Blitz kamera meletup-letup tanpa henti, seperti badai petir yang terperangkap di dalam ruangan. Dari balik tirai beludru yang tebal, Soraya bisa melihat siluet para wartawan, gerombolan serigala lapar yang menunggu daging segar dilemparkan. Mereka meneriakkan namanya, nama suaminya, dengan nada menuntut yang membuat perutnya mual. Telapak tangannya dingin, basah oleh keringat dingin. Ia menarik nafas gemetar, berusaha menggali ingatannya, mencari jangkar pada kata-kata yang Damien tanamkan semalam. Namun, kepalanya terlalu bising. Suara komentator berita yang berbisa, tatapan iba palsu dari para istri diplomat lain, dan suara suaminya yang bergema hampa, "Damien Vargan akan membereskan ini. Percaya saja padanya." Pintu akses belakang terbuka. Udara di ruangan itu seketika berubah. Damien melangkah masuk. Tidak ada keraguan dalam gerakannya. Jas hitamnya membalut tubuhnya laksana baju zirah, dasi sutra gelap terikat sempurna di lehernya yang kokoh. Saat Soraya mendongak, dunia yang
Last Updated : 2025-10-14 Read more