggur kuno premium. Tapi ia segera dikejutkan dengan sapaan dari para wanita.

“Hai, tampan!”

Otak mesum Jim terangsang. Dalam batin ia memuji selera Tuan Smith yang sangat bagus. Terbukti tiga wanita yang dipilih untuk menjamunya sangat sexy dan menggairahkan. 

Biarpun sebelumnya Jim sedikit kecewa karena rencana membuat video bercinta dengan Elise harus tertunda, lantaran keponakannya itu disewa secara eksklusif oleh Tuan Smith, ia tidak mengira akan mendapat ganti yang sangat sepadan. Lagipula, video mesum khusus untuk dikirimkan kepada Eric itu bisa dibuat kapan saja.

‘Sungguh, tidak ada ruginya!’ pikir Jim.

“Mari Sayang, kita bersenang-senang.” Salah seorang wanita mendekat dan menarik dasi Jim.

Jim mengangguk. Ia menurut seperti anak ayam yang mengekor pada induknya.

Di hadapannya kini terdapat sebuah meja yang memuat sekeranjang buah-buahan, seekor ayam panggang super berwarna coklat keemasan, dan tiga botol anggur.

“Duduklah, Sayang.” 

Dua wanita lainnya menggeliat sambil membelai kursi merah. Mereka mengelus ukiran kayu yang menghiasi bagian atas sandaran kursi.

Jim refleks melonggarkan dasi. Dia menelan ludah, duduk di kursi empuk dengan senyum lebar.

“Kenapa hanya ada satu kursi? Ayo, duduklah di pangkuanku. Aku cukup kuat untuk menopang tiga wanita seksi. Hahaha!”

Para wanita tertawa manja. Satu di antaranya berkata, “Kami tidak perlu duduk agar bisa lebih leluasa memuaskanmu, Tampan!”

“Wow! Kalian membuatku gerah!” Jim melepas jasnya. 

Saat Jim hendak mencium wanita bergaun silver, wanita bergaun merah mencegah, “Makanlah dulu, Sayang. Kamu harus bertenaga, bukan?”

Jim terbahak. “Baiklah,” ujarnya mencubit pelan dagu wanita bergaun merah.

Jim memotong paha ayam, menyantapnya dengan lahap. Sesekali ia menerima suapan anggur dari wanita bergaun kuning.

“Anggur, tuangkan anggur untukku.” Jim meminta sambil terus mengunyah.

Wanita bergaun silver mengambil sebotol anggur. Tapi, ia kesulitan membuka tutupnya.

“Berikan padaku.” Jim mengulurkan tangan, bermaksud membantu membukakan tutup botol anggur.

“Tidak perlu, Sayang. Aku tahu cara mudah untuk membukanya.”

“Kalau begitu tunggu apa lagi? Lakukan sekarang, Cintaku!”

Crash!

“Argh!!” erangan keras Jim terdengar menyusul suara pecahan botol anggur.

Tepat sekali, wanita bergaun silver membuka botol anggur dengan cara ekstrem, yakni dengan menghantamkannya ke kepala Jim.

“Bagaimana Sayang, sekarang anggurnya sudah keluar, apa kamu mau meminumnya? Tapi ini tercampur dengan darahmu.”

Jim yang semula memejamkan mata sambil memegang kepala karena sakit yang luar biasa, kini membuka mata sambil mendesis. Ia segera menepis gelas yang diulurkan wanita bergaun silver, yang sengaja menampung tetes darah dari kepalanya.

“Gila kamu! Wanita sialan! Apa yang kamu lakukan?!” Ia mengumpat dengan sangat keras, tapi setelahnya memercingkan mata karena kesakitan. 

“Sayang, kamu membuat kami takut,” rengek wanita lainnya.

Jim berdiri dengan susah payah masih sambil memegang kepalanya yang bocor. Ia berbalik dan mundur beberapa langkah, lalu membentak, “Berengsek! Siapa sebenarnya kalian?! Apa kalian sengaja ingin membunuhku?!” Ia menunjuk para wanita di hadapannya.

Wanita bergaun merah mengeluarkan revolver dari balik gaunnya, mengangkat dan mengarahkan senjata itu ke arah Jim.

Jim tersentak. Sesuatu seperti mengganjal tenggorokan, membuat napasnya sesak. Tak jauh berbeda, jantungnya juga bereaksi atas situasi gawat darurat, berdetak kuat hingga membuat dadanya bergetar.

Ia belum ingin mati!

“Aku akan membunuhmu jika menolak untuk mentransfer semua saldo di rekeningmu.” Wanita bergaun merah memberikan tatapan tajam, tidak ada lagi ekspresi manis dan manja di wajahnya.

“Kamu mau merampokku?! Jangan harap!”

Bang!

Jantung Jim seperti mau copot. Ia memegangi dadanya yang turun naik, lalu menoleh ke arah bekas tembakan di tembok.

Tanpa mengambil jeda, para wanita itu kembali menekan Jim.

“Temanku tidak akan menyia-nyiakan peluru untuk kedua kalinya. Sangat mudah baginya untuk menembak tepat di jantungmu.” 

Wanita bergaun kuning mendekat dan berbisik di telinga Jim. “Aku beritahu rahasianya. Dia mantan sniper!”

Jim melotot. Sebenarnya keadaannya saat ini sudah genting. Darah yang keluar dari kepalanya membuatnya pening. Tapi ia masih menerima intimidasi yang lebih gila.

“Oke! Oke! Ambil saja semua uangku, asal kalian melepaskanku.”

Bersedekah kepada pengemis meski hanya satu dolar pun Jim tak pernah rela. Tapi kali ini ia justru dipaksa menyerahkan semua uangnya.

Jim bersumpah akan membalas ini semua. Tapi untuk itu, ia harus tetap hidup! Maka, sekarang ia terpaksa memasukkan pin pada m-banking di ponselnya untuk melakukan transfer saldo.

Para wanita tertawa karena berhasil mengeruk semua uang Jim. Salah seorang dari mereka mendekatkan ponsel Jim ke wajah pria itu untuk menunjukkan saldo nol dolar yang cantik.

Gigi Jim gemeretak, tapi ia tidak berdaya. Semua benar-benar terjadi di luar kendali dan prediksi. Keuntungan yang sejak awal diincar, berubah menjadi bencana besar.

“Sebagai tanda terima kasih, aku akan menjahit dan membalut luka di kepalamu. Aku tidak ingin kamu pingsan, Sayang.” Wanita bergaun silver menunjukkan jarum yang akan digunakan untuk ‘merawat’ luka Jim.

“Apa yang akan kamu lakukan? Aku mohon, berikan aku suntikan bius dulu. Jangan menjahitku langsung. Ow!” Jim meringis kesakitan saat lukanya dibersihkan menggunakan alkohol dengan sangat kasar.

Lalu, kesakitan yang lebih besar menyusul ketika lukanya dijahit dalam keadaan tanpa anestesi.

“Argh! Argh! Aku mohon, hentikan. Argh!”

Dari depan pintu kamar nomor 120, pria penjaga mendesis ngilu mendengar raungan kesakitan dari Jim. Ia tahu pasti seberapa sadis teman-temannya saat menghajar target.

Beberapa saat kemudian, wanita bergaun merah keluar. Dengan santai ia berkata pada pria penjaga, “Ia pingsan. Bereskan semua, dan masukkan ia ke dalam karung. Aku akan menemui bos.”

Pria penjaga mengangguk, masuk ke kamar itu tanpa berkata apa-apa.

Sementara itu, wanita bergaun merah menarik napas panjang di depan pintu kamar 119. Ia mengetuk pintu dengan sedikit gugup. “Tuan, Evelyn ingin melapor.”

Eric membuka pintu, di belakangnya Elise berdiri dengan ekspresi cemas.

“Misi telah selesai, Tuan. Seluruh uangnya sudah kami ambil. Sekarang Kevin dan yang lainnya sedang bersih-bersih.”

“Bagus! Simpan seluruh uangnya untuk kalian, bagi rata.”

Evelyn Miller, yang berusia sembilan tahun lebih tua dari Eric, membungkuk hormat. “Terima kasih banyak, Tuan.”

Elise memegang lengan kakaknya. “Bagaimana jika semua ini diketahui orang lain? Erangan Paman Jim sangat keras, dan lagi ada suara tembakan. Bagaimana kalau tamu di kamar lainnya dengar? Dan, bagaimana jika Bibi Peyton tahu?” Elise memberondong pertanyaan dengan hati tak tenang. 

Meskipun tadi Eric sudah menjelaskan banyak hal kepada Elise, termasuk tentang rencananya untuk memberikan pelajaran kepada sang paman, Elise tidak mengira kakaknya akan bertindak seberani ini. Ia tentu tidak ingin Eric terlibat masalah, apalagi sampai dipenjara.

“Jangan khawatir, Nona. Tidak ada tamu lain di lantai ini. Tuan White sudah menyewa semua kamar di lantai tiga.”

Elise terbelalak, menoleh dan memandang Eric dengan tatapan tak percaya.

Kemudian Kevin Anderson, pria penjaga, keluar dari kamar 120. Ia menarik sebuah koper besar berwarna abu-abu.

“Tuan, kita apakan pria ini?”

Mata Elise terbuka lebar. “A-apa ini Paman Jim?”

Eric mengangguk sambil tersenyum, membuat adiknya kembali terbelalak.

“Tuan, apa kami harus menguburnya atau membuangnya ke laut?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 124

    Setelah resmi menjadi anggota baru klub dayung kampus, nama Eric semakin populer, tidak hanya di jurusannya, tetapi juga di jurusan lain, bahkan di fakultas yang berbeda. Ia memiliki lebih banyak penggemar, baik laki-laki maupun wanita, dari mahasiswa satu angkatan dengannya maupun mahasiswa senior. Bahkan, ada juga penggemar dari kalangan staf dan dosen.Di sela-sela kesibukannya dalam menjalani rutinitas perkuliahan dan juga latihan di klubnya, Eric selalu berusaha untuk menjaga hubungannya dengan Violet. Hanya saja, tidak dipungkiri, para fans yang terkadang datang menghampiri dan bergerombol, membuat Violet perlahan mundur untuk memberi mereka ruang.Meski begitu, Violet sepenuhnya mengerti. Ia tahu benar kalau pacarnya itu semakin bersinar, hingga membuat banyak orang mengidolakannya. Dan ia sendiri mengakui bahwa Eric memang lebih dari pantas untuk dikagumi, bahkan jauh sebelum pemuda itu tergabung dalam klub dayung.Seperti saat ini, ketika keduanya sedang makan bersama di kant

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 123

    Namun, tampaknya musik itu masih belum cukup ampuh. Pada akhirnya, kekesalan Chloe mencapai puncaknya. Kesabarannya sudah habis.Dengan sengaja Chloe menyandarkan punggungnya ke kaca jendela bus, lantas meluruskan kakinya di atas kursi. Ia memenuhi dua kursi sendirian. Tidak hanya itu, Chloe juga memasang wajah malas dan memberikan tatapan mengintimidasi pada siapa saja yang melewati kursi itu.Sementara itu, Lily memang belum membuka percakapan lagi dengan Eric. Ia menunggu sampai semua orang masuk ke dalam bus dan mereka berangkat kembali ke kampus. Lily akan membicarakan hal penting itu setelah suasananya kondusif."Maaf aku terlambat," seru Richard dengan senyum segan. Ia baru keluar dari toilet.Melihat Richard yang baru muncul, sembuah napas keluar dari mulut Chloe. Ia tahu, Richard akan menjadi pria terakhir yang mencoba untuk duduk di sampingnya. Wajahnya menjadi sangat masam.Hal itu berbanding terbalik dengan Richard yang sangat bersemangat saat melihat kursi di sisi Chloe m

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 122

    Sejak awal Eric memahami apa yang ditanyakan Lily. Hanya saja, ia merasa tidak perlu berkomentar. Namun, karena selama ini Lily bersikap baik padanya, bahkan ketika dulu dua sahabatnya begitu menyebalkan, Eric menjadi segan untuk langsung menolak."Eric, ini adalah foto tanteku. Namanya Grace Porter. Aku sangat menyayanginya, dan seluruh keluargaku juga. Tapi, sudah bertahun-tahun ia pergi, tanpa kembali pulang, tanpa memberi kabar apapun. Kami benar-benar kehilangan kontak dengannya. Aku sangat mencemaskannya. Apa di luar sana ia baik-baik saja, atau mengalami masalah. Ini membuatku gelisah setiap waktu saat mengingatnya.""Aku turut prihatin atas hal itu," ujar Eric."Eric, aku tidak tahu pasti mengapa tanteku pergi. Ibuku tidak mengatakan apapun, dan aku tidak peduli. Maksudku, mungkin masalah besar terjadi, dan waktu itu aku masih remaja, tidak ada yang menjelaskan padaku. Tapi, aku benar-benar sedih karena tidak bertemu tanteku lagi sesudahnya. Itu menyesakkan." Lily tidak bisa m

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 121

    Dengan hasil tes dayung yang sangat memuaskan, jelas mampu mengantarkan Eric untuk lolos menjadi anggota baru klub tersebut. Tidak hanya lolos, tapi ia juga berhasil menjadi peserta terbaik, diikuti Richard Brown di posisi kedua.Para peserta yang gagal di tes terakhir ini tentu merasa kecewa. Namun, mereka akan mencoba lagi tahun depan. Belajar dari Richard yang gagal di tahun lalu, dan lolos di tahun ini.Dengan sopan Eric meminta izin kepada pelatih dan panitia untuk menemui para pendukungnya. Meski hanya memiliki waktu lima menit, Eric sangat berterima kasih.Chloe mengamati Eric yang berlari menuju belakang rumahnya dengan wajah cemberut. Tentu akan sangat menyenangkan jika wanita yang hendak ditemui Eric adalah dirinya, kenyataannya yang menjadi pacar pemuda itu adalah Violet. Dan kini dalam hatinya Chloe mengumpat karena harus melihat kedekatan Eric dan Violet."Hai cantik, apa kamu tidak ingin memberikan ucapan selamat padaku?" Richard datang mendekat pada Chloe dengan senyum

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 120

    Penampilan Eric dalam tes terakhir itu sungguh membuat semua orang terkesima. Banyak di antara mereka yang terbelalak, mengusap-usap mata untuk memastikan tidak salah lihat, dan banyak pula yang sampai mengungkapkan kekagumannya.Apa yang ditunjukkan Eric benar-benar terlihat profesional. Kemampuannya dalam mendayung sudah seperti para atlet olimpiade. Para pelatih yang menilai penampilan para peserta bahkan juga tidak bisa menahan rahang mereka untuk tidak jatuh."Wow, apa yang baru saja aku saksikan!" "Ini benar-benar sejarah!""Aku bisa melihat masa depan klub dayung yang cerah!"Eric mengungguli semua peserta. Baik dari segi kecepatan, teknik, maupun kekuatan, ia memperoleh nilai tertinggi.Para panitia ataupun peserta yang telah tampil sebelumnya berdiri dan bersorak, bertepuk tangan atas penampilan Eric.Di antara mereka yang terkagum-kagum itu, jelas ada Chloe yang merasa semakin sulit untuk mengabaikan Eric."Katakan, bagaimana aku bisa pura-pura tidak terpesona melihatnya?"

  • Sistem Keberuntungan Tanpa Batas   Bab 119

    Tes mendayung dilakukan secara bergantian. Jarak tempuh tidak terlalu jauh, hanya sekitar 500 meter. Para peserta mendayung dengan menaiki perahu dayung tunggal.Penilaian tes mendayung ini dilihat dari segi kecepatan, kekuatan, dan teknik yang digunakan sejak garis start hingga finish. Peserta dengan nilai tertinggi pertama hingga kesepuluh akan otomatis lolos menjadi anggota baru klub dayung, sementara yang lainnya akan gugur. Itu artinya, dari 20 peserta seluruhnya yang lolos dari tes fisik kemarin, hanya separuhnya saja yang akan mendapat kartu anggota klub dayung University of Grand Houston.Eric mendapat giliran di kloter terakhir. Ia merasa sedikit gugup, meski yakin akan mampu menjalani tes dengan baik, sebab sebelumnya ia sudah rajin latihan mendayung. Selain perihal hasil tesnya nanti, satu hal yang membuat Eric was-was juga adalah terkait pesan System semalam, bahwa ia akan segera mendapatkan hadiah dari misi yang berhasil ia jalankan sebelumnya."Kloter terakhir akan se

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status