Mulut Sasha terbuka dengan mata menatap tidak percaya Lukman. “Tega sekali kamu, Mas! Menimpakan semua kesalahan kepadaku. Aku sudah mengorbankan harga diriku demi memenuhi permintaanmu. Yang ternyata hanyalah kau anggap permainan belaka.”
Air mata Sasha jatuh berlinang, ia tidak bisa memahami jalan pikiran suaminya. “Apakah kau yang akan masuk penjara itu hanyalah kebohongan semata?”
Lukman menghentikan langkah, ia membalikan badan. Dilayangkannya tatapan dingin kepada Sasha. “Tuntutan itu memang benar adanya!” Usai mengatakan hal itu Lukman berlalu pergi. Diabaikannya seruan kemarahan Sasha.
Sasha menatap punggung Lukman dengan wajah penuh emosi. Ia merasa hancur pengorbananan yang dilakukanya sama sekali tidak dihargai oleh suaminya itu.
Tiba-tiba saja raut wajah Sasha menjadi panik. Ia memegang perutnya yang masih rata. “Ya, Tuhan! Bagaimana kalau aku hamil anak pria itu? Kami sama sekali tidak memakai pengaman pada saat bercinta.”
Ia terduduk di lantai dengan tatapan menerawang. Ia dan Lukman selama ini tidak pernah menggunakan alat pencegahan kehamilan. Karena mereka memang menginginkan segera memiliki momongan.
‘Kalau aku hamil, aku akan kebingungan anak siapakah yang kukandung?’ batin Sasha lesu.
Ia bangkit dari duduk berjalan menaiki tangga menuju kamar dengan langkah yang gontai. Berdiri di depan cermin wastafel Sasha melihat pantulan diri yang terlihat pucat. Dengan tatapan hampa.
‘Untuk apa aku bertahan dengan suami yang hanya memperalatku demi kepentingannya? Dan kemudian ia menimpakan semua kesalahan kepadaku, mengabaikan kesalahannya sendiri,’ lirih Sasha.
Beranjak dari wastafel Sasha menuju bathub diisinya dengan air hangat. Kemudian ia tuangkan sabun mandi cair. Setelahnya ia masuk ke bak tersebut.
Dipejamkannya mata menikmati air hangat dengan aroma terapi. ‘Kenapa aku tidak mengetahui apa yang dilakukan Mas Lukman? Kalau ia memang mengambil uang milik perusahaan untuk apa ia melakukannya?’ batin Natasya.
*** Lukman keluar rumah dengan kesal. Saat akan masuk mobil ia melihat ke sekelilinngnya. ‘Hmm, sepertinya itu mobil yang tadi. Apakah itu orang suruhan, Kevin?’Masuk mobilnya Lukman tidak langsung menyalakan mesin mobil. Dikeluarkannya ponsel dari saku jas yang ia pakai.
‘Halo, Sayang! Untuk sementara waktu kita tidak bisa bertemu dahulu. Sepertinya tuan Kevin memerintahkan orang untuk mengawasiku,’ ucap Lukman kepada seseorang di ujung sambungan telepon.
Terdengar suara sahutan yang teredam. ‘Iya, aku mengerti. Aku tidak bisa menerima telpon darimu lama-lama, sekarang aku sedang bersama dengan bos.’
Lukman mengerti, ia langsung memutuskan panggilan telepon karena tidak ingin wanitanya ketahuan. Dimasukannya kembali ponsel ke saku jas yang ia pakai. Ia menyalakan mesin mobil meninggalkan halaman rumahnya.
Sesekali Lukman melirik spion dan dapat dilihatnya kalau mobil yang tadi terparkir di pinggir jalan dekat rumahnya. Juga ikut bergerak tepat di belakangnya.
‘Huh! Sialan. Aku harus menahan diri selama beberapa hari untuk bertemu dengan kekasihku. Sampai situasi menjadi terkendali,’ gerutu Lukman.
*** Kevin melirik wanita yang telah menjadi sekretarisnya selama satu tahun ini. Wanita itu terlihat menerima telepon dengan gelagat yang mencurigakan.“Kalau telepon itu penting kau bisa menerimanya terlebih dahulu!” seru Kevin.
“Ma-maaf, Tuan! Tadi saya menerima telepon dari ayah saya yang sedang berada di rumah sakit. Ia hanya memberitahukan kalau besok sudah boleh pulang,” dusta Devina.
Kevin hanya mengangguk saja, walaupun ia tidak yakin dengan apa yang dikatakan oleh sekretarisnya itu. Ia pun melanjutkan memberikan beberapa instruksi pekerjaan kepada sekretarisnya.
Pintu ruang kerja Kevin diketuk dari luar dan masuklah ahli IT yang tadi mendapatkan tugas darinya. Pria itu melirik sekretaris Kevin sebelum duduk di samping kursi wanita itu.
“Apakah kau sudah mendapatkan informasi yang kuinginkan?” tanya Kevin dengan tatapan tajam.
Ahli IT itu menganggukan kepala, kembali ia melirik ke arah Deviana, sekretaris Kevin.
“Katakan saja! Sekretarisku tidak akan membocorkan apa yang kau sampaikan. Atau ia akan kupecat dari pekerjaannya karena membocorkan rahasia perusahaan.” Gantian Deviana yang mendapatkan tatapan tajam dari Kevin.
Deviana menelan ludah dengan sukar, ia menjadi gugup dengan tatapan yang diberikan Kevin kepadanya.
‘Mengapa, Bos berkata seperti itu? Apakah ia mencurigaiku?’ batin Deviana.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Kevin, ahli IT itu pun meletakan map yang dibawanya ke atas meja. Ia membukanya lalu memperlihatkan potret wajah wanita yang sudah tidur dengan Kevin.
“Anda pasti tidak akan pernah menduga, Bos! Siapa wanita yang sudah tidur dengan Anda,” kata ahli IT itu.
Mata Kevin menyorot tajam dengan suara tajam ia berkata, “Katakan saja jangan berbelit-belit saya tidak suka!”
Ahli IT itu tersenyum simpul. Ia dapat mengerti dengan sikap tidak sabaran dari bosnya. “Wanita itu adalah istri dari asisten Anda, Bos. Saya bisa memberikan detil lengkap biodata wanita itu kepada Anda.”
Sasha langsung bangkit dari tempatnya duduk. Ia berjalan menghampiri kedua orang tua Lukman. Berlutut di hadapan wanita yang masih berstatus sebagai ibu mertuanya. Sasha meraih jemari wanita itu. “I-ibu saya datang untuk meminta maaf atas semua kesalahan. Sa-saya memutuskan untuk bercerai dengan mas Lukman.”Ibu Lukman berdiri terpaku, ia berjalan mundur menjauhi Sasha. “A-apakah kau berselingkuh dari putraku dan membuatnya melakukan kegilaan? Hingga ia dikejar-kejar polisi. Itu semua pasti karenamu, bukan?”Sasha menggelengkan kepala menyangkal apa yang dikatakan oleh ibu Lukman. “Bu-bukan begitu kejadiannya. Mas Lukman yang memaksaku tidur dengan bosya, agar ia tidak masuk penjara. Aku tidak tau siapa ayah dari anak yang sedang kukandung.”Air mata Sasha jatuh membasahi wajahnya mengalir dengan derasnya. Perasaan malu menghinggapi perasaan Sasha, karena ia harus berkata jujur kepada kedua mertuanya. Hubungan mereka yang memang tidak pernah baik akan menjadi semakin buruk saja.Tanga
Sasha mendongak memandangi Kevin, ekspresi wajahnya terlihat terkejut. “Kau sudah bertemu dengannya? Apakah ia mau melakukannya?”Jemari Kevin meremas lembut jemari Sasha. “Iya menyetujuinya. Kau akan terbebas dari pernikahanmu dengan Lukman, begitu kau sudah melahirkan.”Senyum tersungging di bibir Sasha. Rasa bahagia menyelimuti hatinya. Bayangan akan terbebas dari ikatan pernikahan yang sudah tidak sehat lagi untuk mereka berdua.Dalam hati Kevin menggumam, “Harga dari kebebasan Sasha, aku harus membatalkan tuntutan hukumku kepada pria itu.”Kevin keluar dari kamarnya, begitu dilihatnya Sasha tertidur. Ia membiarkan tunangannya itu untuk beristirahat. Kevin memasuki ruang kerjanya untuk menghubungi pengacaranya.Bunyi pintu yang diketuk menyadarkan Kevin dari pekerjaannya. Ia kepada pekerjanya itu untuk masuk. Ternyata itu adalah Sasha.“Kau sudah bangun rupanya.” Kevin memberikan kode kepada Sasha untuk duduk di depan meja kerjanya. “Wajahmu terlihat serius, apakah ada yang ingin
“Saya akan pergi dan tidak akan kembali ke kantor. Kamu batalkan semua janji saya untuk sisa hari ini.” Kevin berjalan menuju lift.Begitu keluar dari pintu perusahaan, sopir pribadinya langsung membukakan pintu mobil bagian penumpang. Kevin duduk di kursinya dengan perasaan yang tidak nyaman. Dicobanya untuk menghubungi Sasha, tetapi panggilan telepon darinya tidak juga diangkat. Pesannya pun, bahkan tidak diangkat oleh Sasha.‘Apakah Sasha marah kepadaku, hingga ia menolak untuk mengangkat telepon, serta membalas pesanku,’ batin Kevin.Kevin meminta kepada sopirnya untuk mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Hingga dalam waktu satu jam yang seharusnya ditempuh dua jam. Ia sudah berada di depan pintu gerbang rumahnya.“Berhenti, pak!” perintah Kevin kepada sopirnya.Setelah mobil berhenti Kevin menurunkan kaca mobil, ia memanggil petugas keamanan yang berjaga untuk mendekat.“Sekarang di mana, tunangan saya itu? Ia kamu suruh masuk, bukan?” tanya Kevin dingin.Sontak saja wajah
Lukman meraih Devinna kepelukannya. “Maafkan aku Sayang! Tinggallah di sini. Aku akan menghubungi pak Kevin untuk mencari tau di mana Sasha berada, agar bisa bicara dan membereskan pernikahan kami.”Devinna memasang wajah cemberut, ia masih marah dan sedih. Karena berfikir Lukman tidak sayang dan peduli kepadanya.“Kalau kau cemberut seperti itu. Wajahmu justru terlihat cantik sekali,” goda Lukman.Senyum pun mengembang di wajah Devinna. Ia merangkulkan kedua lengannya di leher Lukman dan memberikan ciuman di wajah, serta bibir kekasihnya itu. “Jangan abaikan aku! Kita menghadapi masalah ini bersama-sama.”***Sudah satu minggu Sasha berada di panti asuhan tempatnya dibesarkan. Ia merasakan kerinduan yang mendalam kepada Kevin. Pria itu menepati janjinya tidak menghubungi atau datang melihat dirinya.‘Kevin benar-benar marah kepadaku. Aku merindukannya apa yang harus kulakukan untuk membuatnya datang kepadaku? Apa aku yang menyusul Kevin,’ batin Sasha.Suara ketukan di pintu kamarnya
Plak!Sebuah tamparan mendarat di wajah Lukman. Ayahnya menatap berang putra semata tunggalnya itu. “Kamu berani melawan kami orang tuamu hanya karena wanita itu! Kamu bahkan mengkhianati kesucian pernikahanmu dengan Sasha. Wanita yang kami tolak menjadi istrimu, tetapi kau tetap bersikeras menjadikannya istri.”Devinna membelalakkan matanya, ia tidak mengetahui akan hal itu. Dirinya selama ini mengira Sasha menantu pilihan dan kesayangan orang tua Lukman.“Kami merasa setuju, kalau Sasha meminta bercerai darimu. Kamu suami yang tidak bisa menjadi seorang kepala keluarga. Kamu sudah membuat kecewa banyak orang. Selesaikan masalahmu sendiri dan jangan datang kepada kami, kalau wanita ular yang bersamamu mencampakkanmu di saat kau tidak punya apa-apa!” berang ayah Lukman.Ibu Lukman hanya bisa menangis dengan wajah yang menyiratkan kesedihan bercampur kecewa. Tidak ada kata-kata yang sanggup keluar dari bibirnya. Ia merasakan sakitnya, karena putranya telah mencorang nama baik keluarga.
Devinna memandangi kepergian Kevin sampai pria itu menghilang dari balik pintu. Barulah ia berbalik meliihat kepada Lukman. “Katakan kepadaku tadi kenapa kau terlihat ragu dan sedih untuk menyetujui menyeraikan Sasha? Aakah kau masih mencintai wanita itu? Kau menyakitiku!”Lukman yang masih bingung dengan perasaannya memandangi Devinna. Ekspresi wajahnya terlihat sedih. “Aku sudah mengecewakanmu dan membuat kau terluka, bukan? Aku memang pria yang tidak bertanggung jawab. Karena tidak hanya kau saja yang terluka karenaku, tetapi juga Sasha!”Devinna membuka mulut hendak membentak Lukman. Yang masih saja membawa nama Sasha dengan penuh cinta. Akan tetapi begitu dilihatnya ekspresi pria itu yang terlihat datar, serta tatapan mata hampa. Membuatnya terdiam, ia tidak siap melihat kehancuran di wajah pria yang dicintainya,“Aku belum sepenuhnya menjadi wanita yang kau cintai, bukan? Akan selalu ada Sasha di hatimu. Apalah artinya diriku ini wanita jahat yang merebut seorang suami dari istr