Share

Bab 05. Menyusup Ke Sarang Goblin

[Ya]

Sistem yang berada dalam diri Zhu Lian bereaksi terhadap jawabannya. Yang membuat dia ingin menerima tantangan tersebut adalah karena poin aura spritualnya akan naik.

Pada dasarnya dengan menggunakan qi, seseorang akan membangkitkan kekuatan spiritual atau biasa lumrahnya disebut: tenaga dalam. Kemampuan spiritual seseorang didapatkan dari pengerahan qi yang menangkap energi unsur-unsur alam. 

Aura spiritual merupakan indikator pancaran enersi spiritual dalam diri seseorang. Singkatnya: semakin aura spiritual meningkat, itu menandakan seberapa besar kekuatan spiritual individu tertentu.

Menemukan pintu masuk Kuil Cadas, Zhu Lian mulai melangkah menyusuri lorong dari bangunan tersebut. Pada tembok-temboknya terdapat obor yang memberikan penerangan seadanya.

[Saat aura spiritual mencapai 1000 poin. Anda dapat membuka: teknik Tinju Geledek Longma dan Tendangan Halilintar Longma]

“Bagus! Itu dia yang aku tunggu-tunggu!” sambut Zhu Lian dalam hati, ketika sistemnya memberikan penjelasan bagi dia.

Teknik yang akan didapatkan olehnya merupakan jurus pukulan dan tendangan menggunakan kekuatan spiritual. Yang berarti, tinju dan sepakannya nanti lebih kuat dari pada saat ia menaklukkan kelompok Serigala Tanduk tadi.

Terus menyusuri lorong dengan mengendap-endap, dari belokan sebelah kiri yang ada di depannya, Zhu Lian mendengar orang bercakap-cakap. Akan tetapi, mereka menggunakan bahasa yang tak dapat ia mengerti.

Vokal mereka kedengaran berat, kadang bagai tengah menggumam. Lalu suara cekikikan yang terkesan mengejek juga terdengar.

“Hiehehehe …!”

“Itu pasti Goblin,” pasti Zhu Lian tanpa bersuara. 

Begitu dia tiba di sudut tembok yang membelok ke kiri, ia tidak langsung melewatinya. Melainkan, mengintip dari balik dinding.

Tidak jauh di depan, ada ambang lorong lain. Zhu Lian melihat. Ada makhluk-makhluk yang membawa obor melintas di sana. Tinggi tubuhnya hanya sekira 150 sentimeter. Kulit mereka kehijauan. Wajahnya memiliki hidung bak hewan babi. Telinganya besar dan ujung cupingnya lunglai.

Mengawasi makhluk-makhluk yang membawa gada tersebut, pemandangan selanjutnya membuat Zhu Lian terkejut. Ia melihat sosok wanita terikat menggantung pada sebuah batang kayu. Mulutnya dibekap dan sama sekali tidak mengenakan busana.

Rombongan Goblin itu membawa dua orang perempuan dalam kondisi yang sama. Terikat dan tak berpakaian.

“Mereka … menawan wanita-wanita tersebut?” batin Zhu Lian menerka.

Ia teringat akan kisah para pendekar petualang tentang ras makhluk Goblin. Konon, mereka memang suka merudapaksa kaum hawa. Akan tetapi, yang mereka lakukan bukanlah layaknya kekerasan biasa.

Mereka akan menculik, kemudian membawa wanita-wanita tersebut. Kemudian, menggauli mereka untuk ritual tertentu. Gawatnya, mereka akan menyetubuhi para perempuan itu hingga tak berdaya. Kemudian, membunuh mereka.

“Aku mesti menyelamatkan wanita-wanita itu!” tegas Zhu Lian dalam benaknya.

Melanjutkan penyusupannya, Zhu Lian sempat tersesat di dalam Kuil Cadas. Beruntung. Dalam kebingungannya, sistem dalam dirinya ternyata bagai mengetahui apa yang ia perlukan. Sehingga, sistem tersebut membuka peta untuk menuntun dia.

Tidak lama kemudian, Zhu Lian tiba di sebuah lorong. Di dalam, ia bisa mendengar suara khas para Goblin tengah berkata-kata dengan serempak. Rupanya, mereka sedang memulai ritual tertentu.

Dengan ekstra hati-hati, Zhu Lian menyusuri gang tempat ia berada. Ternyata benar. Ia dapat melihat. Ada dua wanita terikat di lantai tanah dari ruangan tersebut. Mereka berusaha meronta, tapi tangan dan kaki mereka terbebat melebar pada pasak-pasak yang tertanam di tanah.

“Hmmmnnn…! Hmmnnn…!”

“Nnnnggg…! Nnnggg…!”

Baru saja Zhu Lian berpikir apa yang harus ia lakukan, tahu-tahu saja ia merasakan. Dari arah belakang, punggungnya ditodong oleh sebuah benda tajam.

“Hiehehe …!”

Bermaksud untuk menoleh, Zhu Lian mendengar suara kekehan sesosok Goblin. Pada akhirnya, Zhu Lian menoleh perlahan-lahan. 

Benar. Ada tiga makhluk yang jauh lebih pendek dari dirinya memandangi dia dengan puas. Kesemuanya menyeringai menunjukkan gigi-gigi tajam mereka yang tertata tidak beraturan. Ketiganya menodongkan tombak mereka pada Zhu Lian.

Salah satunya bersuara, seolah menyuruh Zhu Lian untuk terus melangkah ke ujung lorong. Masih tidak tahu apa yang akan dirinya perbuat, terpaksa. Dia menuruti keinginan para Goblin tersebut. Ia mengangkat tangan dan berjalan bersama mereka.

“Dasar sial! Sistem, apakah kamu tidak bisa mendeteksi keberadaan lawan?” keluh Zhu Lian dalam hati pada sistemnya yang tidak memberikan tanda apa-apa.

Zhu Lian digiring memasuki sebuah tempat layaknya sebuah tempat upacara penyembahan. Ketika ia tiba di sana, kedua perempuan yang tengah terikat itu terkejut. Sekaligus, kikuk. Kaget karena ada manusia lain di sana dan canggung karena mereka berada dalam keadaan telanjang bulat.

“Nona-nona,” singkat Zhu Lian berucap, bermaksud menghargai para wanita itu. 

Aktivitas para Goblin terhenti karena kedatangan Zhu Lian. Para Goblin mengenakan pakaian seperti manusia zaman batu. Cawat dari kulit hewan tanpa mengenakan atasan.

Namun, salah satu di antara mereka mengenakan kulit hewan dengan cara berbeda. Ia menggunakan baju berpotongan menyelempang. Bagian bawahnya seperti rok.

“Kemungkinan besar, makhluk jelek yang satu ini adalah pimpinan mereka,” terka Zhu Lian dalam batinnya.

“Hurah…! Rhawhwa grrrhah wahwowhoh… huah!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status