Share

HARUS KELUAR DARI RUMAH INI

“Siapa yang hamil?”

King Arthur Haikal tiba-tiba sudah berada di ruangan itu, semua seketika menoleh kecuali Cyuta yang masih terpaku memandangi perutnya.

“Suamiku, adik kelima hamil, entah dia anak siapa?”  Indira yang tidak pernah putus asa menarik perhatian Haikal mencoba mendekati pria tersebut tanpa mempedulikan tatapan Mahalini.

“Aku sudah menyuruhmu pergi dari sini, jangan sampai kamu pun aku usir keluar dari rumah ini.”

Langkah Indira terhenti mendadak.  Sekilas nampak kilatan amarah di matanya sebelum kemudian merubah mimik wajahnya seperti wanita tak berdosa.

“Kalian bertiga pergi dari ruangan ini, tidak ada gunanya juga kalian di sini,”  usir Mahalini kejam.

Indira, Alma dan Jenny sedikit tercekat melihat pada Nyonya Besar dengan tatapan tidak sukanya, tetaoi tidak bisa berbuat apa-apa.

“Apa benar dia hamil?”  ulang Haikal.

“Aku akan membawanya periksa ke dokter,”  ujar Haidar seraya menarik tangan Cyuta, mengajak wanita itu pergi.

Sungguh pemadangan yang semakin membuat tegang.  Dokter pribadi keluarga tidak bisa berkata apapun ketika menghadapi dugaan konflik.  Kini adu dua kekuatan terlihat jelas.

“Apa maksudmu!”  Mahalini memegang salah satu tangan Cyuta, menahan langkahnya.

“Aku akan membawanya pergi, Nyonya.  Anda jangan mempersulit kami.”

“Tidak bisa!”

“Tidak!”

Mereka berdebat tanpa memperhatikan perubahan Cyuta. Berita kehamilan ini seharusnya berita sangat membahagiakan bagi semua wanita yang sudah menikah.  Kehadiran buah hati merupakan bukti bersatunya cinta kasih dua insan yang saling mencintai.

Namun, Cyuta merasa sangat berdosa.

‘Benarkah aku hamil,  lalu anak siapa ini?’  tanyanya dalam hati.

‘Aku kotor.  Aku wanita tidak setia.”  Cyuta berkelahi dengan kata hatinya sendiri.

Terbiasa mendengar bully-an padanya, hingga kini merundung dirinya sendiri.

Tatapan mata kosong, wajah tidak bercahaya, dan air mata jatuh membasahi pipi, Cyuta menjadi seperti mayat hidup.

“Dia tidak boleh pergi dari rumah ini,”  perintah Mahalini tegas.

“Maaf Nyonya, aku akan tetap membawanya pergi bersama.  Kami harus keluar,”  ucap Haidar tidak kalah tegas.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Haidar.  Mahalini menatap marah pada sosok yang menjadi pengawal madu kelimanya.

“Biarkan mereka pergi!”  Haikal akhirnya bersuara menengahi perdebatan istrinya dengan Haidar.

“Tapi dia sedang mengandung –“

“Anak itu bukan anakku,” potong Haikal segera.

Deg!

Cyuta pun limbung sesaat mendengar kalimat Haikal.  Harga diri sebagai wanita hancur seketika.  Cyuta mengakui dia memang tidak mencintai Haikal, bahkan Cyuta pun mengakui dirinya sudah tiga kali beruhubungan badan dengan Haidar.

Walau dia tahu risikonya, namun ternyata dirinya ambruk oleh kata-kata kebenaran.  Cyuta pun ragu jika anak dalam kandungannya ini adalah anak Haikal, pewaris Klan King Arthur yang tersohor.

“Hati-hati!  Ayo kita pergi,”  ujar Haidar seraya memegang erat tangan dan bahu Cyuta Maharani.

“Berhenti!  Sekali dia keluar dari rumah ini, maka dia bukan bagian dari keluarga ini!” ancam Mahalini.

“Dia bagian dari keluargaku, permisi!”  Haidar segera membawa Cyuta pergi berlalu menuju pintu keluar, sama sekali tidak membawa barang dari dalam rumah tersebut.

“Haidar!  Haidar!”

Jeritan Mahalini tidak dihiraukan oleh Haidar.  Kepergian kedua orang tersebut disaksikan tiga pasang mata penuh kemenangan. Indira, Jenny dan Alma berhasil mengusir pesaing mereka.

Setelah berhasil keluar dari Istana King Arthur,

“Apakah benar aku hamil?” tanya Cyuta saat mereka berada dalam taksi online.  Intonasi suara Cyuta sama sekali jauh dari kata ‘bahagia’  dengan kehamilannya.  Perasaan Cyuta terganggu dengan penghakiman dari diri sendiri.

“Anak ini apakah anak haram?”  Cyuta semakin meracau.

Haidar menatap wajah Cyuta. Tatapan matanya sedih melihat kondisi yang harus dialami wanita tersebut.

“Maaf.  Aku pastikan semua akan baik-baik saja.  Percaya padaku,”  ujar lelaki itu berbisik.

***

“Anda suami Nyonya Cyuta?”  tanya dokter spesialis kandungan saat mereka berada di ruang periksa.

“Betul,”  jawab Haidar singkat dan jelas sementara Cyuta terdiam tidak mampu menjawab.

Kalau jujur pasti dia akan dibully kembali, dan Cyuta takut seluruh dunia tahu jika dia berselingkuh dengan pengawal pribadinya.

Pengawal?  Bukannya sekarang dia bukan lagi sebagai istri kelima?  Cyuta tidak tahu ini adalah kebebasannya atau awal dari bencana hidupnya.

Cyuta larut dalam pikirannya sendiri, hingga mengabaikan semua penjelasan dokter padanya.

“Baik, kita periksa dahulu.  Mari Nyonya,”  ajak dokter tersebut ramah.

Cyuta mengikuti semua arahan bagai robot yang tidak punya gairah kehidupan.  Saat perutnya dibuka dan diolesi gel, wanita itu tidak menampakkan ekspresi apapun.

Haidar lah yang antusias melihat dan menedengarkan semua penjelasan dari sang dokter.  Lelaki itu sangat pandai memerankan dirinya sebagai suami dari Cyuta.

“Jadi Tuan, tolong dijaga ya. Masa trimester pertama sangat rentan, kalau bisa dibatasi dulu hubungan suami istrinya.”  Senyum dokter mengembang, menggoda setiap pasangan muda yang memeriksakan kandungan untuk pertama kalinya.

Sebelum ditanya sang dokter sudah paham hal tersebut.  Haidar pun kikuk dibuatnya, hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Dokter sepertinya sangat mengerti,”  ucap Haidar malu.

“Hal yang lumrah, Tuan.  Lebih baik saya beri tahu duluan, bukan?  Kadang suami pasien ada yang ragu bertanya dan justru akhirnya menyebabkan gangguan pada proses kehamilan istrinya.”

“Oh ya satu lagi.  Keadaan emosional wanita yang sedang mengandung itu naik turun.  Sangat mudah menangis, atau ada pula yang hasratnya lebih kuat dari sebelumnya.  Jadi jangan terkejut jika istri Anda berlaku seperti ini,”  pesan dokter hati-hati.

Selama pemeriksaan memang sang dokter sudah merasakan sikap Cyuta yang tidak bersemangat seperti wanita pada umumnya.  Tetapi hal tersebut bisa jadi karena perubahan hormon calon ibu, untuk itulah sang dokter harus menjelaskan secara jelas pada suaminya.

“Baik dokter. Saya pastikan akan menjaga istri saya dengan baik.”

Tak beberapa lama pasangan itu keluar dari rumah sakit.  Haidar tampak sesekali tersenyum seraya menggandeng Cyuta, sementara Cyuta masih menunjukkan raut wajah penuh penyesalan.

“Kita akan kemana?”  tanya wanita itu setelah berdiam diri begitu lama.

“Pulang, ke rumah kita.”

“Rumah kita?  Siapa aku, siapa kamu?”

Menyedihkan. Pertanyaan namun terdengar seperti kalimat putus asa.  Haidar menghela napas sejenak.  Lelaki itu mengambil kedua tangan Cyuta memegangnya dan memaksa mata wanita itu melihat padanya.

“Dengarkan aku. Sejak awal hubungan kita, aku selalu mengakui bahwa dirimu adalah istriku, dan aku suamimu, pelindungmu.”

Manik mata Cyuta menatap lelaki itu lekat, mencari kejujuran dan kebenaran dari setiap kalimat yang di ucapkan.

“Tapi-“

“Tidak ada tapi.  Tuan Haikal sudah menyetujuinya.  Anak ini adalah anakku, tidak ada yang boleh mengakuinya selain aku.  Jelas?  Mari kita pulang ke rumah.”

“Jadi Tuan Haikal sudah menceraikanku?”

“Apa kamu senang?”

“Aku tidak tahu.  Aku takut aku menjadi pembawa sial untukmu?”

“Ya benar, pembawa sial untuk mereka!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status