Share

Chapter 6 Kenapa Kau Tidak Menghentikan Kematiannya?

"Lepaskan! Lepaskan aku!" Seorang gadis berteriak. Tubuhnya saat ini sudah terikat di kursi dengan begitu erat.

"Kau diam saja. Sudah bagus aku menyelamatkanmu. Aku akan melepaskanmu setelah sampai di mansion," ucap pria berwajah poker yang mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Pria itu tidak lain ada Samuel Ren.

"Apa aku memintamu untuk menyelamatkanku? Aku sudah bilang bahwa aku ingin keluar baik hidup atau mati. Tindakanmu itu hanya untuk membuatku menarikku ke dalam neraka,"ucap wanita yang terikat itu-Maya Lin. Beberapa menit yang lalu dirinya hampir saja dapat melarikan diri dari pria ini. Namun, siapa yang mengira refleks pria ini begitu baik. Saat itu tangan Samuel Ren berhasil menariknya bahkan menutup pintu tanpa bisa dibuka lagi sebelum Maya sempat melompat.

"Maya Lin, kau sudah bertahan hidup sampai sejauh ini. Kenapa kau ingin mati sekarang? Jika sejak awal kau mengakhiri hidupmu tepat setelah kau pergi beberapa tahun lalu maka kau bisa mati dengan tenang. Setelah kau menjadi seseorang yang diinginkan oleh putraku, jangan berharap kau bisa meninggalkan dunia ini!" Samuel masih menunjukkan ekspresi tenang, tetapi nada suaranya dipenuhi dengan nada mengancam. Mata tajam pria itu menghadap kedepan, aura yang terpancar dalam tubuhnya itu dapat mengintimidasi lawan.

Maya Lin mengepalkan tangannya, menahan tekanan udara di mobil yang tiba-tiba dingin dan menekan. Maya tidak berniat untuk kalah. Sang artis ini justru mengucapkan kata yang menjadi serangan balasan untuk Samuel Ren, "Jika kau begitu peduli pada putramu, kenapa kau tidak mencegah kematian ibu kandung anakmu?"

Wajah yang tenang itu perlahan mulai goyah. Bibir pria itu terbuka, tidak ada satu kata yang keluar. Maya memperhatikan pria itu. Ekspresi pria ini terlihat aneh, bukan seperti penyesalan karena tidak bisa menghentikan kematian istrinya, tapi seperti. "Mungkin ini hanya kesalahanku dalam membaca ekspresi. Aku tahu bahwa Samuel begitu mencintai wanita bernama Mathilda itu," ucap Maya dalam hati.

Samuel justru mengatakan hal yang tidak terduga dengan ekspresi wajah yang sudah kembali pada wajah tanpa ekspresi itu. "Dia sudah tenang dan merasa bahagia setelah pergi , kenapa aku harus menghentikan kematiannya?"

Maya menjadi marah. "Lalu apa kau tidak ingin melihatku pergi dengan tenang?"

"Ya, kau tidak akan bisa pergi dengan tenang. Sekalipun kau sudah menjadi mayat, kau bahkan tidak akan bisa meninggalkan dunia ini. Maya Lin, kau belum menebus semua dosa yang telah kau lakukan. Apa kau pikir aku akan melepasmu?" Samuel melirik ke arah Maya dengan tatapan yang begitu tajam.

Maya tersenyum pahit. "Apa semua penderitaanku tidak cukup untuk menebus kesalahanku? Samuel, justru kau dan wanita itu yang berhutang padaku! Apa kau tahu betapa sulitnya aku hidup karena apa yang kalian berdua lakukan? Andai saja waktu dapat berputar kembali, aku tidak akan pernah mencintaimu!" teriak Maya.

Mobil itu tiba-tiba melaju dengan kecepatan lebih dari sebelumnya. Maya mulai panik. "Hei, apa kau akan bunuh diri? Meskipun aku ingin mati, lebih baik untuk tidak mati bersamamu."

"Diam! Apa kau tidak bisa menutup mulutmu itu?" ucap Samuel dengan nada tinggi.

Samuel fokus menyetir tanpa mempedulikan ponsel yang sejak tadi bergetar di sakunya. Pria itu bertindak seolah tidak boleh ada waktu yang terbuang untuk membawa wanita yang membangkitkan amarahnya ini kembali ke rumah mereka.

Maya menjadi pusing sekaligus mual. Dia langsung saja mutah di dalam mobil. Samuel meliriknya dengan ekspresi jijik. Maya tidak peduli dengan tatapan itu. "Samuel, hentikan mobilnya! Aku akan terus muntah di mobilmu jika kau tidak melepaskanku!"

"Ancamanmu itu tidak cukup untukku!"

Maya merasa kesal. "Aku sedang hamil sekarang! Apa kau akan menikahi wanita yang memiliki anak pria lain?"

Mobil itu berhenti mendadak. "Ulangi apa yang kau katakan tadi!" Kini mata yang diselimuti warna merah itu menatap Maya sepenuhnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status