Share

Bab 9: Kemolekan Tubuhnya

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-27 14:49:16

“Di mana Laras?” tanya Dirga. Ia baru saja masuk ruangan praktek. Matanya menyipit tidak mendapati apa pun tentang anak didiknya itu. Biasanya Laras meletakkan tas ungu mudanya di sudut. Sekarang, bahkan aroma segar dari tubuh gadis itu saja tak tercium.

Langit memang lebih gelap dari biasanya. Namun, ini bukan malam melainkan senja hari. Jam masih menunjukkan pukul lima. Seharusnya Laras ada di klinik.

“Umm … itu … Dokter Laras dan Dokter Amanda keliling,” jawab seorang perawat yang menaruh botol air mineral dan camilan untuk Dirga di atas meja.

“Ke mana?” tanyanya.

“Maaf, Dok. Saya—”

Tiba-tiba saja terdengar suara melengking dari arah depan.

“Ya, ampun Dokter Amanda!”

Gegas Dirga berlari menuju sumber suara. Namun, langkahnya menjadi pelan tatkala tidak menemukan Laras bersama Amanda. Mata karamelnya beralih pada gerbang klinik.

Kosong.

Dirga mendekati Amanda yang dibopong perawat. “Apa yang terjadi? Di mana Laras?” berondongnya.

Amanda menggeleng dan terisak. Tubuhnya gemetar. “Laras hilang, Ga. Aku udah cari, tapi nggak ketemu.”

“Di mana?” Suara Dirga dingin dan sorot matanya seketika menggelap.

Amanda tak menjawab.

Dalam sekali gerakan Dirga meraih tubuh Amanda dari dua perawat. Wanita itu terhuyung tepat ke dada bidangnya. Sebelum sempat menempel, Dirga lebih dulu mencengkeram lengan rekannya ini.

“Ke mana kamu bawa dia? Jawab!” Gema suara tegas Dirga memenuhi lobi. Matanya berkilat, rahangnya berkedut dan napasnya berembus kasar.

Tangis Amanda terhenti, ia gelagapan. Matanya tidak lagi fokus pada Dirga.

“Dia … hi–hilang di … hutan jati,” cicit Amanda yang langsung membungkam mulutnya sendiri.

Detik itu juga Dirga melepaskan Amanda. Membiarkan wanita itu luruh ke atas lantai. Tak peduli dengan tubuh yang menggigil.

“Obati dia!” titahnya pada kedua perawat.

Gegas ia masuk mobilnya. Raga yang lelah setelah perjalanan ke kota tidak ia hiraukan. Hujan deras mengguyur Land Cruiser hitamnya, menerjang tanah merah lengket.

“Laras,” geramnya, seraya mencengkeram setir kuat-kuat.

Dirga seolah lupa caranya menggunakan rem. Hanya menginjak pedal gas. Hingga ia tiba di depan hutan jati.

Diraihnya ransel hitam darurat dari jok belakang. Ia menggunakan mantel dan helm khusus. Lalu turun dengan cepat. 

Boots hitamnya menginjak ilalang. Senter di helm-nya menyorot setiap semak dan batang pohon.

“Laras!” panggilnya.

Tidak ada sahutan.

Lebih dari lima tahun mengabdikan diri di pedesaan, membuatnya peka dan terbiasa dengan lingkungan. Namun, ia tidak gegabah. Dirga meninggalkan jejak supaya mudah mencari jalan.

Ia menyusuri jalan setapak, memanggil lagi. Suara kerasnya  tertelan deras hujan. Sesekali, Dirga berhenti, menajamkan telinga.

Masih sama, tak ada suara Laras.

Hampir saja ia berputar ke arah lain, sampai sorot dari senternya mengenai botol ungu pecah di tanah. Napasnya tercekat. 

“Laras … kamu pasti dekat sini.” Ia masuk lebih dalam, menembus ilalang basah yang menampar wajah tampannya. Jantung pria itu berpacu lebih kencang dari langkahnya.

Tak sampai sepuluh menit terlewati, mata elang Dirga menemukan ransel berlogo kliniknya tergeletak di atas tanah. Ia mempercepat langkah dan ….

“Laras!” pekiknya. Melihat tubuh gadis itu terbaring lemah dengan pakaian yang basah bercampur tanah.

Gegas Dirga menggendong Laras. Kakinya setengah berlari, keluar dari hutan ini. Napasnya tersengal dan wajahnya menegang. Sesekali ia juga memastikan gadis itu tetap bernapas. 

“Bertahanlah, Laras,” gumamnya, diselimuti rasa bersalah.

Sampai di mobil, Dirga meraba nadi Laras. Terasa lemah. Lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi gadis itu. 

“Demam …,” gumamnya. Syukurlah pupil Laras masih bereaksi saat dicek.

Dirga menyalakan pemanas mobil. Sebelum pulang, dari kotak P3K, ia menusukkan jarum infus kecil ke lengan Laras, cairan hangat perlahan menetes.

Jalan menuju klinik tergenang dan terlalu jauh dalam kondisi hujan seperti ini. Sedangkan rumah pribadinya lebih dekat dan aman. Ia tak punya pilihan selain membawa Laras ke rumahnya.

Begitu tiba, Dirga membaringkan Laras di atas ranjang. Tangannya cekatan melepas pakaian basah sang gadis.

Kedua matanya tak berkedip sesaat menatap kemolekan gadis itu. Kulit kuning langsat yang kontras dengan seprai navy dan rambut lembab yang tergerai tak beraturan. Dirga menelan air liurnya.

Ia menahan hasrat yang menggelora, sambil mengeringkan tubuh Laras menggunakan handuk. Lalu menutupinya dengan selimut tebal.

“Apa kamu bisa mendengarku, Laras?” Suara Dirga berubah parau. Jemarinya menyentuh kulit Laras yang dingin.

Laras mengerjap pelan. “Kamu …?” lirihnya.

“Ya, ini saya. Bangunlah.” Dirga menjeda ucapannya. “Apa yang kamu butuhkan?” tanyanya.

“Dingin.” Nada Laras terdengar pelan. 

“Tunggu. Saya ambil selimut lagi.” Dirga berdiri dari tepi ranjang. Namun, sebelum sempat melangkah tiba-tiba Laras meraih jari kelingkingnya.

“Jangan pergi … temani di sini.” Suara Laras lembut dan lirih. Matanya setengah terbuka.

Dirga menoleh, menatap jemari mungil yang melingkar di kelingkingnya. Detak jantungnya berdentam makin liar. “Kalau saya tetap di sini … kamu siap menanggung risikonya?”

Jemari Laras masih memerangkap jari kelingking Dirga. Menahan tubuh tinggi nan atletis. Bibirnya sedikit terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi hanya desahan samar yang terdengar. Tatapannya yang sayu terkunci pada pria itu.

“Jangan pergi,” lirihnya lagi.

“Laras ….” Suara pria itu tertahan di tenggorokan. 

Dirga seolah lupa ingatan untuk mengambil selimut. Perlahan ia naik ke atas ranjangnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dedi
Ceritanya cukup menarik.
goodnovel comment avatar
Wiwik Nopriyanti
cerita menarik..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 96: Ini Enak Banget, Yang

    Di desa Wanasari.Malam ini, Dirga meringis karena melewatkan waktu makan siang dan makan malam. Semua jelas karena Laras yang sibuk sehingga tidak memperhatikannya. Ia juga tak ingin membuat wanita itu kelelahan, tetapi justru dirinya yang menjadi korban. Dilema memang.Akhirnya Dirga memaksakan diri untuk menyuap nasi dan sayur.“Laras … saya butuh kamu sekarang juga,” keluh Dirga sambil menatap isi mangkuk. Tidak ada selera untuk menyantapnya lagi, semua terasa hambar.Ia juga tidak bisa ke rumah Laras malam ini, trauma seperti kemarin izin kerja dan seharian tidak bertemu gadisnya. Itu jauh lebih menyiksa, karena waktu jadi sangat panjang.Untuk membuang sepi ia berniat membuat video edukasi kesehatan untuk para pengikutnya di media sosial. Ia meraih ponsel yang sedari tadi tergeletak di atas meja.Ada satu notifikasi pesan yang ia buka. Pupilnya melebar dan otot perut sixpack-nya menegang, membuat rasa mual makin parah. Dirga membaca pesan dari Rama. Ia tersenyum miris setelahnya

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 95: Harta, Tahta, dan Laras

    Rama terus berusaha membuka pintu unit apartemennya. Berulang kali ia menempelkan kartu akses, tetap saja panel pada pintu berwarna merah.“Argh … pintu sialan!” hardiknya sambil menendang-nendang pintu yang tetap bergeming, tidak tergoyahkan dengan guncangan itu.Rama yang hampir frustrasi pun menuju bagian informasi. Matanya merah menyala dan saraf-saraf di tubuhnya tampak tegang.“Pintu nggak bisa dibuka!” bentaknya sambil melempar kartu akses itu ke meja informasi dengan kasar.Pihak pengawas yang sudah ada di meja informasi menatap Rama dengan ekspresi tegang, sambil menempelkan telapak tangannya.“Kami mohon maaf, Pak Rama. Mulai hari ini Anda tidak bisa menempati unit apartemen yang dimaksud,” jelas sang pengawas dengan bahasa hati-hati dan nada yang sopan.Mata Rama membelalak dan urat di lehernya seolah membeku. Tangannya menggebrak meja informasi itu.“Apa maksudnua?! Ini apartemen gue! Lu pikir bisa buang gue seenaknya?!” bentaknya sambil menunjuk-nunjuk pengawas, lalu lang

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 94: Eksekusi 2

    Garis wajah Laras menegang. Tenggorokannya mendadak kering dan pedih. Ia menggeleng pelan. “Jangan dieksekusi, Dok,” cicitnya. Sungguh ia tidak mau Dirga tertimpa masalah berat hanya karena berusaha menolongnya. “Kenapa? Kamu masih cinta sama anakku?” tanya Dirga, bukannya menjawab pertanyaan Laras malah balik bertanya. “Saya serius, Dok!” Laras menahan geraman dalam mulutnya. Ia lantas menjauh dari pria itu, sambil memalingkan wajah. “Dan saya udah nggak cinta sama dia,” katanya getir. “Lihat saya, Sayang, jangan pikirin Rama lagi.” Dirga menarik pinggang gadisnya lagi dengan satu tangan. Lalu ia berbisik, “Mau kamu marah, nangis, atau mendesah, saya tetap nafsu dekat kamu.” Laras memutar bola mata dengan malas, lali kembali menatapnya. “Jelasin eksekusi apaan!” “Maksudnya … saya bikin Rama tertekan karena materi. Kalau anak itu kembali ke rumah utama, otomatis pergerakannya bisa saya pantau. Seperti itu,” terang Dirga, sambil menyentil kening Laras. Sebelum Laras mengaduh kesa

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 93: Eksekusi

    Setelah memastikan Dirga baik-baik saja, Devi dan Dinda turut mengajak Laras pulang. Terpaksa gadis itu ikut karena tak mau dicurigai lebih lama. Namun semalaman ini dia kesal karena teringat bagaimana seniornya menyentuh sang kekasih dengan begitu mudah.Apakah Devi sengaja? Laras mendecak di atas ranjang. Inikah yang namanya cemburu? Bahkan lebih sakitnya lagi karena ia mengandung anak dari pria yang bahkan belum ia miliki secara sah. Bagaimana kalau direbut wanita lain?Pikiran-pikiran itu membuat Laras kusut di atas ranjang. Ia memeluk guling sambil memejamkan mata. Sebelum benar-benar terlelap, ia bergumam, “Dokter Dirga … nyebelin.”Esok harinya, Laras melakukan kegiatan seperti biasa. Ia tahu sejak pagi Dirga mengamatinya dengan intens. Parahnya lagi pria itu tidak mengatakan apa pun untuk menjelaskan masalah kemarin.Bahkan saat memasuki jam istirahat, Laras bergegas menemui Dinda dan temannya yang lain.“Tumben dikasih istirahat cepet?” tanya Dinda, nadanya sedikit menyindir

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 92: Papimu Nyebelin!

    Ah, sial! Laras kalah cepat dari Dirga yang membuka pintu, ia tak sempat bersembunyi. Dilanda panik karena takut ketahuan, membuatnya sulit berpikir jernih sehingga ia tidak bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. “Dinda,” lirihnya sambil memejamkan mata, tangannya menggenggam ujung kemeja ungu yang ia kenakan. Keringat dingin sudah membasahi tubuh. Ini benar-benar akhir riwayat hidupnya. “Ras, gue pikir lu udah pulang.” Tatapan Dinda penuh selidik yang menusuk ulu hatinya. Lidah Laras seakan ditindih kuat oleh bongkahan bebatuan, begitu berat untuk menjawab pertanyaan itu. Ia menggeleng kecil dan tidak berani menatap ke arah temannya, juga Dokter Devi. Perlahan mata hitamnya melirik Dirga yang masih berdiri di depan pintu. Jelas ia memancarkan sinyal permintaan tolong. Dirga segera menyela, “Iya. Saya memang sengaja minta Laras ke sini. Terus kenapa?” Dinda melangkah makin dekat, diikuti Dokter Devi di belakangnya. Mereka menatap ke arah Dirga yang kini memandangi Laras

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 91: Oh, Yes, Papi

    “Ya ampun, Dokter!” Laras terpekik, bahkan refleks menjatuhkan tas ungu muda dari gendongan. Dilihatnya Dirga yang meringkuk dengan wajah sayu. Nalurinya sebagai dokter membuat Laras gegas menempelkan stetoskop pada dada bidang pria itu.Napasnya sempat tertahan dan matanya menyipit, karena….“Nggak ada yang salah,” gumamnya, lantas ia meraba kening Dirga. “Suhunya stabil.” Untuk memastikan sekali lagi, ia mencari termometer dari tasnya yang dijatuhkan di ambang pintu.Setelah diperiksa, ternyata benar tidak demam. Namun … kenapa tubuh Dirga tampak lesu?“Dokter nggak sakit,” tukas Laras.Dirga menjawab dengan nada tegas, “Sakit!”“Nggak!” kekeh Laras, wajahnya menjadi jutek, sebab pasien dewasa yang diperiksa ini sangat keras kepala. “Cuma tangan aja ‘kan lagi masa pemulihan, tapi badannya sehat,” jelas Dokter Muda itu.Dengan cepat Dirga meraih tangan gadisnya dan menempelkannya di atas dada berambut halus nan tipis itu. “Yang sakit di sini, Sayang.”Mata Laras membulat penuh. Ia pu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status