Di sisi lain, Kevin termangu menatap pintu yang tertutup. Ia kesal karena wanita yang tadi bercinta dengannya pergi begitu saja. Seharusnya ia yang pergi meninggalkan wanita itu, bukan sebaliknya!
‘Sial! Siapa sebenarnya wanita itu? Apakah ia seorang pencuri?’ Seakan tersadar, dengan cepat Kevin bangkit dari ranjang. Ia memungut jas miliknya memeriksa dompet yang ada di saku. Diperiksanya isi dompet dengan teliti untuk melihat apakah ada yang hilang. Tapi semua barang miliknya masih lengkap. Hal itu membuat Kevin kebingungan. ‘Kalau bukan pencuri lantas siapa dia? Apakah ia wanita panggilan yang kupesan untuk menemaniku tidur?’ Namun, Kevin tidak ingat apakah ia memesan seseorang atau tidak. Ia mengerang kesal. Sesuatu dalam dirinya ingin mengetahui siapa wanita yang telah tidur dengannya.***
Sasha berjalan melewati lobi dengan wajah dingin, mengabaikan rasa malu dan juga jengah karena menjadi perhatian dari orang-orang yang berpapasan dengannya.
“Sayang! Kenapa kamu tidak menghubungiku kalau akan keluar dari kamar itu?” Suara Lukman membuat Sasha terkejut. Pria itu menatapnya penuh selidik. “Kenapa memakai kemeja bosku? Di mana gaunmu? Bukannya tadi kita sudah sepakat agar kamu hanya sebentar saja beradegan di atas tempat tidur itu?” Mulut Sasha terbuka, tetapi ia dengan cepat menutupnya kembali. Ia tidak akan membuka mulut sekarang di mana banyak orang memperhatikan mereka. Begitu keduanya sudah berada di basement parkiran hotel yang sepi, Sasha berhenti berjalan secara mendadak hingga hampir saja Lukman menabraknya. “Di mana mobilmu? Aku hanya ingin cepat pulang dan melupakan apa yang terjadi tadi malam.” Lukman mengembuskan napas. “Tunggu di sini. Aku akan mengambil mobil,” katanya sambil lalu. Beberapa saat kemudian, sebuah mobil berhenti tepat di samping Sasha. “Masuklah!” Sasha langsung masuk dan duduk di samping Lukman. Ia menyandarkan kepala pada sandaran mobil lalu memejamkan mata, memberi kode kepada suaminya bahwa ia tidak ingin berbicara. Sesampai di halaman rumah, Sasha langsung saja turun dari mobil berjalan masuk rumah dengan cepat. “Kenapa kamu membiarkanku berada di kamar itu lebih lama, Mas? Bukankah sudah cukup mendapatkan gambar dan rekaman video diriku bersama bosmu di saat ia dalam keadaan tidak sadar?” cecar Sasha sambil menatap Lukman tajam. “Kamu tega, Mas! Membuatku menjadi wanita hina dengan tidur bersama bosmu!” Dengan tenang, Lukman menatap Sasha dengan bibir membentuk garis tipis. Seperti singa yang mendekati mangsanya, ia berjalan ke arah Sasha. Dicekalnya dagu wanita itu kasar dengan mata menyala karena marah. “Beraninya kau menyalahkanku! Tahukah kau aku menunggu dengan perasaan tidak tenang saat dirimu berada di kamar sebelah? Berharap kau berhasil membuat rekaman video yang bisa kugunakan untuk menekan bosku!” “Bukankah kamu mengawasi kami melalui kamera yang dipasang secara tersembunyi? Kamu pasti sudah mendapatkan rekaman video itu, kan? Jadi sudah cukup! Aku tidak mau melakukannya lagi demi apapun juga!” seru Sasha dengan suara serak menahan tangis. Lukman tidak mengatakan apapun, tapi pandangannya turun ke leher Sasha yang terdapat bekas merah keunguan. Tangan Lukman bergerak mengelus leher istrinya, lalu menekannya kasar. Dengan suara mendesis ia berkata, “Kau menikmati tidur dengan bosku, bukan?” Tubuh Sasha menegang, lidahnya seketika terasa kelu. Sepasang matanya bergetar di bawah tatapan Lukman yang mengintimidasi. “Seharusnya kau yang keluar dari sana lebih cepat!” kata pria itu dengan nada tinggi. “Kau tahu kenapa aku tidak cepat menjemputmu? Aku pergi minum karena aku tidak tahan membayangkan kau disentuh oleh bosku sendiri!” Sasha tertegun, ia lupa dengan tanda di lehernya. “Bisakah kamu berhenti mengungkit apa yang sudah terjadi? Bukankah semua itu permintaanmu, Mas? Kenapa sekarang kamu merasa terluka dan marah kepadaku?” Lukman mendorong badan Sasha dengan kasar, hingga wanita itu bergeser beberapa inchi darinya. Dengan nada suara yang terdengar kecewa ia berkata, “Kau menyalahkanku atas apa yang sudah kau lakukan! Padahal aku sudah jelas mengatakan kepadamu kau hanya beradegan tidur dengan bosku!” Ia melayangkan tatapan kecewa dan terluka kepada Sasha. “Aku menunggu panggilan telepon darimu memintaku menjemput, tetapi ternyata kau begitu menikmati berada di tempat tidur yang sama dengan bosku.” Sasha mengetatkan rahang, tidak terima dengan apa yang dikatakan Lukman. Bayangan saat bibir Kevin yang bermain di wajah, bibir, dan leher, serta seluruh tubuhnya tiba-tiba terlintas. “Lihat! Apakah kau masih membayangkan kenangan saat kalian bersama?” sindir Lukman. Sasha mendongak menatap Lukman. “Berhentilah menyalahkanku terus-menerus! Kamu sudah berhasil membuatku merasa rendah dan tidak memiliki harga diri!” Lukman mengembuskan napas kasar, berusaha mengendalikan diri. Bagaimana pun, ia sudah berhasil mendapatkan rekaman itu. Ia lantas mendekati Sasha dan memeluk istrinya itu. “Maaf, aku hanya emosi sesaat. Aku sudah mendapatkan rekamannya.” Sasha menghela napas lega. Sekarang, ia hanya perlu melupakan kejadian malam itu, melupakan Kevin. Kecupan ringan di kepala membuat Sasha tersadar dari lamunannya. “Sekarang mandilah. Hilangkan tanda yang sudah dibuat bosku. Aku tidak suka melihatnya.” Usai mengatakan hal itu, Lukman berjalan keluar kamar. Ia seperti tidak memiliki beban meninggalkan Sasha seorang diri dalam penyesalannya. Sasha menjatuhkan badan di atas tempat tidur. Air mata perlahan jatuh membasahi wajah. Digosok-gosoknya lengan dengan kasar hingga menjadi berwarna merah. ‘Semoga pengorbananku tidak menjadi sia-sia, Mas. Semoga kamu bisa terbebas dari masalahmu.’Sasha langsung bangkit dari tempatnya duduk. Ia berjalan menghampiri kedua orang tua Lukman. Berlutut di hadapan wanita yang masih berstatus sebagai ibu mertuanya. Sasha meraih jemari wanita itu. “I-ibu saya datang untuk meminta maaf atas semua kesalahan. Sa-saya memutuskan untuk bercerai dengan mas Lukman.”Ibu Lukman berdiri terpaku, ia berjalan mundur menjauhi Sasha. “A-apakah kau berselingkuh dari putraku dan membuatnya melakukan kegilaan? Hingga ia dikejar-kejar polisi. Itu semua pasti karenamu, bukan?”Sasha menggelengkan kepala menyangkal apa yang dikatakan oleh ibu Lukman. “Bu-bukan begitu kejadiannya. Mas Lukman yang memaksaku tidur dengan bosya, agar ia tidak masuk penjara. Aku tidak tau siapa ayah dari anak yang sedang kukandung.”Air mata Sasha jatuh membasahi wajahnya mengalir dengan derasnya. Perasaan malu menghinggapi perasaan Sasha, karena ia harus berkata jujur kepada kedua mertuanya. Hubungan mereka yang memang tidak pernah baik akan menjadi semakin buruk saja.Tanga
Sasha mendongak memandangi Kevin, ekspresi wajahnya terlihat terkejut. “Kau sudah bertemu dengannya? Apakah ia mau melakukannya?”Jemari Kevin meremas lembut jemari Sasha. “Iya menyetujuinya. Kau akan terbebas dari pernikahanmu dengan Lukman, begitu kau sudah melahirkan.”Senyum tersungging di bibir Sasha. Rasa bahagia menyelimuti hatinya. Bayangan akan terbebas dari ikatan pernikahan yang sudah tidak sehat lagi untuk mereka berdua.Dalam hati Kevin menggumam, “Harga dari kebebasan Sasha, aku harus membatalkan tuntutan hukumku kepada pria itu.”Kevin keluar dari kamarnya, begitu dilihatnya Sasha tertidur. Ia membiarkan tunangannya itu untuk beristirahat. Kevin memasuki ruang kerjanya untuk menghubungi pengacaranya.Bunyi pintu yang diketuk menyadarkan Kevin dari pekerjaannya. Ia kepada pekerjanya itu untuk masuk. Ternyata itu adalah Sasha.“Kau sudah bangun rupanya.” Kevin memberikan kode kepada Sasha untuk duduk di depan meja kerjanya. “Wajahmu terlihat serius, apakah ada yang ingin
“Saya akan pergi dan tidak akan kembali ke kantor. Kamu batalkan semua janji saya untuk sisa hari ini.” Kevin berjalan menuju lift.Begitu keluar dari pintu perusahaan, sopir pribadinya langsung membukakan pintu mobil bagian penumpang. Kevin duduk di kursinya dengan perasaan yang tidak nyaman. Dicobanya untuk menghubungi Sasha, tetapi panggilan telepon darinya tidak juga diangkat. Pesannya pun, bahkan tidak diangkat oleh Sasha.‘Apakah Sasha marah kepadaku, hingga ia menolak untuk mengangkat telepon, serta membalas pesanku,’ batin Kevin.Kevin meminta kepada sopirnya untuk mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Hingga dalam waktu satu jam yang seharusnya ditempuh dua jam. Ia sudah berada di depan pintu gerbang rumahnya.“Berhenti, pak!” perintah Kevin kepada sopirnya.Setelah mobil berhenti Kevin menurunkan kaca mobil, ia memanggil petugas keamanan yang berjaga untuk mendekat.“Sekarang di mana, tunangan saya itu? Ia kamu suruh masuk, bukan?” tanya Kevin dingin.Sontak saja wajah
Lukman meraih Devinna kepelukannya. “Maafkan aku Sayang! Tinggallah di sini. Aku akan menghubungi pak Kevin untuk mencari tau di mana Sasha berada, agar bisa bicara dan membereskan pernikahan kami.”Devinna memasang wajah cemberut, ia masih marah dan sedih. Karena berfikir Lukman tidak sayang dan peduli kepadanya.“Kalau kau cemberut seperti itu. Wajahmu justru terlihat cantik sekali,” goda Lukman.Senyum pun mengembang di wajah Devinna. Ia merangkulkan kedua lengannya di leher Lukman dan memberikan ciuman di wajah, serta bibir kekasihnya itu. “Jangan abaikan aku! Kita menghadapi masalah ini bersama-sama.”***Sudah satu minggu Sasha berada di panti asuhan tempatnya dibesarkan. Ia merasakan kerinduan yang mendalam kepada Kevin. Pria itu menepati janjinya tidak menghubungi atau datang melihat dirinya.‘Kevin benar-benar marah kepadaku. Aku merindukannya apa yang harus kulakukan untuk membuatnya datang kepadaku? Apa aku yang menyusul Kevin,’ batin Sasha.Suara ketukan di pintu kamarnya
Plak!Sebuah tamparan mendarat di wajah Lukman. Ayahnya menatap berang putra semata tunggalnya itu. “Kamu berani melawan kami orang tuamu hanya karena wanita itu! Kamu bahkan mengkhianati kesucian pernikahanmu dengan Sasha. Wanita yang kami tolak menjadi istrimu, tetapi kau tetap bersikeras menjadikannya istri.”Devinna membelalakkan matanya, ia tidak mengetahui akan hal itu. Dirinya selama ini mengira Sasha menantu pilihan dan kesayangan orang tua Lukman.“Kami merasa setuju, kalau Sasha meminta bercerai darimu. Kamu suami yang tidak bisa menjadi seorang kepala keluarga. Kamu sudah membuat kecewa banyak orang. Selesaikan masalahmu sendiri dan jangan datang kepada kami, kalau wanita ular yang bersamamu mencampakkanmu di saat kau tidak punya apa-apa!” berang ayah Lukman.Ibu Lukman hanya bisa menangis dengan wajah yang menyiratkan kesedihan bercampur kecewa. Tidak ada kata-kata yang sanggup keluar dari bibirnya. Ia merasakan sakitnya, karena putranya telah mencorang nama baik keluarga.
Devinna memandangi kepergian Kevin sampai pria itu menghilang dari balik pintu. Barulah ia berbalik meliihat kepada Lukman. “Katakan kepadaku tadi kenapa kau terlihat ragu dan sedih untuk menyetujui menyeraikan Sasha? Aakah kau masih mencintai wanita itu? Kau menyakitiku!”Lukman yang masih bingung dengan perasaannya memandangi Devinna. Ekspresi wajahnya terlihat sedih. “Aku sudah mengecewakanmu dan membuat kau terluka, bukan? Aku memang pria yang tidak bertanggung jawab. Karena tidak hanya kau saja yang terluka karenaku, tetapi juga Sasha!”Devinna membuka mulut hendak membentak Lukman. Yang masih saja membawa nama Sasha dengan penuh cinta. Akan tetapi begitu dilihatnya ekspresi pria itu yang terlihat datar, serta tatapan mata hampa. Membuatnya terdiam, ia tidak siap melihat kehancuran di wajah pria yang dicintainya,“Aku belum sepenuhnya menjadi wanita yang kau cintai, bukan? Akan selalu ada Sasha di hatimu. Apalah artinya diriku ini wanita jahat yang merebut seorang suami dari istr
Lukman memberikan kode kepada Devinna untuk tetap di tempatnya. Dirinyalah yang akan melihat siapa yang datang. Alangkah terkejutnya Lukman melihat siapa yang datang begitu pintu dibukanya. “Pak Kevin! Apa yang Bapak lakukan di sini?”Kevin memberikan senyum sinis kepada Lukman. Ia berdiri dengan tangan terlipat di dada, serta tatapan mata yang membuat Lukman gemetar.“Apakah kau akan mempersilakan kepadaku untuk masuk atau kita berbicara di luar saja?” tanya Kevin dingin.Lukman melirik ke dalam kamar di mana Devinna terlihat penasaran. Tidak ada yang salah, kalau mereka berbicara di dalam. Mereka tidak akan menarik perhatian orang lain, yang bisa saja menjadi tertarik dan dapat mengenali mereka semua. Itu jelas tidak baik bagi dirinya dan Devinna yang sedang dalam pelarian.“Tentu saja! Mari kita berbicara di dalam, silakan masuk.” Lukman membuka lebar pintu kamarnya.Devinna membelalakkan matanya begitu melihat siapa yang datang. “Pak Kevin! Bagaimana Bapak bisa menemukan kami?”“H
Sasha terpaku di tempatnya berdiri, ia sama sekali tidak menduga reaksi Kevin akan seperti itu. “Mas Kevin mau kemana?”Sasha akan membiasakan dirinya untuk memanggil Kevin dengan panggilan, Mas. Karena pria itu sekarang adalah tunangannya.Kevin tidak menoleh ke belakang, ia terlalu marah untuk dapat dibujuk dengan permintaan maaf dari Sasha. Ia cemburu, karena dari kalimat yang diucapkan Sasha tadi secara tersirat ia masih mencintai Lukman.Duduk di balik kemudinya, Kevin menggenggam dengan erat kemudi di tangannya. “Brengsek! Kenapa aku merasa diriku masih harus bersaing dengan Lukman? Kalau Sasha memang masih mencintai suaminya itu aku tidak akan memaksanya.’Dinyalakannya mesin mobil dengan kecepatan tinggi untuk meluapkan emosinya. Ia akan meninggalkan Sasha di sana dan tidak peduli apakah wanita itu akan datang kepadanya atau tidak. Ia sudah bosan dengan sikap labil Sasha.***Sasha menangis dipelukan ibu panti. Ia merasa sedih dan terluka, Kevin marah karena dirinya. Ia tau pr
Kevin menyentuhkan keningnya dengan kening Sasha. Senyum mengembang di wajahnya dan itu dapat dirasakan oleh Sasha. “Kamu terlalu banyak menonton berita kriiminal dan drama. Aku tidak akan melakukan hal yang jahat kepada wanita yang kucintai.”Tangan Kevin terulur melepaskan sabuk pengaman yang dipakai Sasha kemudian ia membuka pintu mobi, lalu keluar dari sana. Tangannya terulur memegang tangan Sasha membantunya untuk turun dari mobil tersebut.“Hati-hati! Tundukkan kepalamu, biar tidak terbentur pintu mobil,” peringat Kevin.“Kalau aku sampai terbentur atau jatuh itu salah siapa? Kenapa juga mataku mesti di tutup? Apa yang begitu rahasia?” ketus Sasha.Kevin tertawa kecil mendengar Sasha yang marah. Ia mengacak rambut wanita itu yang tentu saja tidak dapat membalasnya.Berdiri di belakang punggung Sasha, Kevin membantu tunangannya itu memasuki sebuah bangunan sederhana. Ia memberikan kode kepada tuan rumah yang menyambut kedatangan mereka untuk menutup mulut, tidak bersuara. Dan mer