Share

Chapter 6 : Memoria

Penulis: Rara Radika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 19:42:01

Lauretta dan Abramo mendampingi putri mereka yang tengah diobati. Beberapa pelayan siaga, serta Amor juga berada di sana. Leave sebagai dokter telaten memberikan obat pada luka alergi bocah kecil itu.

Alergi Auretta pada serbuk sari memanglah tak main-main. Kulitnya akan membengkak merah seperti terbakar jika ia menyentuh sedikit saja benda yang mengandung bahan alerginya.

Itulah kenapa taman utama mansion tak pernah ditanami bunga apapun. Gadis kecil itu mungkin tak sengaja memegang bunga liar yang tumbuh sembarangan.

Abramo pergi lebih dulu dari kamar tidur putrinya. Sudah bisa dipastikan apa yang akan dilakukan pria itu. Ia akan mencari tahu kenapa alergi Auretta bisa timbul secara tiba-tiba, kemudian menyeret semua orang yang terlibat.

Gadis kecil itu terlelap kini setelah lelah meringis kesakitan. Lauretta yang duduk di tepi ranjang menatap iba wajah kecil putrinya. Alergi yang kambuh pasti begitu menyakitkan. Sesaat ia melamun memikirkan bagaimana anak sekecil itu menahan rasa sakit. Namun, lamunannya buyar ketika Leave memegang bahunya. Ia lantas menoleh.

“Ah maaf.” Ia beranjak. “Terima kasih karena sudah datang, Leave.”

“Sudah tugasku untuk mengobatinya.” Leave membalas.

“Aku akan mengantarmu sampai depan,” celetuk Amor. Kemudian ia melengos pergi meninggalkan ruangan.

Leave menatap Lauretta serta memegang bahu wanita cantik itu. “Dia akan baik-baik saja.”

“Tentu.”

Atensi Lauretta kembali pada putrinya. Mengelus mengecup lembut dahi wajah kecil nan cantik itu. Ia merasa bersalah karena tak bisa menjaga Auretta dan menyebabkan semua hal ini terjadi.

“Perdóname.”

(Maafkan aku)

Sementara itu Amor dan Leave duduk berdua di balkon lantai dua mansion. Dua pria ini sama-sama menyesap batang nikotin, saling menghembuskan asap bergantian.

Leave melirik Amor yang terdiam dengan tatapan tajamnya mengarah lurus ke depan. Dahi pria itu berkerut, lalu tak lama pandangannya naik menatap Leave tajam.

“Apa?” timpal Leave untuk tatapan tajam Amor.

Amor mematikan sulutan rokoknya. Mengilin kemeja hingga ke siku. Di sana terdapat luka bakar memerah yang masih baru nan basah. Lantas ia sodorkan tangannya yang terluka pada dokter di depannya.

“Alergimu juga kambuh?” tanya Leave seraya mengambil obat serta beberapa pelaratan untuk mengobati luka Amor.

Yang diobati membuang wajahnya ke samping. “Mara membawa satu buket bunga Lily tadi malam. Dia memajangnya di vas meja makan.”

“Dan kau tak meminta pelayan untuk membuang bunga itu?”

“Sial. Aku lupa.” Amor berdecak. Menarik kembali tangannya setelah selesai diobati lalu kembali duduk menyender santai.

“Alergi kalian muncul secara bersamaan.” Leave menghisap kembali batang nikotin di sela jemarinya. Menghembus asap keluar lantas ia menatap Amor. Tatapan tajam keduanya saling bersahutan.

“Tidakkah kau pikir jika dia putrimu?” celetuk Leave.

Amor melengos, membuang wajahnya ke samping sembari berdecih. Mengingat mami anak itu begitu membencinya, tak mungkin juga Lauretta sudi mengandung benih dirinya.

“Tidak mungkin.”

Leave mengangkat alisnya tak peduli. Lagipula alergi tidak selalu diturunkan oleh ayah pada anak kandungnya. Itu bisa terjadi bahkan ketika saudara mengalami hal yang sama. Benar-benar kebetulan yang ambigu.

****

TIGA TAHUN YANG LALU.

Di dalam ruang gelap pun minim pencahayaan pria itu berdiri. Menyodorkan satu buket mawar merah dengan tangannya yang terbalut sarung tangan begitu rapat.

Lauretta menatap Amor dalam. Mengambil bunga yang pria itu sodorkan dengan penuh pengorbanan. Ia tahu Amor alergi pada serbuk sari, tapi demi dirinyalah pria itu melawan hal yang paling dibencinya.

Lengan yang tak pernah tergores pisau meski sedang berkelahi sengit justru bisa terluka akibat serbuk sari. Lengan yang tak pernah terluka meski memegang benda-benda tajam nan berbahaya justru terluka oleh sesuatu yang indah.

Amor Calbi berjalan mendekat pun Lauretta yang segera menyingkirkan bunga di tangannya. Menyambut kehadiran pria itu lantas keduanya saling mengecup mesra penuh gairah. Ciuman singkat mereka terlepas, saling menyatukan kening masing-masing.

“Kau begitu cantik,” puji Amor. Menatap wajah kekasihnya dari jarak yang begitu dekat.

“Amor ... aku senang kau masih hidup.”

“Aku tak akan mati Lauretta, aku tak akan meninggalkanmu.”

Bisnis berbahaya keluarga Calbi membawa anggotanya ke dalam neraka setiap kali mereka menjalankan tugas. Bergelut dengan senjata-senjata mematikan pun bertaruh nyawa.

Amor baru saja kembali dari Meksiko membawa beberapa pesanan besar dari rekan bisnis yang tak sangka akan berkhianat. Ia dijebak hingga kamar hotel yang ia tempati di kepung oleh pihak musuh. Puluhan anak buahnya mati dalam pertarungan, menyisakan Amor serta beberapa bawahan kepercayaannya.

Kabar mencengangkan memang sering menggema di dalam mansion besar Calbi. Namun, kepercayaan diri Johanes begitu besar kepada Amor sebab dirinya yakin jika putra sulungnya akan berada dalam keadaan baik-baik saja.

Pun berdirilah Amor kini di hadapan Lauretta. Kembali dalam keadaan hidup pun baik tanpa setitikpun luka gores. Hanya saja pada lengan yang telah tertutup sarung tangan rapat, tersembunyi luka bakar di dalamnya.

Jemari lentik Lauretta membuka perlahan sarung tangan Amor. Memegang lengan pria itu lantas ia tatap dalam-dalam. Penuh merah pun terbakar, itu pasti menyakitkan ditambah beberapa bagian yang menempel pada sarung tangan.

“Untuk apa ditutupi jika sudah terluka?” katanya seraya memoleskan obat.

“Agar tak terlihat olehmu, agar kau tak sibuk mengurusnya.”

Amor memegang dagu Lauretta, membuat atensi wanita cantik itu teralih padanya. “Berhenti mengobati luka itu, obati saja rasa rinduku padamu,” katanya.

Keduanya menatap dalam satu sama lain. Kembali mendekatkan diri lantas saling mengecup bertukar saliva. Amor yang memegang kendali. Ia baringkan tubuh Lauretta di atas ranjang, berbaring di bawah tubuhnya.

Tak sehelai benangpun tertinggal di tubuh keduanya. Saling bercumbu, menyentuh seductive penuh gairah nafsu yang menggebu-gebu.

Jemari lentik dengan kuku tajam menancap pada bahu Amor, membuat goresan-goresan tipis pada kulit putih mulus milik pria itu.

“A—amor— aaah—”

Dada Lauretta membusung ke atas kala Amor memasuki dalam inti tubuhnya. Menerobos masuk dengan panas pun menghujam berirama. Napas keduanya tersenggal serta tubuh yang bersentak bersamaan.

“Hei.”

Lauretta berdiri di depan jendela kamarnya, menoleh ketika suara Abramo menginterupsi. Buyar seketika lamunan akan kejadian beberapa tahun silam.

“Sí?”

“Apa yang kau pikirkan?” Abramo berdiri di belakangnya. Nada suaranya terdengar sedikit halus, tak dingin seperti biasanya.

Lauretta menggeleng samar. “Tidak ada.”

“Auretta akan baik-baik saja,” ujar Abramo.

“Tentu saja.”

Tubuh Lauretta direngkuh oleh Abramo guna menenangkannya. Abramo tahu jika Lauretta akan sangat merasa bersalah jika sesuatu terjadi pada putri kecil mereka. Dan ini merupakan tugasnya, tugas Abramo untuk menenangkan hati istrinya. Meskipun hubungan mereka tak begitu dekat, namun tujuan mereka tetap sama untuk tumbuh kembang putri kecil mereka.

.

.

.

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Panas Pernikahan   Chapter 29 : Mi hija

    Melenggang Mara menyusuri lorong mansion Calbi lantai dua seraya membawa beberapa papperbag di tangannya. Cantik pun mendayu suaranya menyanyikan sebuah lagu. Ia merasa hidupnya semakin bahagia pun sempurna semenjak menyandang status sebagai nyonya Calbi.“Oh?”Kaki jenjangnya sesaat terhenti ketika ia mendapati adik iparnya baru saja keluar dari kamarnya bersama Amor. Entah yang Lauretta lakukan di dalam sana nan sangat mencurigakan terlebih lagi Mara tahu jika wanita itu ialah mantan kekasih suaminya.“Holla Mara?” sapa Lauretta. Melangkah dirinya menghampiri Mara yang terdiam dan mencoba untuk santai dan tak mulai mencecarnya.“Apa yang kau lakukan di dalam kamarku?” tanya Mara. Memasang badan namun tetap santai. Tetapi, kekesalan pada raut wajahnya tak bisa ia sembunyikan, dan Lauretta tahu jika wanita itu tengah menahan kesal.Sebagai seorang wanita yang telah memiliki suami dan anak, pantaskah dia masuk ke dalam kamar kakak iparnya sendiri yang kini bahkan telah memiliki seorang

  • Skandal Panas Pernikahan   Chapter 28 : Cerebro

    Chihuahua, Mexico. Satu kakinya terangkat ke atas sementara tubuhnya tersentak-sentak seirama dengan desahan halus yang keluar dari bibirnya. Jemari lentik mencengkram kuat tuxedo hingga kusut di bagian kerah. Amor meraih bibir Lauretta lalu ia lumat panas, membelit lidah pun mereka bertukar saliva.Sebuah gedung di Chihuahua Mexico. Tengah di adakan pernikahan yang begitu besar. Mencakup orang-orang penting besar dari kalangan atas pun juga dunia bawah. Penyatuan antara dua klan besar. Yakni, Calbi dan Antonino.Pengantin wanita tengah berdandan seraya bercermin cantik. Mematut tubuhnya yang terbalut gaun pengantin putih nan sakral. Wajahnya dipenuhi binar-binar kebahagiaan serta tak lepas senyum pada bibirnya yang merona.Tinggal menghitung menit sebelum Mara Antonino resmi menjadi istri dari Amor Calbi. Pria yang amat sangat dicintai serta ia damba-dambakan. Status sebagai nyonya Calbi mampu ia dapatkan. Sukses dirinya membuat semua wanita yang menginginkan Amor patah hati.Sement

  • Skandal Panas Pernikahan   Chapter 27 : Muerto

    “Mudah saja bagimu mendapatkan nomorku, benar? Ada apa?”Mengapit ponsel di antara kepala serta bahunya dan berbicara kepada Gabriel yang tiba-tiba menghubungi. Entah dari mana pria itu bisa mendapatkan nomor ponselnya, yang pasti ia lakukan secara ilegal.Lauretta tengah sibuk berada di dapur. Membuat makan malam sendiri meskipun bisa ia pinta pelayan untuk membuatkannya. Namun, spesial yang satu ini ia tak ingin buatan orang lain.Telah terhidang di atas piring potongan tentakel gurita mentah, satu mangkuk kecil saus serta irisan tipis lemon. Makanan favoritnya yang akan dianggap aneh dan menjijikkan. Saat tinggal di kediaman Fiescho, ia akan diolok-olok sebab memakan makanan tersebut.Duduk di atas kursi meja dapur, Lauretta mulai menyantap makanannya dengan ponsel yang masih ia pegang di depan telinga.‘Aku ingin bertemu denganmu, maukah kau?’“Hanya kita berdua? Tanpa sepengetahuan Maria?” tukas Lauretta berterus terang. Meletakkan chopsticks di samping piringnya lalu ia menegak

  • Skandal Panas Pernikahan   Chapter 26 : Ballerina 2

    “Rivalmu.”Berkedut sudut bibir Lauretta terus menatap lurus ke depan, enggan dirinya untuk menoleh. Tanpa ia lihat sosok di samping, telah ia ketahui dari Elazar yang menyebutkan status orang tersebut. Rival. Ya, musuh Lauretta dari zaman bersekolah dulu, dan itu hanya sebiji.“Holla Elazar.” Sebuah tangan terulur tepat di depan Lauretta. Jemari lentik nan cantik terhias nail art indah serta bertengger jam tangan mahal pada pergelangannya. Uluran itu tak ditujukan kepada Lauretta, melainkan pada Elazar di sisinya.Tangan mereka berjabat tepat di depan wajah Lauretta yang bergeming tak ingin menanggapi. Tak peduli sama sekali jika dirinya yang sebesar ini dilewatkan begitu saja tanpa sapaan. Dan justru dengan sengaja wanita itu lebih memilih untuk menyapa Elazar.Jika Lauretta adalah bara api, maka wanita cantik nan modis di sampingnya ini adalah koreknya.“Kudengar Auretta mengikuti balet, si? Ah ... aku tak sabar melihatnya,” tanya wanita bernama Maria ini. Tatapannya melayang melew

  • Skandal Panas Pernikahan   Chapter 25 Ballerina

    “Ck. Bukankah aku istrimu jika ayahku tak mati hari itu?”Perubahan besar terjadi dalam hidup Lauretta semenjak kematian ayahnya. Seperti ditinggalkan sebatang kara memikul beban yang begitu menumpuk. Seolah semua kesalahan ada padanya sehingga ia yang barus menanggung segalanya.Fiescho diambang kehancuran jika tak ada jabat tangan Calbi beberapa tahun yang lalu. Pernikahannya menyelamatkan seluruh anggota serta merta wilayah kekuasaan yang hampir dirampas dari tangan Fiescho. Lauretta sebagai tumbal yang dijual sekaligus tawanan berat antar dua keluarga. Ikatan mereka terjalin dengan adanya hubungan pernikahan.Manuel dan Johanes hampir menjadi besan. Johanes pemegang kekuasaan penuh Calbi, dan Manuel adalah calon pemegang kekuasaan yang dimilikki Fiescho. Dua keluarga kuat nan kokoh bersanding bersama mempererat suatu wilayah kekuasaan.Kehancuran dimulai dengan serangan tiba-tiba dari pihak musuh. Manuel dibunuh dalam pertempuran dan mati menjelang beberapa hari pernikahan putrin

  • Skandal Panas Pernikahan   Chapter 24 Ha pasado

    Melenggang cantik kaki jenjangnya menelusuri area basement rumah sakit menuju mobilnya yang terpakir di sana. Membeliak Lauretta kontan menganga ketika ia mendapati dua pria sialan sedang mengotak-atik mobil miliknya. Satu pria berdiri menyender pada mobil, dan satunya bersimpuh di depan ban.Berjalan ia segera menghampiri mobilnya membuat si pria bersimpuh lantas berdiri. Higheels tinggi nan runcing ia kenakan menendang-nendang ban mobil yang kempes kini. “Apa yang dua sialan ini lakukan pada mobilku?!”“Little snake, mulutnya begitu tajam dan berbisa,” bisik Galnot pada Amor yang kemudian terkekeh menggeleng kepala. Pria bertubuh besar disertai banyak tato pada tangan kanan dan kirinya mundur ke belakang, membiarkan Amor menghadapi ular berbisa yang sedang mengamuk.“My little cat,” timpal Amor, kemudian melangkah menghadap sang tercinta yang sedang marah-marah karena ban mobilnya yang bocor. “Mobilmu rusak, jadi kupinta Galnot memeriksanya.”Bergerak pandangan Lauretta pada Amor se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status