Share

Ch. 3 — Nilai Diri

William berolahraga untuk pertama kali setelah beberapa hari terjebak di dalam kamar tanpa dapat melakukan apa pun. Ia merasa seperti hidup kembali, walaupun William sendiri tidak bisa menyangkal fakta kalau dulu dia adalah orang yang sangat jarang berolahraga karena tugas dan kerja paruh waktu. Ia mengatur nafas dan duduk di bangku taman.

Ingatan buruk tentang taman seketika mengusik ketenangan William hingga ia merasa sakit perut dan mual. William berusaha untuk menghapus kenangan pahit tersebut dan melangkah maju, menjadikan momen itu sebagai pelajaran seumur hidup. Seorang perawat kemudian datang kepada William.

“Tuan William, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda. Beliau bilang dia dari Perusahaan Eliort,” ucapnya dengan jelas.

William memasang wajah masam, menebak siapa yang datang dengan membawa nama perusahaan. Jika bukan James, maka pasti orang suruhan mereka. Dan sangat mudah bagi William untuk menebak tujuan kedatangan orang itu.

“Apa anda ingin saya mengatakan kalau anda sedang beristirahat dan tidak ingin menemui seseorang?” Perawat tersebut cukup peka untuk membaca perubahan ekspresi William.

“Tidak, suruh dia datang ke kamarku.”

William sekarang mengetahui alasan pasti kenapa sistem memberikan kamar VIP alih-alih ramuan penyembuh. Ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan perubahan. Dia tidak akan diinjak lagi.

**

Rumah Sakit Metropolitan Sentosa, sebuah rumah sakit swasta terkenal dengan fasilitas kamar VIP eksklusif dan tertutup, hanya bisa diakses oleh orang-orang yang tertentu dan sangat penting. Akses ketat dan sistem identifikasi canggih diterapkan untuk memastikan privasi dan keamanan pasien terjaga. Dengan fasilitas mewah, perawatan medis terbaik, dan tim medis berpengalaman, kamar VIP di Rumah Sakit Metropolitan Sentosa menjadi impian para orang kaya untuk dirawat di sana saat mereka sakit.

Sian, seorang pengacara korporat yang dikirim oleh James, tidak pernah menduga ia akan memasuki sebuah kamar terbaik di rumah sakit ini untuk menjumpai karyawan perusahaan mereka. Yang Sian tahu, target ia saat ini adalah mahasiswa miskin, mainan tuan muda mereka, dan pegawai paruh waktu biasa di Perusahaan Eliort.

Sejak pintu kamar terbuka, ia seketika bungkam karena kekagumannya terhadap kemewahan dan keindahan di hadapannya. Pemandangan kota yang menakjubkan dari jendela mengambil napasnya, sementara interior kamar yang mewah dan elegan membuatnya merasa seperti berada di dalam istana.

Bagaimana mungkin orang seperti William mampu dirawat di kamar ini kecuali ia memiliki banyak uang dan berpengaruh?

“Silakan duduk,” ujar William dengan tenang saat menangkap keberadaan Sian. Ia menyilangkan kaki, duduk dengan penuh wibawa, dan memiliki pandangan tegas.

Perkataan William dengan cepat menarik alam bawah sadar Sian kembali. Ia sedikit panik karena ketahuan mengagumi ruangan tersebut dan tergesa-gesa untuk duduk.

“Aku dengar kamu dari Perusahaan Eliort. Apakah kamu orang suruhan James?” lanjut William, menatap mata Sian dengan tajam.

Sian berdeham, berusaha untuk mengambil alih situasi. Ia tidak menyukai perasaan didominasi seperti ini. Sudah cukup dengan menahan keangkuhan James, ia tidak bisa kalah dengan seorang seperti William, orang menyedihkan yang menandatangani kontrak mengerikan.

“Demikian, ini mempermudah tugas saya untuk menjelaskan maksud tujuan saya datang ke sini. Sebelum itu, anda dapat memanggil saya dengan sebutan Sian. Kunjungan saya saat ini adalah sebagai wakil Perusahaan Eliort dan pengacara untuk membahas tentang pelanggaran kontrak kerja yang telah anda lakukan.”

“Aku ingin tahu bagaimana aku bisa melakukan pelanggaran kontrak dan berapa besaran denda.”

“Tentu.”

Sian mengeluarkan berkas dokumen yang telah dia siapkan. Berkas-berkas itu berisi bukti dari pelanggaran yang telah dilakukan William. Sian segera memberikannya kepada William.

Segera setelah membaca berkas tersebut, ia kembali meletakkannya lagi. William diam-diam menggigit bibir bagian bawah untuk menahan kekesalan yang meluap-luap. Ingatan akan masa lalunya terasa seperti beban berat yang terus menghantui. Ia mengingat betapa putus asanya mencari pekerjaan paruh waktu dulu, sehingga akhirnya terpaksa memohon pada James untuk memberikan pekerjaan.

Namun, yang dia dapatkan ternyata adalah kontrak yang menjebaknya dalam perbudakan modern. Syarat-syarat yang diberikan begitu membatasi kebebasannya; harus masuk setiap hari tanpa kecuali dan tidak boleh terlambat sedikit pun, jika tidak, ia akan dikenakan denda yang tak terhitung. Perasaan ketidakadilan dan penindasan itu membuatnya merasa seperti burung yang terkurung di dalam sangkar keputusasaan.

“Anda tidak dapat lari dari kenyataan sekalipun anda mencoba untuk bersikap tidak peduli. Bukti-bukti terpampang dengan sangat jelas dan konkrit sehingga mustahil bagi anda untuk menghindari pinalti ini.”

“Tuan Sian benar. Bagaimanapun, ini adalah kontrak yang disetujui oleh kedua belah pihak sejak awal.” William berkata dengan tenang, namun kemarahannya masih terlihat dengan jelas di mata Sian.

“Oleh karena itu, Tuan Muda James memiliki tawaran menarik untuk anda. Ini sangat menguntungkan hingga mustahil bagi anda untuk menolak.”

William menaikkan alis, merasa penasaran dengan tawaran yang dikatakan menarik oleh Sian. Bagaimanapun, William tahu mustahil itu adalah tawaran baik, melainkan omong kosong yang akan membawa dia jatuh lebih dalam ke jurang.

“Tuan Muda James bersedia untuk menutup mata atas pelanggaran kontrak ini jika anda mendengarkan permintaan beliau. Tuan muda berkata ini adalah permintaan mudah dan menguntungkan, tidak mungkin anda akan menolak kemurahan hati beliau, kan? Saya yakin anda tidak cukup bodoh untuk menolak tawaran tersebut.”

“Aku penasaran permintaan seperti itu hingga mengharuskan aku, mahasiswa miskin ini, lakukan.”

William terkekeh, ia melemparkan berkas itu kembali. Perasaan ini adalah perasaan yang sama saat ia direndahkan oleh James. Sepertinya, kebiasaan buruk tersebut turun kepada karyawan mereka di kantor. Belum lagi, pria di hadapannya saat ini berusaha untuk mengintimidasi dengan ancaman-ancaman konyol dan tekanan.

Tawaran tersebut adalah jalan menuju neraka.

“Apakah anda pikir ini adalah saat untuk tertawa? Permasalahan kontrak ini bukanlah sesuatu untuk anda anggap sepele. Pikirkan bagaimana ini bisa mempengaruhi hidupmu,” sergah Sian, sambil mengejek dengan suara sinis yang menusuk. Wajahnya mengandung ekspresi ketidakpercayaan dan rasa kesal terbaca jelas.

“Oh, maaf karena aku menyinggungmu, Tuan Sian.” William berdiri, menatap keluar jendela, “Bukankah dengan uang ini semua bisa diselesaikan?”

Sian mendecak tidak percaya dengan omong kosong William. Ia bicara dengan spontan, “Hanya jika kamu memiliki uang senilai puluhan juta rupiah. Aku ragu mahasiswa miskin sepertimu memiliki uang tabungan,” ujarnya terang-terangan.

William mengepalkan tangan erat hingga merasa perih. Ia sangat membenci perasaan terhina saat ini. Tetapi menahan diri adalah cara untuk memenangkan pertarungan dengan Sian.

“Menurutmu, berapa nilai dari kamar termahal di rumah sakit ini untuk semalam?”

Sian mengerutkan kening, menilai jika William mencoba untuk mengetes. Ia tersenyum penuh kepercayaan diri, merasa sudah sering melakukan penilaian terhadap hal-hal penting. Walaupun tidak tahu berapa nilai pasti, dia bisa menebak secara kasar.

“Itu tidak akan sampai ratusan juta permalam. Paling tinggi hanya lima puluh,” terangnya tanpa ragu.

“Maka, tidak heran mengapa anda bisa berpikir demikian karena kemampuan menilai anda sangatlah buruk.” William berbalik, membalas tatapan mata Sian, dan diam sejenak. “Saya sangat menghargai kebaikan dan kecemasan Tuan Sian, tetapi simpan perasaan itu untuk diri anda sendiri,” kata William dengan dingin.

Sian, untuk pertama kali, selama mereka berbicara, merasa begitu terintimidasi hingga kakinya bergetar. Suasana di sekitar mereka dengan tiba-tiba berubah begitu mencekam hingga ia meneguk ludah. Tidak lama, seorang pelayan memasuki ruangan mereka dengan membawa troli makanan dan menyajikannya di atas meja.

“Silahkan menikmati, Tuan. Ini adalah hidangan mewah kami yang bernama 'Royal Indulgence'. Hidangan ini terdiri dari truf hitam langka yang diimpor langsung dari Prancis, disajikan dengan lapisan kaviar dari Beluga. Dagingnya adalah wagyu kelas terbaik yang dipanggang dengan sempurna dan disajikan dengan saus berbahan anggur yang eksklusif. Semua bahan ini dipilih dengan teliti untuk memberikan pengalaman makan yang tak tertandingi.”

“Pesanan khusus ini dibuat oleh koki kami yang sangat berbakat dan telah memiliki reputasi internasional. Hidangan 'Royal Indulgence' ini juga disajikan dengan sebotol anggur merah langka dari kebun anggur pribadi, yang secara eksklusif diproduksi hanya dalam jumlah terbatas setiap tahunnya.”

Pelayan tersebut bersiap untuk pergi, tetapi suara William menghentikannya.

“Bisakah kamu menerangkan harga dari makanan ini? Tamu saya memiliki penilaian yang buruk terhadap hal di sekitarnya.”

Dengan senyuman hangat dan semangat, pelayan tersebut memberi penjelasan.

“Tentu, Tuan William. Nilai dari hidangan 'Royal Indulgence' ini adalah seratus juta. Namun, kami sangat yakin anda akan merasa bahwa setiap sen yang dikeluarkan sepadan dengan kenikmatan dan kesempurnaan hidangan ini. Silakan menikmati makanan anda, Tuan.”

Sian duduk di kursi dengan mata terbelalak, terpaku pada hidangan 'Royal Indulgence' yang terhampar di hadapannya. Dalam hatinya, dia merasa seperti tengah mengalami mimpi mewah yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Sian terhanyut dalam pertimbangan batinnya, dan bibirnya yang biasanya lihai untuk berbicara menjadi kaku. Hati kecilnya berjuang antara keinginan untuk mencicipi kenikmatan luar biasa ini dan rasa takut akan harga yang fantastis. Dia bahkan tidak tahu apakah dia layak untuk menikmati sesuatu yang begitu mewah seperti ini.

Keheningan Sian adalah alasan dari senyuman pahit di wajah William. Ia melangkah mendekati meja dan mengambil kembali berkas tersebut. Ia menatap lekat pada nilai denda yang tertera.

“Sampaikan pada James kalau aku akan membayar dua kali lipat. Dengan begitu, kontrak kerja ini berakhir.”

Dengan santai, pemuda itu merobek dokumen tersebut, membuangnya ke kotak sampah. Sebelum melangkah pergi, William berbalik dan berkata, “ Silakan menikmati hidangan yang saya pesankan untuk anda. Jika anda tidak menyukainya, anda dapat membuangnya ke kotak sampah dan membeli yang baru ... tentu saja kalau anda memiliki uang.”

「Selamat! Pengguna telah menyelesaikan Misi Dadakan dengan mendapatkan kesan dan pengakuan dari Sian Hilton.」

「Anda telah menghabiskan uang senilai seratus juta dalam misi kali ini. Anda akan mendapatkan kembalian senilai sepuluh kali lipat!」

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Api Bakar
kok gak nyambung ceritanya sih bab 3 sama bab 4
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status