Share

Bagaimana rasanya, Aya?

Penulis: AD07
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-02 08:48:16

Gerakan Soraya yang semula memiliki ritme teratur, sebuah tarian pinggul yang ia pelajari secara insting beberapa menit lalu, kini berubah menjadi kekacauan yang brutal. Tidak ada lagi keanggunan, tidak ada lagi upaya untuk terlihat "cantik" atau "menggoda" seperti yang mungkin ia lakukan di masa lalu jika ia pernah mencoba menyenangkan suaminya.

Yang tersisa di atas pangkuan Damien hanyalah urgensi yang panik. Semakin lama, gerakan Soraya semakin kasar, tidak terkoordinasi, didorong oleh rasa lapar yang membuatnya gila. Ia menghentakkan tubuhnya turun dengan kekuatan penuh, membenturkan tulang panggulnya ke pinggul Damien tanpa mempedulikan rasa nyeri akibat benturan itu.

Dasi sutra yang melilit lehernya yang ia gunakan sebagai pegangan keseimbangan kini terasa basah oleh keringat, dan rambutnya yang tergerai lengket menempel di wajah dan punggungnya yang melengkung. Napasnya bukan lagi desahan, itu adalah serangkaian isakan pendek dan tajam, suara seseorang yang sedang berlari menj
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Dia Segalanya Sekarang

    Bunyi klik pelan dari pintu kamar tidur utama yang tertutup itu terdengar lebih nyaring daripada ledakan meriam di telinga George. Pria itu berdiri mematung di tengah ruangan yang luas, tepat di sisi ranjang tempat ia baru saja mengusir istrinya dengan arogansi yang biasa ia miliki. George menduga, bahkan sangat yakin, bahwa langkah kaki Soraya akan terhenti di ambang pintu. Dalam benaknya, ia sudah membayangkan skenario di mana Soraya akan berbalik, wajahnya basah oleh air mata, lututnya gemetar, lalu menjatuhkan diri di kaki George sambil memohon ampun karena telah lancang menolak sentuhan suaminya. George sudah menyiapkan skenario pemaafan yang agung di kepalanya, ia akan mendiamkan istrinya selama lima menit, membiarkannya menangis, lalu mengangkatnya kembali ke ranjang, menunjukkan bahwa dialah satu-satunya pemberi rasa aman bagi wanita itu.Tapi skenario itu hancur berantakan.Soraya keluar kamar begitu saja. Dia berjalan tanpa menoleh. Punggungnya tegak, langkahnya tidak ragu,

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Bisa bertingkah Semaumu?

    Udara di dalam bangunan raksasa itu terasa sejuk, berbau lilin yang terbakar, kayu tua, dan kesunyian yang mengintimidasi. Langit-langit yang menjulang tinggi dengan lukisan-lukisan para kudus seolah menatapnya dari atas, menghakimi sosok wanita kecil yang berlutut sendirian di tengah deretan bangku kosong. Cahaya matahari sore menembus kaca patri berwarna-warni, menjatuhkan bayangan ungu dan merah darah ke lantai, seolah mewarnai jalan yang Soraya lalui dengan memar dan luka.Soraya berlutut di baris depan, tepat di hadapan altar yang agung. Di sana, patung Sang Juruselamat tergantung dengan kepala tertunduk, ekspresi penderitaan yang abadi terukir di wajah-Nya. Soraya tidak langsung berlutut. Dia berdiri di sana sejenak, meremas tas tangannya, merasakan kontradiksi yang menyakitkan antara kesucian tempat ini dan kekotoran yang ia bawa di dalam jiwanya.Tubuhnya masih mengingat sentuhan Damien, kulitnya masih menyimpan jejak keringat dan aroma dosa yang baru saja ia lakukan di pentho

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Ada masalah, Sora?

    "Katakan padaku, Jalang. Katakan siapa tuhannya sekarang saat kau berlutut dan mendesah seperti hewan di pintuku? Di mana moralitasmu? Di mana Tuhan yang selalu kau takuti itu saat kau memohon penis pengacaramu untuk merobekmu menjadi dua?"Bisikan vulgar Damien itu meluncur panas ke dalam telinga Soraya, bersaing dengan deru napas mereka yang memburu dan suara gesekan tubuh yang basah dan kasar. Dia sudah sangat ingin klimaks."Kau! Kau tuhanku sekarang, Damien! Ahhh! di situ... hancurkan aku di situ!" jerit Soraya, suaranya pecah menjadi serpihan keputusasaan dan ekstasi.Tubuh Soraya mengejang hebat, pinggulnya yang menempel pada pintu kayu solid itu bergetar tak terkendali. Dinding-dinding kewanitaannya yang bengkak dan sangat basah melakukan tugas alaminya dengan sempurna, mereka meremas, memijat, dan mengurut kejantanan Damien dengan ritme spasmodik yang mematikan.Soraya menggelepar, kakinya mencakar lantai marmer, kuku-kukunya menggaruk permukaan pintu, mencoba mencari pegang

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Abaikan… tolong Abaikan!!!

    Deru halus mesin mobil mewah buatan Eropa itu nyaris tak terdengar, tenggelam oleh bisingnya klakson dan sirine kejauhan yang menjadi musik latar abadi kota New York.Di balik kaca jendela yang dilapisi film gelap anti-peluru, Soraya duduk terpaku, tubuhnya merosot di jok kulit yang empuk namun terasa dingin. Sepanjang perjalanan menuju penthouse Damien yang terletak di kawasan elit Upper East Side, Soraya tidak mengatakan apapun. Keheningan yang ia ciptakan bukanlah bentuk ketenangan, melainkan kelelahan mental yang akut pasca-pertempuran psikologis di ruang interogasi tadi.Dia menatap nanar jalanan kota New York yang bergerak cepat di luar sana. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi seolah menjadi jeruji raksasa yang mengurungnya. Lampu-lampu kota yang mulai menyala di sore yang mendung itu tidak menawarkan keindahan baginya, melainkan mengingatkannya pada jutaan mata yang sedang mengawasinya, menilainya, dan menunggunya jatuh.Soraya melihat orang-orang berjalan di t

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Melihat Kemiripan

    Ketegangan di ruangan itu melonjak ke titik didih yang nyaris meledakkan pembuluh darah. Suara sekretaris Damien dari interkom masih menggantung di udara, membawa ancaman realitas yang tajam, Kejaksaan Agung, institusi yang bisa memenjarakan Soraya, sedang berada di ujung saluran telepon. Namun, di tengah bahaya yang mengintai di balik pintu mahoni itu, Damien tidak menarik diri. Dia tidak mendorong Soraya menjauh atau merapikan pakaian mereka dengan panik layaknya orang yang tertangkap basah melakukan kejahatan moral. Sebaliknya, pria itu tetap duduk kokoh di tepi meja, kejantanannya masih tertanam dalam-dalam di liang hangat Soraya, menjadi pasak yang mengunci wanita itu di tempatnya.Mata Damien, yang gelap dan setajam mata elang, tidak menatap pintu. Tatapan itu terkunci pada wajah Soraya yang pucat pasi namun memerah karena gairah yang tertahan. Tidak ada kata-kata yang terucap, namun pesan yang dikirimkan Damien begitu jelas, seolah diteriakkan langsung ke dalam benak Soraya.

  • Skandal Di Balik Meja Pengacara   Sekarang, Peluk Leherku

    Napas Soraya masih memburu, sisa-sisa kejutan dari orgasme paksa yang baru saja diberikan Damien masih mengaliri syaraf-syarafnya seperti listrik statis. Tubuhnya terkulai lemah di atas meja kerja yang berantakan, namun jeda itu tidak berlangsung lama. Damien, yang berdiri di antara kedua kaki Soraya yang terbuka lebar, tidak membiarkan wanita itu mendapatkan kembali kewarasannya.Mata gelap pria itu kini terkunci pada satu titik yang sejak tadi mengganggu konsentrasinya, dada Soraya yang naik turun dengan cepat di balik kain dress hitam yang sudah melorot setengah badan. Kain itu hanya menyangkut di lengan, membiarkan bagian atas tubuh Soraya terekspos sebagian, menggoda iman siapapun yang melihatnya. Kulit putih pucat yang kontras dengan gaun hitam itu, serta belahan dada yang terbentuk karena posisi Soraya yang terbaring, adalah undangan terbuka yang tidak bisa lagi ditolak oleh iblis di hadapannya.Damien yang sedari tadi tergiur dengan dada Soraya, kehilangan sisa kesabarannya.T

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status