Share

Bab 36: Melayani Kamu

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-09 23:55:19

Dingin lantai teras merayap ke kulitnya, tetapi rasa itu tak sebanding dengan perih yang menusuk dada. Hatinya tak bisa membedakan lagi, mana sakit karena cemburu, mana luka karena dikhianati.

Laras masih terduduk, telinganya belum sanggup melepaskan gema suara Amanda yang memanggil mesra nama Dirga. Air matanya jatuh tanpa ia sadari, membasahi jemari yang gemetar menggenggam kantong kresek berisi kotak nasi.

Dengan lutut yang masih lemah, Laras berusaha bangkit. Ia menatap nanar daun pintu di depannya. Tak ingin terlihat bodoh, ia meninggalkan kotak nasi di lantai. Kakinya gontai menyusuri jalan berbatu, pandangan yang memburam membuatnya tersungkur. Telapak tangan dan lututnya menghantam ujung batu tajam.

Kenapa juga ia merasa seperih ini? Sudah jelas hubungannya dengan Dirga bukan karena saling mencintai.

Ia menarik napas dalam, lalu bangkit tertatih di jalan berdebu, di bawah terik matahari yang mulai tinggi. Ucapan Diana dan Dashel terngiang di kepalanya. Agar ia menjauh dan berh
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
ish Kakak kalau beneran gimana ? T.T
goodnovel comment avatar
iskz08
Laras, kamu terlalu nethink. Mau aja dikibulin ma Amanda ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 252: Amarah Mengerikan

    “Buka pintunya! Kamu ada di dalam ‘kan dasar penyihir!” “Cepat buka jangan sembunyi!” Lolongan itu membuat Raina mengeratkan pegangan pada bungkus mie instan. Ia menelan ludah mengapa tiba-tiba orang-orang mendatangi rumahnya? Kemudian ia teringat dengan mimpinya semalam. Sambil tertawa getir Rana menggeleng. “Nggak mungkin mimpi sialan itu jadi nyata. Lagian siapa mereka? Ganggu aja orang mau makan,” gumam wanita itu tak sadar mie dalam genggamannya itu sudah remuk.“Dobrak saja pintunya! Bawa perempuan itu keluar!” seruan perintah itu membuat mata Raina membulat dan hampir melompat keluar.Tubuhnya langsung lemas dengan lututnya gemetar hebat. Ia mundur beberapa langkah, terdesak ke sudut ruangan. Kepalanya sungguh berputar-putar berusaha mencari celah, dan matanya tertuju pada pintu reot di belakang. Ketakutan mencekiknya lebih dalam, ia harus kabur dari sini sekarang juga! Suara gebrakan yang makin keras membuat Raina menjerit tertahan, “Akh?!”Ia buru-buru membuang mie insta

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 251: Suamiku Kejam Banget 

    Laras membaca setiap kata di layar ponsel suami. Bukannya tenang, tetapi merasa merinding sampai menggosok tengkuknya pelan. Tatapannya kembali pada Dirga. “Sebanyak ini? Kalau … Mas dituduh pencemaran nama baik, gimana? Saya nggak mau, ya, Mas kenapa-napa.” Laras menelan liurnya sendiri. Terlalu seram membayangkan apa yang akan terjadi menimpa mantan ibu mertua.“Nggak akan dituduh pencemaran nama baik, percayalah. Kamu mau dia berlama-lama di desa atau cepat ditindak, hm?” Dirga membelai pipi Laras, lembut— seringai bulu. Suaranya yang pelan, justru membuat tubuh wanita itu bergidik ngeri.“Umm … kalau saya bilang supaya Bu Raina dipenjara aja, jahat nggak? Beliau udah mencelakai Regina, menukar obat-obatan demi keuntungan. Itu jahat banget, Mas. Nama rumah sakit juga bisa ikut bersih, karena selama ini semua orang anggap nakes RS yang lalai, padahal ‘kan nggak gitu,” beber Laras, teringat bagaimana awal-awal Dirga menjabat Direktur selalu pulang dengan wajah garangnya dan lembur d

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 250: Nggak Apa-apa Sayang

    Tangan Laras gemetaran meraih benda kecil itu. Matanya terpaku pada satu garis merah tebal yang terlihat jelas. Jantungnya langsung mencelos, rasa kecewa seketika menyergapnya dingin, semua harapan yang ia bangun di apotek tadi runtuh. 'Masa cuma satu? Tapi, dulu waktu aku hamil, garis tipisnya muncul belakangan,' batinnya, ia memegang test pack itu erat sekali. Laras terdiam, duduk terkulai di atas kloset. Ia masih menanti. "Ayo dong, ayo, ayo," gumamnya frustrasi selama sepuluh menit penuh. Nahas, bayangan samar kedua itu tak kunjung muncul. Laras menghela napas panjang, menatap alat itu dengan sorot mata nanar. "Belum ada, ya?" Ia mengusap perut ratanya. 'Tenang. Mungkin hormon HCG-nya belum terlalu tinggi untuk dideteksi alat ini. Aku bakal cek lagi seminggu dari sekarang,' tekadnya dalam hati, ia berusaha meredakan kekecewaan dengan logikanya sebagai dokter.**Sementara suasana berbeda terjadi di rumah sakit JB.Petang ini, Dirga baru saja menyelesaikan praktik di ruang pol

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 249: Beli Tes Pack 

    Dirga memicingkan mata mendapati istrinya terdiam sambil menunduk. Ia mendekat, mata karamelnya makin menajam tatkala Laras memegang perut dengan satu tangan. ​“Kamu sakit? Karena saya semalam? Sejak kapan? Tadi pagi atau malam?” tanya pria itu. Bahkan tanpa menunggu persetujuan, Dirga menarik tangan Laras mendekati ranjang. “Berbaringlah, saya periksa kamu.” ​Pria itu mengeluarkan stetoskop dari tas perlengkapan daruratnya. Sedangkan Laras bergeming, tangannya masih memegangi perut. Ia sendiri bingung, haruskah ia bicara tentang kecurigaannya atau memeriksanya diam-diam? ​Dirga mulai menempelkan stetoskopnya. Selama beberapa saat, ekspresi wajah tampan itu berubah serius, mencoba mendengarkan saksama. Ada sesuatu, kejanggalan dalam bunyi yang ia dengar, di area perut sang istr. Melihat suaminya diam begitu lama, Laras menjadi antusias sekaligus cemas. “Ada apa, Mas? Gimana?” ​Dirga tersentak, lalu mencabut stetoskopnya. Ia mencium perut rata Laras. “Nggak ada apa-apa, Sayang. Ka

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 248: Dilahap Api

    Kepala Raymond yang benjol dipukul panci besi terasa berdenyut hebat, bahkan seperti jantungnya pindah ke atas tengkorak. Ia hanya bisa melotot sinis pada seorang perawat yang berusaha membersihkan lukanya di klinik 24 jam.​“Obat macam apa ini?! Apa kalian tidak tahu cara mengobati luka? Cepat panggil dokter yang benar!” Suara Raymond meledak dalam ruangan yang luasnya tak seberapa itu.​“Maaf, Pak. Dokter sudah memerintahkan kami untuk membantu obati luka Bapak,” perawat bertutur kata lemah lembut.​Raymond justru memaki, “Kalian kerja tidak becus!”​Ia lantas menepis tangan perawat itu kasar. Perawat hanya menunduk ketakutan.​Raymond bangkit dari tepi ranjang periksa, mengambil dompet tebalnya, dan melempar beberapa lembar uang ratusan ribu tepat ke wajah perawat.​“Heh, itu untuk ganti rugi waktuku yang berharga!!”​Dengan langkah tergesa, Raymond keluar dari klinik. Ia melihat mobil mewahnya yang terparkir agak jauh. Mobil itu sedang dibersihkan oleh anak buahnya. Namun yang leb

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 247: Murka Raymond

    ​“Dibayar berapa kamu sama dokter sialan itu?!” cecar Raymond, langkahnya makin dekat. Sepatu mahalnya menginjak sisa-sisa kulit gabah. ​Wajah Reza pucat, bahkan memutih seperti kapas, dan kakinya serasa terpaku di tanah. Ia tahu, Raymond tidak datang sendirian. Ya, Reza tidak mengenali orang-orang di belakang Raymond. Ia yakin mereka semua adalah pengawal bayaran atau mungkin preman sebagai bentuk penjamin bahwa hari ini akan berakhir dengan kekerasan. ​Masih terdiam, Ia tak bisa menyahut ucapan Raymond, mengingat kebaikan mantan atasannya yang telah berbaik hati mendirikan rumah ini dan memberinya pekerjaan. ​“Begini cara membalas budiku? Anak kurang ajar, sudah kubiayai untuk sekolah tinggi dan mengubahmu sampai seperti ini! Durhaka kamu!” Raymond melayangkan tangan. ​Tubuh Reza yang tidak terlalu kurus pun mampu menangkis tangan tuannya di udara. ​“Pak … kita bisa bicarakan ini baik-baik di dalam, Pak,” bujuknya pelan. ​Raymond menepis tangan Reza dan langsung menunjuknya. ​

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status