Share

Sayana

Author: Asmara Dana
last update Last Updated: 2023-07-27 08:30:00

Mayra mengeliat pelan. Hari masih gelap ketika dia membuka mata, tetapi sayup-sayup suara kokok ayam sudah terdengar dari kejauhan. Sedikit tertatih, dia menuju ke kamar mandi. Melihat dengan helaan nafas panjang bekas luka cambukan yang sudah terlihat samar sekarang.

"Mayra, semangat! Ini bukanlah akhir dunia. Masih banyak yang bisa dilakukan!" Mayra menatap cermin dan memberi sugesti kepada dirinya sendiri.

Banyak yang Mayra pikirkan, tetapi rasa ngilu di tubuhnya membuat Mayra harus mengenyahkan sementara beban pikirannya. Hari ini meskipun masih terasa nyeri, Mayra harus bekerja. Dia harus menghubungi nona Lolita segera. Ada seribu rencana jangka panjang yang sudah tergambar dalam benaknya. Bekerja dengan giat dan penuh semangat menjadi awal dari semua rencananya tersebut.

Suara bel yang berdering menggugah kesadaran Mayra yang sedang melamun.

"Jam enam. Siapa yang datang sepagi ini?"

Segera Mayra berjalan ke arah ruang tamu. Bel itu berbunyi semakin sering, pertanda tamu Mayra kali ini sungguh tidak sabar.

"Siapa?"

"May! Syukurlah kamu baik-baik saja, May!" ucap Sayana di depan pintu kemudian langsung memeluk Mayra. Sentuhan itu begitu erat, sehingga membuat Mayra mengernyit menahan sakit.

"Ah, Maaf. Pasti masih sakit rasanya!" cetus Sayana.

"Tidak begitu sakit, hanya sedikit kaget saja. Ada apa, Yan?" tanya Mayra begitu mereka duduk di sofa yang nyaman di ruang tamu.

"Aku diminta nona Lolita melihat keadaanmu. Seharusnya kau bertanya kepadaku, May!" sesal Sayana kemudian.

Benar! Siapa lagi yang akan menanyakan keadaannya kalau bukan rekan satu timnya. Biasanya nona Lolita akan menjaga rahasia kliennya. Sepertinya untuk kasus Mayra kali ini sebuah perkecualian.

"Untuk apa bertanya kepadamu, Yan?"

"Tentu saja untuk meminimalisir rasa sakit yang timbul. Kalau kau sudah bisa mengontrolnya, maka kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Bahkan kau ingin melakukannya lagi!" kata Sayana menggebu-gebu.

Gadis di depannya ini sudah tidak waras! Benar! Pasti seperti itu! Apanya yang nikmat jika yang timbul hanyalah kesakitan semata! gerutu Mayra di dalam hati. Namun, Mayra tetap tersenyum menanggapi cerita Sayana.

"Aku bawakan sarapan dan buah untukmu! Dimakan ya, May," tutur Sayana setelah selesai dengan ceritanya.

"Terima kasih, Yan. Seharusnya tidak perlu repot-repot!" jawab Mayra, menerima pemberian Sayana dengan senyum manis yang masih terkembang.

"Aku pulang dulu. Capek sekali semalam, tapi setimpal dengan imbalannya!" kata Sayana membuka cardigan merah dan menunjukkan luka merah memanjang. Membuat Mayra bergidik tanpa sadar menggigil melihat hal itu. Tidak ada tanda kesakitan sedikit pun dari wajah Sayana. Dia sepertinya malah bangga dengan semua pencapaiannya.

"Oh, ya, May, lupa." Sayana berbalik lagi menghadap Mayra begitu dia sudah di luar pintu.

"Iya, Yan?" Mayra melihat lagi ke dalam ruang tamunya barangkali ada barang Sayana yang tertinggal.

"Kalau kamu keberatan, tuan Jaya bisa untukku!" Sayana tersenyum setelah mengatakannya dan tanpa menunggu jawaban Mayra, Sayana berjalan menuju mobilnya. Meninggalkan Mayra yang masih termangu menatap mobil Sayana sampai mobil itu menghilang di balik tikungan.

Seharusnya dia tahu bahwa Sayana bukan tanpa pamrih pergi menemuinya. Pasti ada maksud dan tujuan. Jaya Mahendra. Itu tujuan Sayana.

Hari masih pagi, tetapi Mayra sudah merasa lelah luar biasa. Lelah secara batin dan fisik.

"Mayra! Ayo jangan lemah! Kau kuat! Kau hebat!" Mayra kembali memberi semangat kepada dirinya sendiri. Dia menepuk-nepuk pipinya, agar tindakannya itu bisa menyalurkan semangat membara.

Tidak ada yang dilakukan Mayra sepanjang pagi itu, dia hanya terpekur di depan jendela kamarnya. Memandangi bunga-bunga yang tumbuh dengan subur di sana. Bunga-bunga yang indah, tidak seindah kehidupan Mayra.

Dering bel kembali berbunyi. Mayra melihat jam yang terletak di atas nakas. Sepertinya hari ini rumahnya sungguh ramai, dengan datangnya kunjungan-kunjungan. Siapa lagi kali ini yang datang berkunjung? Mayra menghela nafas panjang, memeriksa penampilannya sebentar dan berjalan ke arah pintu depan.

"Nona Lolita?" Mayra menatap nona Lolita yang berdiri di hadapannya dengan penampilan paripurna seperti biasanya.

"Saya sudah menerima pesanmu, May. Bagaimana keadaanmu?"

"Sudah lebih baik, Nona Lolita."

"Tapi apa kau bisa melayani pelanggan dengan baik? Jangan sampai klien kita tidak puas!" Nona Lolita memeriksa sekujur tubuh Mayra untuk melihat adanya kekurangan. Hanya ada bekas yang samar, sangat mudah ditutupi dengan foundation.

"Saya tidak akan mengecewakan nona Lolita!" Janji Mayra tegas. Dia memerlukan banyak uang, kalau terlalu sering libur, keuangannya bisa kacau dan Mayra tidak ingin hal itu terjadi. Rencananya masih banyak, dan belum ada satupun yang terealisasi.

"Baiklah, ada satu klien yang secara khusus memintamu. Bahkan sudah memberikan uang satu milyar. Begitu selesai, saya akan mengirimkan uangnya kepadamu. Setelah dipotong bagian saya tentunya," papar nona Lolita.

Penjelasan yang tentu saja membuat netra Mayra membulat sempurna. Satu Milyar, siapa orang tidak waras yang mau memberikan uang sebesar itu hanya untuk mendapatkan pelayanan dari Mayra?

"Apakah tuan Jaya?" tanya Mayra lirih. Perlakuan Jaya kepadanya masih menyisakan jejak kengerian.

"Tidak, bukan tuan Jaya! Saya sudah bertanya secara mendalam. Dan klien kita kali ini normal. Jadi, kau bisa tenang."

"Baik, Nona Lolita. Saya akan melakukannya. Nona Lolita kirim saja alamatnya nanti," ucap Mayra cepat. Jangan sampai dia menolak, toh Mayra sendiri yang menawarkan diri kepada nona Lolita tadi. Lagipula uang yang ditawarkan begitu besar, sungguh kesempatan langka. Sayang sekali jika Mayra melewatkannya begitu saja.

"Kau memang yang terbaik!" seru Lolita dengan girang dan mengacak rambut Mayra dengan penuh kasih sayang. Mayra memang maskot keberuntungannya. Lolita harus menjaga dan merawat Mayra dengan baik.

"Setelah ini, kau bisa libur satu minggu!"

Mayra menggelengkan kepala. Kalau dia libur, maka rencananya akan semakin menjauh, jadi dia tidak bisa libur dan tidak boleh libur.

"Baiklah, baiklah! Kau bisa tetap bekerja."

"Istirahatlah dulu, supaya kau lebih segar," lanjut nona Lolita, kembali mengamati Mayra untuk memastikan Mayra dalam keadaan paripurna.

"Saya tahu, Nona Lolita. Terima kasih!"

Sepeninggal nona Lolita, Mayra segera mempersiapkan dirinya. Tidak ada gunanya beristirahat, sudah cukup waktu untuk istirahat. Sekarang sudah saatnya mencari uang lagi. Mayra membutuhkan waktu untuk penampilannya kali ini. Apalagi kalau bukan untuk menutupi bekas lukanya. Jangan sampai klien yang berani membayar mahal kali ini kecewa dengan penampilannya.

Mayra menatap wajahnya di depan cermin. Wajah itu begitu segar. Pasti tidak ada yang mengira bahwa dia mengalami siksaan beberapa hari sebelumnya.

Ponsel Mayra yang berdering membuat gadis itu menghentikan aktifitasnya.

"Nona Lolita," gumam Mayra begitu melihat siapa yang menghubunginya.

"Halo, May. Ada perubahan rencana!"

"Iya, Nona Lolita," jawab Mayra. Membayangkan uang yang melambai mengucapkan selamat tinggal.

"Kamu malam ini melayani tuan Jaya lagi. Biaya pembatalan sudah dikirim oleh tuan Jaya. Dan juga saya sudah mengirim uang satu milyar ke rekeningmu!"

Mayra hanya bisa menahan nafas dan tidak berkata apa-apa selain ponselnya yang jatuh ke atas karpet bulu yang terletak di lantai kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Rahasia Madam Sonia

    Jaya tersenyum dan memeluk Mayra dari belakang dengan mesra. Dia sama sekali tidak peduli dengan adanya Madam Sonia yang masih berada di hadapan mereka."Apa maksudnya, Sayang?" tanya Mayra kepada Jaya."Apa tadi yang aku dengar? Kamu mengatakan bahwa ada yang tidak boleh aku tahu. Ah! Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku, Sayang." Jaya dengan lembut bertanya kepada Mayra. Madam Sonia yang mendengar pertanyaan Jaya hanya bisa tersenyum kaku. Mayra tersenyum lembut dan menangkap tangan Jaya lalu menariknya kehadapannya dengan penuh kelembutan."Sayang, kau pasti mendengarnya hanya sepotong saja. Tapi ... memang benar ada yang aku rahasiakan darimu," kata Mayra menatap Jaya dengan jenaka. Jaya kembali memandang Mayra dengan gemas. Kalau tidak ada Madam Sonia disana, pasti dia akan menggendong Mayra ke kamar mereka dan melucuti pakaiannya langsung. Apalagi ekspresi Mayra sungguh membuatnya menahan sesuatu yang bergelora di dalamnya."Sayang!" tegur Mayra keras, melihat Jaya yang te

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Topeng

    "Bagaimana kandunganmu, May?" tanya Kanaya kepada Mayra ketika putra dan menantunya itu berkunjung ke rumah. "Cukup baik, Ibu. Kami, terutama calon cucu ibu tumbuh dengan baik di dalam sana," jawab Maira tersenyum. Setidaknya dia sudah bisa menerima fakta bahwa dia memang benar hamil anak Jaya, buah hati mereka berdua. Dia harus melupakan misinya itu dan harus menerima keadaan dengan sepenuh hati. Bukan! Bukan sepenuh sebenarnya karena Mayra sendiri masih belum menemukan waktu yang tepat untuk melakukannya. Maira teringat lagi dengan pertanyaannya yang dijawab Jaya dengan senyuman penuh misterius."Aku rasa kita sudah pernah membicarakan tentang hal ini. Apa kau lupa. Apa yang kau tunggu? Kau bisa melakukannya sekarang juga," kata Jaya sambil membuka bajunya. Pada saat itu yang tampak di mata Mayra adalah tubuh Jaya yang kokoh dan dada bidangnya sungguh membuat Mayra tergoda. Ternyata dia sebagai wanita juga tidak bisa membiarkan pesona menggoda di hadapannya itu. "Aku hanya berc

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Keinginan Mayra

    "Siapa yang coba kau lindungi?" Suara teriakan Jaya ditambah dengan cambuk yang terkena kulit, menimbulkan kengerian luar biasa bagi yang mendengarnya.Pria itu hanya menyeringai sinis mendengar pertanyaan Jaya. Namun, tidak ada sedikitpun gelagat dia akan menjawab pertanyaan Jaya. "Dengarkan aku! Kau akan mati perlahan kalau tetap membisu! Tidak! Kematian terlalu bagus untukmu! Aku akan menyiksamu perlahan sampai kau juga ingin kematian. Begitu lebih baik!" kata Jaya dingin. Dia memberi isyarat kepada penjaga kamar hukuman agar melanjutkan siksaan bagi pria itu. Pria yang telah menembak Mayra. Sedangkan orang yang mulai membuat kekacauan masih belum ditemukan. "Bagaimana kamera pengawas?" "Semua berjalan normal, Tuan. Tidak ada yang bertingkah mencurigakan bahkan semua orang sudah kami awasi satu persatu." Andrian yang maju menjawab."Berarti ada pengkhianat dari dalam. Siapa yang berani mengkhianatiku?" gumam Jaya."Tuan, kami menyampaikan informasi baru," kata pengawal lain yan

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Minuman Herbal

    Mayra menatap Jaya dengan penuh tanda tanya di wajahnya. Apa yang dimaksud Jaya?"Tahu tentang apa, Sayang?" tanya Mayra. Dia mencoba menutupi perubahan wajahnya. Dia tahu pasti, Jaya tidak akan tinggal diam jika tahu tentang semua yang dia sembunyikan."Orang tuamu dan semua tetangga akan pulang besok. Aku belum memberitahukan tentang keadaanmu," jawab Jaya mengalihkan pembicaraan. Dia masih mengusap lembut tangan Mayra yang bebas."Ah, tolong jangan beritahu mereka. Kejadian di pesta tadi pasti sudah membuat mereka khawatir.""Tentu, sesuai permintaanmu. Dan kau harus lebih menjaga diri lagi. Ada nyawa lain di dalam tubuh ini," kata Jaya mengusap selimut Mayra yang menutupi perutnya. "Ka—u, apa maksudmu, Sayang?" Mayra menelan ludah mendengar pertanyaan itu. Sesuatu yang ingin ditutupinya ternyata harus terbongkar juga."Jangan ditutupi lagi. Kau tidak ingin menjalani kehamilan dengan nyaman? Dengan perhatian dari suamimu ini?" Jaya menatap wajah Mayra dengan penuh kelembutan."Da

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Tembakan

    Jaya tidak bisa mencegah ketika badan Mayra dengan gagah berani menghadang peluru yang hendak ditembakkan kepadanya. Bahkan pengawal yang seharusnya menjadi pasukan berani mati dan siap menjalani resiko apapun hanya bisa terpaku di tempatnya. Mereka sama-sama terdiam ketika melihat kejadian yang begitu cepat. Untungnya di detik terakhir, Ava sempat mendorong badan Mayra sehingga peluru yang hendak menembus jantung Mayra meleset dan hanya mengenai bahu bagian atas. Meskipun begitu, pasti rasanya sakit sekali. Darah yang mengucur ditambah dengan Mayra yang pingsan sudah cukup menjadi jawaban. Jaya menghampiri Mayra yang pingsan dan terkulai lemah di dalam pelukan Ava. Gaunnya yang berwarna putih tulang sudah berubah warna sekarang. Darah itu cukup pekat, membuat Jaya ketakutan."Minggir, Ava, biar aku yang menggendong istriku," kata Jaya menahan amarah. Dia akan pastikan orang yang melakukan ini akan menerima akibatnya. Beraninya dia melukai Mayra di depan matanya sendiri! Pengawal ya

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Penyusup

    Suara tembakan itu berdesing ke atas, tepat ke arah lampu gantung yang menghiasi pelaminan tempat Jaya dan Mayra sedang duduk. Jaya dengan cekatan mendorong Mayra ke samping tepat ketika lampu itu akan jatuh menimpa mereka. Suara teriakan sudah terdengar ditambah dengan kesibukan pihak WO dan pengawal keluarga Adiguna menenangkan para tamu."Sepertinya ada yang membuat kekacauan dan menganggu acara makan istriku," gumam Jaya kesal. Mayra menatap serpihan lampu gantung yang hampir saja mengenai mereka kalau Jaya tidak sigap menghindar. Sepertinya sekarang waktunya untuk beraksi. Mayra mencoba mengambil pisau yang ada di balik bajunya, tetapi tangan Jaya lebih cepat menahannya."Tidak baik bagi mempelai bermain dengan benda tajam!" kata Jaya tegas. Ada riak tanda terkejut di sinar mata Mayra. Bagaimana Jaya bisa tahu apa yang hendak Mayra lakukan? Dia menarik tangannya kembali dan fokus kepada Jaya. Bahkan dia mengabaikan apa yang terjadi di sekelilingnya. "Bawa keluarga istriku ke te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status