"Iya Gio, Aku sampai bingung pengen cerita ke Kakak tapi Kakak gak percaya padahal Aku iseng ceritanya" ucap Rini.
"Sama, tadi juga Aku gitu Rin" jawab Gio.
"Ya sudah Aku pulang yah, makasih untuk mimpi yang indah tadi siang" ucap Rini kemudian pamit untuk segera pulang, karena Restaurant nya memang tutup sejak sore, beda dengan Cafe Gio yang buka dari Sore hingga tengah malam.
☆☆☆☆☆
Di rumah Camelia.
Dia terlihat begitu senang di dalam kamarnya sambil menjilati sendok puding pemberian dari Rini yang sudah bersih, baru kali ini Camellia mencicipi makanan senikmat itu.
Cameli
"Nah jika begitu Tante tenang" jawab Ibu Mila sambil tersenyum. "iya, nanti Aku juga nginep di Hotel Om, Tante, jangan khawatir" ucap Danish lagi agar semakin meyakinkan kedua orang tua Mila. "Ayo makan dulu" ajak Ibu Mila. Camelia, Danish dan Papanya Mila segera menghampiri meja makan dan mereka pun makan bersama. Karena hari sudah begitu larut, Danish berpamitan pada keluarga Camelia dan berpesan jika besok Dia sendiri yang akan menjemput Mila menuju Hotel. "Sampaikan salam Om pada Papa Kamu yah dan hati-hati dijalan" ucap Papa Mila. "baik Om, mari semua, sampai kete
Setelah bertemu dengan Gio kemarin, Camelia merasakan hidupnya sedikit berwarna, Giovanni mampu membuatnya yang OCD bisa tidak merasakan apa-apa meskipun makan puding di pinggiran Hotel dan Dia tidak merasa jijik saat Gio memegang tangannya, memakaikan topi dan jaketnya yang kucel tampak kotor seolah belum dicuci berhari-hari.Sementara Danish merasa jika dari awal Dia telah jatuh cinta pada Camelia, berawal dari saat Dia bersama Leo menolongnya dan itu pertama kali Danish bertemu dengan Camelia, waktu Camelia diculik oleh Julia, Saat Danish tau jika Camellia adalah teman sekolahnya dulu waktu di Indonesia, saat itu Danish langsung menerima tawaran orang tuanya untuk menjadi ahli waris Global Angkasa dan menetap di Indonesia, semua demi untuk dekat dengan Camelia, meskipun Dia tahu jika Carol pun menyukainya tetapi Danish tak pernah memberi kesempatan sekecil apapun pada Carol dan hanya
"ha ha ha, iya betul, betul Danish, Om sangat bangga dengan anak muda sepertimu, Dulu Om saat seumuran Kamu jam segini sudah berada di pesawat menuju negara lain, tidur selama bertahun-tahun hanya di pesawat, Bantal rumah itu adalah mimpi besar dalam kehidupan Om, tetapi sekarang mimpi itu terwujud dan Om bersyukur dengan masa muda Om yang bekerja seperti robot itu" ucap Tuan Marvel. Tuan Marvel dan Danish berbincang begitu intens pagi itu, sedangkan Mila, Carol dan Nyonya Vaganza sedang sibuk menyiapkan gaun-gaun dan sepatu untuk dibawa ke Hotel, padahal jarak dari Rumah ke Hotel tidaklah begitu jauh tetapi seperti biasa Nyonya Vaganza selalu harus sempurna, agar Putrinya itu tidak pernah mati gaya. "oke siap yah semua, Paman Thomas tolong panggil Bodyguard lain untuk mengangkut Koper kami" seru Carol pada pemimpin Bodyguard
"ya ampun sekarang sudah jam sembilan, dari tadi dimana dong, kok Aku gak lihat?" tanya Mila lagi. "dari tadi, nemenin Papa sama si Marius, terus angkutin koper kamu" sahut Tuan Marvel dari luar yang berjalan menuju ruang tengah. "ya Papa, Kak Danish takut sama si Marius, jangan jahil ah, ngomong-ngomong makasih yah udah angkat koper Aku?" tanya Mila tanpa sedikitpun rasa tidak enak karena telah membuat seorang pengusaha muda, kaya raya, pewaris tunggal seperti Danish, mengangkut barang-barangnya. "sama-sama Mil, jadi apa Kita berangkat sekarang? atau masih betah dirumah?" tanya Danish sedikit bercanda. "oh berangkat sekarang dong" jawab Carol tiba-tiba, "soalnya tempat favorit Dia itu rumah, kalau d
Perasaannya begitu dilema saat ini, bicara salah, tidak bicara pun serba salah, karena semakin dia melihat Danish dekat dengan Mila, semakin khawatir perasaannya, dia takut Danish bersama Mila dan lebih memilih bersama adiknya itu. "Argh …." teriak Carol tiba-tiba sambil memegangi kepalanya yang penuh dengan banyak pertanyaan dan kebingungan. "kenapa Non?" tanya Paman Thomas dan memandang ke arah Carol yang berada di belakangnya. "oh, nggak Paman Thomas, nggak apa-apa hehe" jawab Carol terlihat malu, dia tidak kontrol hingga berteriak keras, dia lupa jika di depannya ada Paman Thomas dan Pak sopir. Kendaraan pun tiba di lobi hotel Ritz Buana, Carol dan Paman Thomas keluar duluan, sementara Danish mem
"Kak, aku pergi ke Ballroom untuk latihan yah" ucap Camelia. "Mil, tunggu aja dulu, Paman Thomas lagi beres-beres" jawab Carol sambil membereskan isi koper milik Camelia adiknya. "aku pergi sendiri saja, sudah saatnya aku mandiri, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku kak, aku bisa jaga diri, seperti kemarin" ucap Camelia lagi. "kamu yakin Mil?" tanya Carol sedikit ragu. "yakin, tenanglah jika hal seperti kemarin terjadi lagi aku pasti bisa menyiasatinya, aku bawa baju ganti juga untuk berjaga-jaga" jawab Camelia. "ah lebih baik tunggu paman Thomas dan yang lainnya dulu Mil, kakak gak tenang nih, kalau Mama sama Papa menghubungi gimana?" ta
Ada beberapa orang yang melewati tangga darurat tersebut, kebanyakan adalah para karyawan Hotel dan Mall tersebut, terlihat dari seragamnya, Camelia ragu untuk bertanya, dia hanya berusaha menghindari setiap pandangan dari orang-orang yang melewatinya. Hingga seseorang tiba-tiba saja mengambil tas yang dijinjingnya kemudian memegang tangan Camelia. Camelia awalnya akan menolak dan berteriak, tetapi saat dilihat itu adalah pria yang dikenalnya, dia pun akhirnya tersenyum lalu mengikuti pria tersebut di belakangnya sambil tak hentinya Camelia tersenyum karena pria tersebut begitu mengagumkan di matanya. Mereka berdua keluar dari pintu darurat, terlihat hamparan keramik marmer menghiasi gedung tersebut, terlihat begitu mewah dan megah, suasana di gedung tersebut pun terasa sepi dan menenangkan.
"Ih, kamu yah!" ucap Camelia manja sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Gio, hingga Gio bergidik. "Jangan begitu juga, ingat aku ini lelaki normal tau!" balas Gio sambil tersenyum dan mengusap sejenak telinganya yang terasa geli tak karuan. Mereka berdua terus berjalan sambil sesekali bercanda, gedung tersebut benar-benar sangat sepi, penjaga memang ada di beberapa titik, tapi mereka sangat jauh posisinya, sehingga Gio dan Mila dapat tertawa dan bercanda sepuasnya tanpa ada yang memperhatikan. Lalu sampailah Gio disebuah Cafe yang masih tutup dan memasukinya dengan segera. Camelia turun dari punggung Giovanni. "Duduklah, aku ambilkan air minum dulu ya." Kata Giovanni kemudian pergi ke belakang. Cameli mengangguk, "terima kasih" jawab Mila lirih dan memandang punggung Giovanni yang terlihat menjauh dari pandangannya, pergi entah kemana. Tak lama kemudian Gio kembali lagi, menyodorkan sebotol air minum pada Camelia."Ini minumlah dulu." Pinta Gio sambil membukakan penutup botol,