Share

Chapter 7 Tidak Ada Cara Untuk Lari

"Semoga cara ini berhasil. Pria itu pasti tidak akan memaksaku lagi." Itulah yang ada dipikiran Maya Lin. Hidungnya mengeluarkan nafas dengan tenang. Tubuhnya juga merasa nyaman merasakan kasur empuk ini dan yang paling penting, ikatan yang mengekang tubuhnya telah bebas.

Saat Maya mengakui bahwa dia hamil, Samuel langsung membuat keributan di rumah sakit untuk memeriksa kebenaran. Maya Lin beruntung karena dokter yang ada disana adalah kenalannya. "Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padaku."

"Maya Lin, apa kau begitu senang berbohong?" Samuel tiba-tiba saja masuk ke dapam ruangannya.

"Berbohong apa? Bukankah kau sudah mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisiku? Aku benar-benar hamil." Maya Lin menyembunyikan kepanikannya.

"Dokter sudah mengaku, kau yang menyuruhnya mengatakan mengarang cerita bahwa kau hamil. Aku tidak menyangka kau akan selicik ini dan terus menerus membuang waktuku." Samuel menatap lurus ke arahnya. Tatapan itu menunjukkan penghinaan.

"Sialan! Bagaimana bisa dia mengkhianatiku seperti ini?" ucap Maya dalam hati. Dia sempat terdiam sejenak, memutar otak mencari jawaban yang tepat.

Maya yang sedang melamun, tiba-tiba dikejutkan dengan wajah pria tampan itu tepat di depan wajahnya. "Samuel, kau--"

Kedua tangan pria itu berada di antara tubuh Maya dengan posisi kabedon. "Maya Lin, kau pasti sedang berpikir mencari alasan untuk berbohong atas kehamilanmu, kan? Aku telah membantumu menyebarkan rumor bahwa kau hamil anakku. Sekarang, kau dapat puas untuk berakting." Senyum licik terukir di bibir Samuel Ren.

"Kau! Satu masalah belum selesai dan kau sudah menambah masalah lainnya?" Maya berteriak kesal. Maya memegang kepalanya. Pria ini benar-benar tidak bisa berhenti membuatnya sakit kepala.

"Ini salahmu sendiri, siapa yang menyuruhmu untuk berbohong. Sekarang, kau tidak akan pernah bisa menolak untuk bersamaku, kecuali kau sudah tidak menginginkan karirmu lagi."

Maya mengepalkan tangannya. Bagaimana bisa masalah semakin rumit. Dia merencanakan ini untuk melarikan diri dari paksaan pria ini. Kenapa justru rencananya menjadi senjata makan tuan yang menbuat ikatan yang mengekangnya semakin kuat. Namun, tetap saja semua kesalahan ada pada Samuel Ren. "Kau benar-benar pria licik!"

"Apa kau baru menyadarinya?" Samuel hanya menatapnya acuh tak acuh. Tubuh pria itu mulai menjauh darinya. Suara getaran terdengar memenuhi ruangan yang sunyi ini. Samuel merogoh kantongnya.

"Hallo, Stelion. Papa tidak bisa membawa mamamu malam ini. Papa janji, sebelum kau membuka mata di pagi hari, mamamu akan tiba di sana. Kau harus tidur sekarang."

Maya menperhatikan pria yang bercakap di telepon itu. Sudah lama dia tidak melihat ekspresi Samuel Ren yang penuh kehangatan, nada suaranya juga begitu lembut dan penuh kasih serta perhatian. "Samuel tidak pernah menujukkan ekspresi itu untukku. Hanya Mathilda dan sekarang anak wanita itu. Beruntung anakku tidak sempat untuk melihat tatapan ini," ucap Maya dalam hati.

Samuel mengakhiri panggilannya, ekspresi lembut dan hangat kembali berubah menjadi dingin. Tatapan kebencian kembali terarah pada Maya. "Kau bisa tidur sebentar di sini. Jangan mencoba untuk kabur karena semua hanya akan sia-sia. Ada banyak penjaga yang telah aku tugaskan untuk menangkapmu jika kau berani kabur. " Pria itu pergi setelah memberikan peringatan.

Maya tidak bisa tidur dengan tenang. Dia mengambil ponselnya. Bagaimanapun juga, dia harus terlepas dari pengaruh Samuel Ren. Jari-jari Maya Lin menari-nari diatas keyboard membentuk beberapa kata..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status