"Lepaskan! Lepaskan aku!" Seorang gadis berteriak. Tubuhnya saat ini sudah terikat di kursi dengan begitu erat.
"Kau diam saja. Sudah bagus aku menyelamatkanmu. Aku akan melepaskanmu setelah sampai di mansion," ucap pria berwajah poker yang mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Pria itu tidak lain ada Samuel Ren."Apa aku memintamu untuk menyelamatkanku? Aku sudah bilang bahwa aku ingin keluar baik hidup atau mati. Tindakanmu itu hanya untuk membuatku menarikku ke dalam neraka,"ucap wanita yang terikat itu-Maya Lin. Beberapa menit yang lalu dirinya hampir saja dapat melarikan diri dari pria ini. Namun, siapa yang mengira refleks pria ini begitu baik. Saat itu tangan Samuel Ren berhasil menariknya bahkan menutup pintu tanpa bisa dibuka lagi sebelum Maya sempat melompat."Maya Lin, kau sudah bertahan hidup sampai sejauh ini. Kenapa kau ingin mati sekarang? Jika sejak awal kau mengakhiri hidupmu tepat setelah kau pergi beberapa tahun lalu maka kau bisa mati dengan tenang. Setelah kau menjadi seseorang yang diinginkan oleh putraku, jangan berharap kau bisa meninggalkan dunia ini!" Samuel masih menunjukkan ekspresi tenang, tetapi nada suaranya dipenuhi dengan nada mengancam. Mata tajam pria itu menghadap kedepan, aura yang terpancar dalam tubuhnya itu dapat mengintimidasi lawan.Maya Lin mengepalkan tangannya, menahan tekanan udara di mobil yang tiba-tiba dingin dan menekan. Maya tidak berniat untuk kalah. Sang artis ini justru mengucapkan kata yang menjadi serangan balasan untuk Samuel Ren, "Jika kau begitu peduli pada putramu, kenapa kau tidak mencegah kematian ibu kandung anakmu?"Wajah yang tenang itu perlahan mulai goyah. Bibir pria itu terbuka, tidak ada satu kata yang keluar. Maya memperhatikan pria itu. Ekspresi pria ini terlihat aneh, bukan seperti penyesalan karena tidak bisa menghentikan kematian istrinya, tapi seperti. "Mungkin ini hanya kesalahanku dalam membaca ekspresi. Aku tahu bahwa Samuel begitu mencintai wanita bernama Mathilda itu," ucap Maya dalam hati.Samuel justru mengatakan hal yang tidak terduga dengan ekspresi wajah yang sudah kembali pada wajah tanpa ekspresi itu. "Dia sudah tenang dan merasa bahagia setelah pergi , kenapa aku harus menghentikan kematiannya?"Maya menjadi marah. "Lalu apa kau tidak ingin melihatku pergi dengan tenang?""Ya, kau tidak akan bisa pergi dengan tenang. Sekalipun kau sudah menjadi mayat, kau bahkan tidak akan bisa meninggalkan dunia ini. Maya Lin, kau belum menebus semua dosa yang telah kau lakukan. Apa kau pikir aku akan melepasmu?" Samuel melirik ke arah Maya dengan tatapan yang begitu tajam.Maya tersenyum pahit. "Apa semua penderitaanku tidak cukup untuk menebus kesalahanku? Samuel, justru kau dan wanita itu yang berhutang padaku! Apa kau tahu betapa sulitnya aku hidup karena apa yang kalian berdua lakukan? Andai saja waktu dapat berputar kembali, aku tidak akan pernah mencintaimu!" teriak Maya.Mobil itu tiba-tiba melaju dengan kecepatan lebih dari sebelumnya. Maya mulai panik. "Hei, apa kau akan bunuh diri? Meskipun aku ingin mati, lebih baik untuk tidak mati bersamamu.""Diam! Apa kau tidak bisa menutup mulutmu itu?" ucap Samuel dengan nada tinggi.Samuel fokus menyetir tanpa mempedulikan ponsel yang sejak tadi bergetar di sakunya. Pria itu bertindak seolah tidak boleh ada waktu yang terbuang untuk membawa wanita yang membangkitkan amarahnya ini kembali ke rumah mereka.Maya menjadi pusing sekaligus mual. Dia langsung saja mutah di dalam mobil. Samuel meliriknya dengan ekspresi jijik. Maya tidak peduli dengan tatapan itu. "Samuel, hentikan mobilnya! Aku akan terus muntah di mobilmu jika kau tidak melepaskanku!""Ancamanmu itu tidak cukup untukku!"Maya merasa kesal. "Aku sedang hamil sekarang! Apa kau akan menikahi wanita yang memiliki anak pria lain?"Mobil itu berhenti mendadak. "Ulangi apa yang kau katakan tadi!" Kini mata yang diselimuti warna merah itu menatap Maya sepenuhnya."Semoga cara ini berhasil. Pria itu pasti tidak akan memaksaku lagi." Itulah yang ada dipikiran Maya Lin. Hidungnya mengeluarkan nafas dengan tenang. Tubuhnya juga merasa nyaman merasakan kasur empuk ini dan yang paling penting, ikatan yang mengekang tubuhnya telah bebas. Saat Maya mengakui bahwa dia hamil, Samuel langsung membuat keributan di rumah sakit untuk memeriksa kebenaran. Maya Lin beruntung karena dokter yang ada disana adalah kenalannya. "Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padaku." "Maya Lin, apa kau begitu senang berbohong?" Samuel tiba-tiba saja masuk ke dapam ruangannya. "Berbohong apa? Bukankah kau sudah mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisiku? Aku benar-benar hamil." Maya Lin menyembunyikan kepanikannya. "Dokter sudah mengaku, kau yang menyuruhnya mengatakan mengarang cerita bahwa kau hamil. Aku tidak menyangka kau akan selicik ini dan terus menerus membuang waktuku." Samuel menatap lurus ke arahnya. Tatapan itu menunjukkan penghinaan. "Sialan! Bag
Maya Lin menghapus apa yang baru saja dia tulis. Jari-jarinya yang ada di atas keyboard berhenti bergerak. "Tidak. Aku harus menggunakan cara yang lebih efektif. Samuel Ren telah menghancurkan nama baikku. Aku akan membuat semua orang tahu betapa busuknya pria yang dikagumi publik kota S ini." Maya Lin tidak jadi mengirim pesan pada managernya. Dia lebih memilih membuka akun sosial media. Maya mengabaikan notif masuk yang dia yakini hanya berisi komentar orang-orang yang mengkritiknya. Dia menekan Wall untuk membuat status. "Samuel Ren, kau akan kehilangan wajahmu dan tidak akan bisa mengurungku lagi."[Selamat malam. Aku minta maaf pada para penggemarku yang merasa resah dengan rumor yang beredar tentangku-Maya Lin. Aku akan menjelaskan bahwa seseorang sedang mencoba menghancurkan namaku. Aku ingin mengkonfirmasi anak itu bukan anakku. Memang benar aku pernah menikah dengan Samuel Ren, tetapi kami bercerai karena pria itu meninggalkanku demi saudaraku yang telah menjadi selingkuhanny
"Aku tidak menyangka akan mendatangi mansion ini lagi, " ucap Maya dalam hati saat dia baru saja turun dari mobil. Mansion ini begitu mewah dan indah, tapi menyembunyikan segala kesuraman di dalamnya. "Apa yang kau lakukan? Stelio sudah menunggumu. Cepat masuk!" perintah Samuel dengan ekspresi dingin di wajahnya. "Ini bahkan masih awal, anak kecil itu masih tidur nyenyak." Maya melangkahkan kaki dengan ragu. Samuel Ren tidak memiliki cukup kesabaran, dia menarik paksa tangan Maya Lin. "Samuel, bisakah kau tidak menarik tanganku dengan kasar?""Maya Lin, aku bisa lakukan lebih dari ini! Tetaplah memberontak dan kau akan tahu apa yang dapat aku lakukan." "Pria kejam! Apa kau seperti ini juga pada Mathilda? Pantas saja dia meninggal--""Haruskah aku menciummu untuk membuatmu diam? Satu kata keluar dari mulutmu aku akan Menghukummu.""Lagi lagi ancaman ini!" Maya hanya bisa mengeluh dalam hati. Dia hanya berjalan mengikuti pria itu masuk. Para pelayan sudah berbaris untuk menyambut m
"Kita suami istri bukan hal aneh untuk berbagi kamar. Bukankah kau selalu memaksaku untuk berbagi kamar denganmu dan--" Samuel belum sempat menyelesaikan perkataannya ketika Maya memotong ucapannya. "Tidak perlu melanjutkannya. Lagipula selain malam itu kau selalu menolak untuk berbagi kamar. Sekarang hubungan kita masih--""Kau kembali ke tempatmu!" Samuel memberikan peringatan pada pelayan itu. Saat pelayan itu pergi, Samuel membuka pintu kamarnya. "Jika kau ingin mendiskusikannya masuk ke dalam!" perintah Samuel. "Tidak. Jika aku masuk, apa gunanya diskusi ini?""Maya Lin, apa kau tidak membaca perjanjian kita dengan benar? Kau ingin membongkar pada semua orang? Apa kau memiliki uang untuk ganti rugi atas pelanggaran klausa kontrak.""Sekarang kau menyebutkan itu. Kau juga telah membongkarnya." Seringai terukir di bibir wanita itu. "Kau ini benar-benat ya!" Samuel langsung menggendong wanita itu. Tangannya menahan kaki dan juga bahunya. Tindakan yang tiba-tiba ini mengejutkan M
"Lakukan saja seperti yang kau katakan itu!" ucap Samuel dengan santai. "Samuel, kau benar-benar! Apa kau membawaku hanya untuk menjadi pelampiasan putramu itu? Sudahlah, tidak ada gunanya aku berdebat denganmu." Maya langsung bangun, dia mengambil pakaian dari almari. "Jika itu adalah Mathilda, apa kau akan membiarkan anak itu berbuat semaunya padanya?" "Kenapa kau begitu sering menyebut tentang Mathilda? Apa kau ingin membuatku teringat dengan mantan istriku yang telah pergi?" Samuel mengucapkan dengan nada dingin. "Aku hanya ingin tahu. Apa perlakuanmu dengan Mathilda akan sama dengan yang kau lakukan padaku?" "Maya Lin, kenapa kau harus menanyakan sesuatu yang sudah kalas jawabannya? Kau itu tidak--""Sudah aku duga. Bagaimanapun, semua tidak akan berubah, kau akan tetep memperlakukan aku-yang kau benci, dengan perilaku yang lebih buruk dari wanita yang kau cintai." Maya dengan buru-buru masuk ke dalam kamar mandi tanpa mendengar apa yang coba dikatakan oleh Samuel. *** "Tuan
"Ternyata anak kecil ini cukup peka ya," ucap Maya. Dirinya sedikit tidak menyangka bahwa anak laki-laki bernama Stelio akan menanyakan ini padanya. Maya membuka mulutnya. Sayang sekali bibirnya seolah terkunci untuk menyatakan sesuatu yang telah dia pendam. "Kenapa aku tidak bisa mengatakan bahwa aku begitu membencinya?"ucapnya pada diri sendiri. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia tidak tahu kenapa tidak ingin anak ini sedih hanya karena perkataan kasar yang mungkin akan menyakiti hati anak ini. "Bukankah kau yang membenciku sehingga tidak ingin melihatku sedikitpun? Kau bahkan tidak membukakan pintu dan membiarkanku berdiri begitu lama." Pintu tiba-tiba saja terbuka, seorang anak laki-laki langsung memeluk kaki Maya Lin. "Mama, aku tidak membencimu. Justru aku benar-benar mencintaimu. Tolong jangan benci aku!" Stelio menatap Maya dengan mata berkaca-kaca. "Aku sangat merindukanmu dan selalu ingin bersama denganmu. Biasanya aku hanya bisa melihat fotomu yang di s
"Perjalanan kita akan ditunda!" Samuel tiba-tiba saja membuka pintu kamar Stelio. "Aku sudah mendengar semuanya. Kau harus menemani Stelio seharian penuh. "Maya menoleh ke arah Samuel. Dia dapat menebak pria ini akan mengawasinya, tetapi dia merasa kesal melihat Samuel yang tiba-tiba masuk dan memberikan keputusan. "Kau tidak bisa membatalkan agenda tiba-tiba. Apa kau masih bertujuan untuk memperbesar skandalku?" Maya langsung berdiri. "Maya Lin! Kau telah bersikap kasar pada Stelio. Anggap saja ini sebagai caramu membayar hutang atas tindakanmu yang tidak baik itu!""Papa, tidak perlu untuk memaksa mama," ucap Stelio. "Aku tidak ingin mama merasa tidak bahagia karena hal ini.""Kau dengar itu? Anak ini bahkan tidak keberatan." Maya menatap lurus pada Samuel. Samuel melangkahkan kaki lalu melangkah mendekati ke arah Stelio dan Maya berada. Dia menekuk kakinya untuk berhadapan langsung pada Stelio. Dia menepuk kepala Stelio dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. "Anak yang baik."
"Ini hanya sebuah foto dan kau terlihat sehancur ini. Anak di foto itu juga tidak akan peduli denganmu, Sedangkan Stelio begitu peduli padanya, tapi kau justru mematahkan hati dengan bersikap dingin dan membentaknya," cibir Samuel. "Apa ini bentuk pembalasan dendam? Samuel, anak di foto ini juga adalah anakmu, kenapa kau hanya peduli dengan satu anak? Selain itu kau berjanji padaku untuk mengakui anak ini juga dan menerimanya, tapi apa yang kau lakukan sekarang? Kau melanggar semua janjimu padaku karena anak itu." Maya berteriak kesal. Dia menatap Samuel dengan penuh kebencianmu. "Maya Lin, kau sendiri yang melanggarnya aturan. Aku hanya menunda melakukannya bukan aku tidak akan melakukannya. Tentang anak itu, aku berjanji akan mengakuinya di depan publik, tapi aku tidak berniat untuk menerimanya selain demi formalitas," ucap Samuel menjelaskan. "Kalau begitu aku akan melakukan hal yang sama. Aku akan baik pada putramu hanya demi formalitas, jadi kita impas." Samuel menghela nafas