Home / Romansa / Skandal Di Balik Meja Pengacara / Abaikan… tolong Abaikan!!!

Share

Abaikan… tolong Abaikan!!!

Author: AD07
last update Last Updated: 2025-12-20 15:41:02

Deru halus mesin mobil mewah buatan Eropa itu nyaris tak terdengar, tenggelam oleh bisingnya klakson dan sirine kejauhan yang menjadi musik latar abadi kota New York.

Di balik kaca jendela yang dilapisi film gelap anti-peluru, Soraya duduk terpaku, tubuhnya merosot di jok kulit yang empuk namun terasa dingin. Sepanjang perjalanan menuju penthouse Damien yang terletak di kawasan elit Upper East Side, Soraya tidak mengatakan apapun. Keheningan yang ia ciptakan bukanlah bentuk ketenangan, melainkan kelelahan mental yang akut pasca-pertempuran psikologis di ruang interogasi tadi.

Dia menatap nanar jalanan kota New York yang bergerak cepat di luar sana. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi seolah menjadi jeruji raksasa yang mengurungnya. Lampu-lampu kota yang mulai menyala di sore yang mendung itu tidak menawarkan keindahan baginya, melainkan mengingatkannya pada jutaan mata yang sedang mengawasinya, menilainya, dan menunggunya jatuh.

Soraya melihat orang-orang berjalan di t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Bisa bertingkah Semaumu?

    Udara di dalam bangunan raksasa itu terasa sejuk, berbau lilin yang terbakar, kayu tua, dan kesunyian yang mengintimidasi. Langit-langit yang menjulang tinggi dengan lukisan-lukisan para kudus seolah menatapnya dari atas, menghakimi sosok wanita kecil yang berlutut sendirian di tengah deretan bangku kosong. Cahaya matahari sore menembus kaca patri berwarna-warni, menjatuhkan bayangan ungu dan merah darah ke lantai, seolah mewarnai jalan yang Soraya lalui dengan memar dan luka.Soraya berlutut di baris depan, tepat di hadapan altar yang agung. Di sana, patung Sang Juruselamat tergantung dengan kepala tertunduk, ekspresi penderitaan yang abadi terukir di wajah-Nya. Soraya tidak langsung berlutut. Dia berdiri di sana sejenak, meremas tas tangannya, merasakan kontradiksi yang menyakitkan antara kesucian tempat ini dan kekotoran yang ia bawa di dalam jiwanya.Tubuhnya masih mengingat sentuhan Damien, kulitnya masih menyimpan jejak keringat dan aroma dosa yang baru saja ia lakukan di pentho

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Ada masalah, Sora?

    "Katakan padaku, Jalang. Katakan siapa tuhannya sekarang saat kau berlutut dan mendesah seperti hewan di pintuku? Di mana moralitasmu? Di mana Tuhan yang selalu kau takuti itu saat kau memohon penis pengacaramu untuk merobekmu menjadi dua?"Bisikan vulgar Damien itu meluncur panas ke dalam telinga Soraya, bersaing dengan deru napas mereka yang memburu dan suara gesekan tubuh yang basah dan kasar. Dia sudah sangat ingin klimaks."Kau! Kau tuhanku sekarang, Damien! Ahhh! di situ... hancurkan aku di situ!" jerit Soraya, suaranya pecah menjadi serpihan keputusasaan dan ekstasi.Tubuh Soraya mengejang hebat, pinggulnya yang menempel pada pintu kayu solid itu bergetar tak terkendali. Dinding-dinding kewanitaannya yang bengkak dan sangat basah melakukan tugas alaminya dengan sempurna, mereka meremas, memijat, dan mengurut kejantanan Damien dengan ritme spasmodik yang mematikan.Soraya menggelepar, kakinya mencakar lantai marmer, kuku-kukunya menggaruk permukaan pintu, mencoba mencari pegang

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Abaikan… tolong Abaikan!!!

    Deru halus mesin mobil mewah buatan Eropa itu nyaris tak terdengar, tenggelam oleh bisingnya klakson dan sirine kejauhan yang menjadi musik latar abadi kota New York.Di balik kaca jendela yang dilapisi film gelap anti-peluru, Soraya duduk terpaku, tubuhnya merosot di jok kulit yang empuk namun terasa dingin. Sepanjang perjalanan menuju penthouse Damien yang terletak di kawasan elit Upper East Side, Soraya tidak mengatakan apapun. Keheningan yang ia ciptakan bukanlah bentuk ketenangan, melainkan kelelahan mental yang akut pasca-pertempuran psikologis di ruang interogasi tadi.Dia menatap nanar jalanan kota New York yang bergerak cepat di luar sana. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi seolah menjadi jeruji raksasa yang mengurungnya. Lampu-lampu kota yang mulai menyala di sore yang mendung itu tidak menawarkan keindahan baginya, melainkan mengingatkannya pada jutaan mata yang sedang mengawasinya, menilainya, dan menunggunya jatuh.Soraya melihat orang-orang berjalan di t

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Melihat Kemiripan

    Ketegangan di ruangan itu melonjak ke titik didih yang nyaris meledakkan pembuluh darah. Suara sekretaris Damien dari interkom masih menggantung di udara, membawa ancaman realitas yang tajam, Kejaksaan Agung, institusi yang bisa memenjarakan Soraya, sedang berada di ujung saluran telepon. Namun, di tengah bahaya yang mengintai di balik pintu mahoni itu, Damien tidak menarik diri. Dia tidak mendorong Soraya menjauh atau merapikan pakaian mereka dengan panik layaknya orang yang tertangkap basah melakukan kejahatan moral. Sebaliknya, pria itu tetap duduk kokoh di tepi meja, kejantanannya masih tertanam dalam-dalam di liang hangat Soraya, menjadi pasak yang mengunci wanita itu di tempatnya.Mata Damien, yang gelap dan setajam mata elang, tidak menatap pintu. Tatapan itu terkunci pada wajah Soraya yang pucat pasi namun memerah karena gairah yang tertahan. Tidak ada kata-kata yang terucap, namun pesan yang dikirimkan Damien begitu jelas, seolah diteriakkan langsung ke dalam benak Soraya.

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Sekarang, Peluk Leherku

    Napas Soraya masih memburu, sisa-sisa kejutan dari orgasme paksa yang baru saja diberikan Damien masih mengaliri syaraf-syarafnya seperti listrik statis. Tubuhnya terkulai lemah di atas meja kerja yang berantakan, namun jeda itu tidak berlangsung lama. Damien, yang berdiri di antara kedua kaki Soraya yang terbuka lebar, tidak membiarkan wanita itu mendapatkan kembali kewarasannya.Mata gelap pria itu kini terkunci pada satu titik yang sejak tadi mengganggu konsentrasinya, dada Soraya yang naik turun dengan cepat di balik kain dress hitam yang sudah melorot setengah badan. Kain itu hanya menyangkut di lengan, membiarkan bagian atas tubuh Soraya terekspos sebagian, menggoda iman siapapun yang melihatnya. Kulit putih pucat yang kontras dengan gaun hitam itu, serta belahan dada yang terbentuk karena posisi Soraya yang terbaring, adalah undangan terbuka yang tidak bisa lagi ditolak oleh iblis di hadapannya.Damien yang sedari tadi tergiur dengan dada Soraya, kehilangan sisa kesabarannya.T

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Aku mau keluar… ku mohon!

    Ciuman yang bermula sebagai deklarasi penyerahan diri itu dengan cepat bermutasi menjadi pergulatan kekuasaan yang liar. Bibir mereka saling melumat, bukan dengan kelembutan sepasang kekasih, melainkan dengan kelaparan dua predator yang saling mencabik.Damien tidak memberikan ampun, lidahnya mendominasi rongga mulut Soraya, menyapu setiap inci, menyesap rasa takut dan gairah yang bercampur menjadi satu. Soraya, yang telah membuang topeng istri diplomatnya di depan pintu, menyambut invasi itu dengan lenguhan tertahan di tenggorokan, tangannya mencengkeram rambut tebal Damien, menariknya lebih dekat seolah ingin meleburkan diri.Napas mereka memburu, kasar dan tidak beraturan, mengisi keheningan kantor mewah itu dengan suara-suara basah yang intim. Tanpa melepaskan tautan bibir mereka, Damien melingkarkan lengan kekarnya di bawah pinggul Soraya. Dengan satu sentakan kuat yang menunjukkan kekuatan fisiknya, Damien menggendong Soraya. Kaki Soraya secara insting melingkar erat di pinggan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status