Tak aneh kalau toilet mini market yang disinggahi puluhan orang setiap harinya selalu berpenampilan luar biasa, meski setiap hari dibersihkan dengan seksama. Walau sudah sering membersihkan toilet, Joya masih selalu mengernyit tiap berjongkok menyikat lantainya. Tepian WC selalu membuatnya mual.
"Aww!" Kepala Joya tersentak ke belakang. Rambutnya yang diikat tinggi itu ditarik tiba-tiba oleh seseorang.
"Nama lo Joya Dimitra?" tanya pria pelaku yang baru saja menarik rambut Joya.
Sikat yang tadi dipegang Joya, terlepas. Tangannya seketika berpindah memegangi bagian kepalanya yang berdenyut karena tarikan pria itu.
"Sakit, Pak. Tolong lepas," teriak Joya keras sambil berusaha mencakar tangan yang sedang menarik rambutnya. Rasa sakit langsung menjalar ke kepala Joya.
"Gue tanya sekali lagi, nama lo Joya Dimitra?"
"Iya, Nama gue Joya Dimitra," jerit Joya keras sambil berusaha melepaskan cengkeraman di kepalanya.
"Bagus," ucap lelaki itu.
Setelah lelaki itu berkata, Joya merasakan kepalanya terayun ke depan dan dengan suksesnya kepala Joya dibenturkan ke tempat menyimpan tisu gulung yang ada di depannya.
Bruak...
Joya merasakan rasa sakit, perih dan dingin di dahinya, kuping Joya langsung berdenging kencang. “Sakit.”
“Dengar dan ingat, waktu kamu bayar hutang cuman tiga hari lagi. Kalau nggak bisa bayar kamu tau ‘kan konsekuensinya?” tanya lelaki itu sambil membalik badan Joya.
Joya langsung merasa tubuhnya diguncang, napasnya langsung tercekat saat melihat wajah lelaki yang menarik rambutnya. Lelaki itu berbadan kekar dan memiliki wajah penuh dengan carut. Gigi yang tidak rata membuat penampilannya makin tak sedap dipandang.
“Apa?” tanya Joya ketakutan.
Lelaki itu menyeringai dan memandang Joya dari ujung rambut ke ujung kaki. Matanya langsung berlabuh di payudara Joya yang tampak penuh dibalik kemeja longgar yang dikenakan Joya.
“Kamu harus layani bos Hasan, setelahnya....”
Joya berjuang menelan salivanya, rasa takut langsung menyergapnya saat melihat tatapan penuh dengan nafsu dari lelaki mengerikan di hadapannya itu.
“Kamu bisa layani saya,” kekeh lelaki itu sambil mengusap pipi Joya yang mulus tanpa celah.
Joya terisak saat mendengar perkataan lelaki mengerikan di hadapannya. “Iya.”
“Bagus,” ucap lelaki itu sambil mendorong Joya secara serampangan.
Badan Joya langsung terpelanting dan menubruk tempat sampah di hadapannya.
Brak...
Lelaki itu membanting pintu kamar mandi dengan keras membuat badan Joya bergidik ngeri. Joya langsung mencengkeram kemejanya.
Tangisan Joya pecah, badannya bergetar hebat saking takutnya dengan ancaman lelaki tadi.
“Bagaimana ini? Bagaimana?” bisik Joya sambil mengusap air mata yang terus keluar dari matanya. Joya ketakutan dia bingung apa yang harus dia lakukan.
Tuk....
Joya melihat ponselnya, layarnya tiba-tiba menyala. Ditatapnya foto dirinya dan Szasza, dalam keadaan bingung dan frustrasi, Joya mengambil ponselnya kemudian menelepon Szasza.
Pada dering keempat Joya mendengar suara Szasza yang sangat Joya kenal.
“Iya, Joy.”
“Sza, gue mau jual kegadisan gue. Tiga milyar, malam ini. Gue mau.”
“Lo yakin?” tanya Szasza.
Joya mengambil napasnya dalam-dalam, sejujurnya Joya tidak mau melakukannya. Gadis waras mana yang rela badannya disentuh bahkan disetubuhi oleh orang tak dikenal? Andai bukan karena hutang dan ancaman yang tadi diberikan oleh lelaki suruhan Hasan. Mungkin, Joya tidak mau mengambil jalan pintas tersebut.
“Satu pria ‘kan?” tanya Joya.
“Iya, satu.”
“Bukan pria tua bangka kaya si Hasan dan aku mau bayaran di muka. Aku nggak mau ditipu, Sza.”
“Iya, bisa. Semua bisa diatur, biar gue yang atur.”
“Semalam aja ‘kan?” tanya Joya lagi.
“Iya, dua belas jam. Nonstop dan lo harus patuh sama pembeli lo. Apa pun yang dia mau, lo harus lakuin.”
Joya berjuang menelan salivanya saat mendengar perkataan Szasza, berbagai macam pikiran buruk langsung berdatangan ke pikiran Joya. Gadis itu makin merasa mengigil. “Sza, apa pun itu apa?”
Terdengar suara helaan napas dari Szasza, “Nanti gue yang urus, apa yang boleh dan nggaknya. Pokoknya lo aman.”
“Oke.”
“Joy, gue tanya lo sekali lagi,” ucap Szasza.
“Apa?” tanya Joya sambil berdiri dan merapikan pakaiannya.
“Lo yakin?”
Joya menggigit bagian bawah bibirnya, sejujurnya Joya ingin berteriak keras bahwa dia tidak mau melakukannya, dia tidak yakin.
“Joya Dimitra,” panggil Szasza.
“Gue yakin, Sza.”
Terasa jeda waktu yang cukup lama ditelepon, “Oke, gue atur buat malam ini.”
“Oke.”
“Tenang, Joy.” Szasza mencoba menenangkan Joya yang tampak bergetar hebat.
Joya hanya melihat Szasza yang sedang memotong kuku tangan dan kakinya. Detik ini Joya sedang duduk di dalam kamar salah satu hotel berbintang di Jakarta.
“Gue lakuin di sini?” tanya Joya sambil menatap sekelilingnya. Jantungnya berdetak keras, Joya yakin Szasza mendengar suara detak jantungnya yang keras.
“Iya, di sini.” Szasza mengikat rambut Joya ke atas. “Sebenarnya klien kita nggak suka perempuan berambut tanggung kaya kamu.”
“Terus?”
“Tapi, aku bilang. Kamu masih perawan dan ini kali pertama kamu disentuh pria.”
“Tapi, aku pernah disentuh orang lain, Sza.”
“Loe bisa bohong ‘kan?” tanya Szasza.
Joya terdiam dan hanya bisa menganggukkan kepalanya. “Bisa, gue bisa bohong.”
“Bagus, ingat Joy. Cuman dua belas jam, lo harus bisa. Ikuti semua keinginan dia. Ingat semuanya, dia tau batasannya.” ucap Szasza.
“Batasan apa?” tanya Joya bingung.
“Dia nggak bisa mukul lo, dia nggak bisa buat kasar ke lo. Dia tidak bisa meminta lo untuk melakukan lewat belakang....”
“Apa!?” Tubuh Joya langsung menegang saat mendengar perkataan Szasza.
“Iya, itu gue larang dan Joy,” panggil Szasza.
“Iya.”
“Gue minta lo pake nama samaran, jangan pake nama asli lo. Pokoknya, kasih nama palsu.” Szasza memberikan perintah pada Joya.
“Oke,” ucap Joya sambil menahan napasnya.
Szasza kemudian membenarkan rambut Joya dan pakaian Joya. “Joy, aku simpan tas ini di lemari yah. Di dalamnya ada perlengkapan pribadi lo. Semuanya, termasuk baju ganti.”
“Buat apa baju ganti?”
Szasza hanya tersenyum pada Joya, “Udah, pokoknya semunya ada di sini.”
“Iya,” jawab Joya.
Szasza mengambil sesuatu dari dalam tasnya, “Lo harus pake ini, Joy.”
“Apaan?” tanya Joya bingung melihat kain berwarna hitam di hadapannya.
“Kamu harus tutup mata kamu pake ini selama kamu ngelayanin klien kamu.”
“Hah, gila kamu. Kenapa harus pake penutup mata?” tanya Joya bingung.
“Harus, kamu harus pake ini,” ucap Szasza. “Sepanjang kamu melayani klien kamu ini, kamu dilarang buat mengintip. Ngerti kamu?”
“Oke,” jawab Joya pasrah. Sudahlah dia pasrah, terserah mau di apakan. Yang penting dia ingin semuanya selesai dengan cepat.
Tring...
Joya merasakan getaran di ponsel miliknya, dengan cepat Joya mengambil ponselnya. Matanya langsung membulat saat melihat sms banking.
“Sza uangnya udah masuk,” ucap Joya sambil menatap Szasza.
Szasza hanya tersenyum, “Syukurlah, sekarang tinggal kamu yang kerja.”
“Iya.”
Dengan mata ditutup, indera perasanya yang lain menajam. Joya bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Dari kejauhan dia bisa mendengar suara langkah kaki mendekat.
Tubuhnya bergerak gelisah. Seseorang sedang berdiri di dekatnya sekarang. Dia bisa mendengar beratnya tarikan dan helaan napas.
Joya menelan ludahnya perlahan. Dia yakin tak akan melupakan saat itu sepanjang hidupnya. Saat seluruh lututnya lemas seakan tak bertulang.
Langkah kaki berat terdengar mengitarinya. Pria itu. Pasti langkah kaki pria yang akan menidurinya, batin Joya. Dia kembali mengutuk dan mencaci maki dirinya di dalam hati.
Tak henti Joya mengata-ngatai dirinya sendiri soal kebodohan. Sedang sibuk dengan pikiran itu, hembusan napas panas menerpa lehernya.
"Nama kamu siapa?" bisik pria itu.
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F