Home / Romansa / Skandal sang Nyonya Muda / BAB-48 BALAS BUDI??

Share

BAB-48 BALAS BUDI??

Author: UMMA LAILA
last update Last Updated: 2025-07-05 23:56:18

Beralih ke kantor Aldebaran Corp.

Bima duduk malas di sofa ruang kerja Rei, beberapa kali menguap lebar tanpa sopan santun. Sementara Rei hanya menatap asistennya itu dengan pandangan malas, seakan ingin melempar benda berat ke arah kepala Bima.

“Kamu udah dikasih uang lembur, masih juga pasang wajah kayak orang disuruh jaga sapi kampung.” Rei menyindir tajam.

Bima mengangkat alis. “Maaf, Pak. Saya semalaman disuruh jagain perempuan yang diam-diam dicintai sama atasan saya, padahal dia istri orang. Tolong maafkan saya, kalau perlu pecat aja sekalian.” Ucapannya sarkas, tapi tetap elegan, khas Bima.

Rei mendengus pelan, melempar kartu kredit ke arah Bima yang langsung ditangkapnya dengan refleks.

“Udah sana, beli kopi. Waktumu 30 menit. Aku mau ice latte, jangan lupa cake.”

Bima mengerutkan alis. “Tumben? Biasanya kan espresso pahit kayak hidup saya?”

Rei menyeringai. “Lagi pengen yang manis-manis. Sekalian beli cake. Nayara suka yang manis, jadi… ya sekalian nyoba.”

Ada senyum tipis d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-122 PESTA

    "Nay, aku tanya baik-baik. Kenapa kamu tidak memakai baju yang aku belikan?" Raka masih berusaha menahan diri agar tetap sabar."Tanya saja sama selingkuhanmu itu," jawab Nayara sinis tanpa menoleh."Selingkuhan? Maksudmu Selina?" Raka mengernyit, tak paham arah pembicaraan istrinya.Nayara justru semakin jengkel. Baginya, kalimat Raka terdengar seperti pengakuan terang-terangan."Memang siapa lagi kalau bukan dia? Atau jangan-jangan kamu punya selingkuhan lain selain Selina?" Nada jijik ikut menyertai kalimatnya."Sudahlah, Ny..." Raka mengusap wajahnya, pusing dengan tuduhan yang berputar-putar. "Jadi, apa yang kali ini dilakukan Selina?" Ia menekankan, lalu memegangi kepalanya yang mulai berdenyut.Nayara mendengus, melempar pandangan keluar jendela. "Lihat saja sendiri di story dia. Jangan tanya-tanya lagi. Kalau punya selingkuhan, ya diurus."Raka yang semakin penasaran akhirnya membuka ponselnya. Ia membuka Instagram Selina, lalu menonton instastory terbaru."Terima kasih sayang

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-121 KAMU NANYA?

    Brima tampak kebingungan, sementara Nayara menghela napas panjang, menatapnya penuh curiga.“Undangan pesta perayaan pendirian perusahaan Aldebaran yang ke-15 tahun,” ujarnya dengan nada menuntut. “Apakah tidak ada undangan untukku?”“Oh, tidak ada, Bu.” Jawaban Brima datar, tanpa ekspresi.Nayara sontak mengerutkan dahi. “Tidak ada? Kamu yakin?”“Iya, Bu. Pihak Aldebaran tidak mengirimkan undangan kepada Adinata Grup.”Kepala Nayara terangkat, sorot matanya penuh kepercayaan diri bercampur sisa harapan. “Kalau atas nama Adinata Grup tidak ada, pasti atas namaku pribadi ada kan? Iya kan?”Brima tetap tenang. “Maaf, tapi tidak ada hal seperti itu, Bu. Saya tidak mungkin menyembunyikan benda yang begitu penting, bukan?”Nada datar itu membuat Nayara meringis, seakan tersenggol harga dirinya. “Ah, baiklah, baiklah. Kamu tidak perlu bersikap sinis seperti itu. Aku kan cuma tanya.” Ia pun kembali menunduk, menyendok bubur ayam ke mulutnya dengan wajah masam.“Terpaksa deh…” gumam Nayara pe

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-120 PAGI YANG MASAM

    Pagi-pagi sekali, wajah Nayara sudah tampak masam. Duduk di ruang kerjanya, dagunya bertumpu di meja, tatapannya kosong, penuh amarah yang ia pendam. Brima, sekretaris sekaligus ajudan setianya, hanya bersikap biasa saja. Perempuan culun dengan kacamata bulat itu memilih tetap profesional—tidak menegur, tidak ikut campur, seolah wajah sang atasan yang muram sudah menjadi bagian dari dekorasi ruangan. Ada banyak alasan yang membuat Nayara begitu cemberut sejak fajar. Pertama, pagi tadi ia bertemu dengan Raka yang sedang asyik sarapan. Hanya satu menit berada di ruangan yang sama sudah cukup membuat darahnya mendidih. Akhirnya, Nayara memilih pergi tanpa makan apa pun. Kini perutnya keroncongan, minta diisi. Kedua, ia kurang tidur. Semalaman pikirannya dipenuhi Rei. Bukan karena rindu—jauh sekali dari itu—melainkan jengkel. Kenapa pria itu sama sekali tidak memberinya undangan pesta ul

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-119 AYO TIDUR BERSAMA

    Begitu sampai di rumah, Nayara tidak banyak bicara. Tumit sepatunya beradu dengan lantai marmer, langkah cepatnya langsung menuju anak tangga. Ia ingin segera masuk ke kamarnya, mengunci pintu, dan menjauh dari Raka.“Nay!” suara Raka memanggil, cukup keras hingga bergema di ruang tengah yang luas itu.Nayara berhenti, lalu membalikkan badan. Tatapannya dingin, penuh tanda tanya seolah berkata: apa lagi yang kamu mau, Raka?“Kita harus membicarakan pesta Aldebaran tiga hari lagi.” Nada suara Raka terdengar menahan amarah, namun tetap berusaha tenang.“Jawabanku sudah jelas, Raka. Jika kamu tetap bersama Selina, maka aku akan datang sendiri. Bukan sebagai istrimu, tetapi sebagai penerus sah Adinata Grup.” Ucapan Nayara meluncur angkuh, setiap katanya seperti cambuk yang mencabik kesabaran Raka.Rahang Raka mengeras. Emosi yang sejak tadi ia tahan di restoran akhirnya pecah. “Kamu selalu begitu, Nayara!” suaranya meninggi.Nayara terperanjat sesaat, lalu ikut terbakar. “Seperti itu apa

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-118 SELINA DAN UNDANGAN

    “Ingat, Raka. Selina itu gundik, sedangkan aku istri sah. Kalau kamu tetap ingin membawa gundik sialanmu itu, gunakan ini.”Nayara menekankan ucapannya sambil mengetuk pelipisnya sendiri, seolah menegur kebodohan sang suami.Wajah Raka langsung memerah, rahangnya mengeras. Jemarinya mengepal begitu erat hingga buku-bukunya memutih, namun ia menahan diri sekuat tenaga agar tidak menggebrak meja. Ia sadar, satu gerakan kasar saja akan mengundang tatapan semua tamu restoran.“Gunakan kalimat yang sopan, Nay. Aku ini suamimu,” ujarnya dengan suara rendah, tertahan amarah.“Suami?” Nayara menegakkan tubuh, lalu menyandarkan punggung ke kursinya dengan anggun. Senyum tipis tersungging di bibirnya.“Coba pikir sendiri, Raka. Mana ada istri yang bisa berkata lembut ketika suaminya dengan enteng membicarakan wanita selingkuhannya?” balasnya enteng, disertai gerakan bahu yang digerakkan seolah menepis beban.Raka menghela nafas, frustasi. “Baiklah, aku paham. Tapi… Selina tadi merajuk, ingin ik

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-117 MAKAN MALAM SIALAN

    Jarum jam dinding menunjuk angka delapan malam. Gedung Adinata mulai sepi setelah meeting direksi yang melelahkan. Lampu-lampu kantor sebagian sudah dipadamkan, menyisakan cahaya putih pucat di ruangan Nayara.Ia sedang membereskan tas kerjanya ketika ponselnya bergetar di meja. Nama yang muncul di layar membuat jemarinya seketika kaku: Raka.Beberapa detik ia hanya menatap layar, mempertimbangkan untuk mengangkat atau membiarkannya. Pada akhirnya, ia menggeser tombol hijau.“Ada apa menelpon malam-malam, Raka? Kalau ingin menginap di tempat Selina, langsung saja. Tak perlu minta izin segala,” ucap Nayara, sarkas, suaranya datar namun tajam.Terdengar helaan napas berat dari seberang, jelas tertangkap di telinga Nayara.“Aku mau jemput kamu pulang,” kata Raka akhirnya. “Urusanku di kantor sudah selesai, Nay. Ayo kita pulang bareng.”Alis Nayara berkerut. Selama ini ia pulang sendiri dengan mobil, supir, atau kalau terpaksa—taksi. Tawaran Raka terasa aneh. Janggal.“Nay?” suara Raka ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status