“Tidak seperti biasanya kau datang ke sini,” komentar Teresia yang kini duduk di hadapan David.David datang mendesak, usai jam kerjanya selesai dia langsung memutuskan pergi menemui Teresia meski kini sudah jam sepuluh malam. David tidak bisa membuang waktu.David menyeruput tehnya sambil memikirkan harus dari mana memulai cerita yang akan di sampaikan. David merongoh handponenya dan menulis pesan teks, lalu menunjukannya kepada Teresia.“Nyonya, ada hal penting yang harus saya beritahukan kepada Anda.” Teresia sudah bisa menebaknya, sangat jarang David menemuinya, sekali menemuinya, itu pasti penting. “Katakan saja,” jawab Teresia.David kembali mengetik cukup lama, lalu menunjukannya lagi di hadapan Teresia.“Tadi sore, tuan Axel membawa seorang gadis yang sangat mirip dengan gadis yang akan di jodohkan dengannya. Setelah saya memastikannya, ternyata gadis itu memang puteri Magnus. Namun sepertinya, mereka belum saling menyadari dan baru mengenal hari ini karena tuan Axel membawa
Naomi bergerak ke sana-kemari dalam kegelisahan, rasa sakit di kaki dan tangannya mulai terasa dan membuatnya tidak bisa tidur sama sekali. Rasa pegal dan ngilu membuat Naomi kembali terduduk dan memilih melepaskan perban yang membelit tangannya.“Sakit sekali,” ringis Naomi melihat tangannya yang masih bengkak dan di hiasi banyak lebam biru.Jika di lihat dari kondisi tangan dan kakinya seperti ini, Naomi benar-benar tidak tahu kapan akan bisa segera sembuh.Naomi harus berpikir keras selagi keadaan tangan dan kakinya masih sakit, Naomi tidak tahu akan berapa lama tinggal menumpang di rumah Axel. Bila menilik sifat Axel, pria itu terlihat sombong dan berhati dingin, Naomi takut Axel akan langsung mengusirnya bila melihat kedaan Naomi membaik.Naomi harus menyusun rencana dan bersiap diri melakukan apa yang harus dia lakukan bila nanti sudah keluar dari rumah ini.Suara ketukan di pintu terdengar membuat Naomi mengusap wajahnya beberapa kali karena sempat menangis. “Masuk!” titah Naom
“Kemarilah” suara Axel sedikit melembut. “Tidak perlu,” tolak Naomi sambil memukul permukaan ranjangnya lagi. “Aku tidak akan bicara kasar,” bujuk Axel melembut. Masih dengan memunggungi Axel, Naomi bergeser dan hanya memberikan tangannya yang bengkak itu untuk di obati. “Itu caramu berterima kasih pada orang yang akan menolongmu, Naomi?” Axel menyindir sikap Naomi. Akhirnya Naomi memutar tubuhnya dan kembali menghadap Axel yang kini membuka salep. Axel menangkap tangan Naomi yang kini menjulur, pria itu sempat diam terpaku dan menelan salivanya dengan kesulitan begitu merasakan sentuhan tangannya pada kulit Naomi untuk pertama kalinya. Tangan Naomi sangat kecil, begitu lembut dan terlihat rapuh. Axel merasa seperti tengah mengganggam kaki anak kucing. Ada sebuah getaran hebat yang membangunkan sesuatu di dalam perut Axel, butuh waktu beberapa detik untuk pria itu bisa kembali bersikap normal. Dengan hati-hati Axel mengusapkan salep pada punggung tangan Naomi. “Arght” ringis Nao
Pagi yang cerah menyambut Naomi, termasuk David yang tersenyum cerah terlihat bahagia.Kehadiran Naomi di kediaman Axel adalah sebuah berkah untuk David, terlebih Naomi adalah orang pilihan Teresia untuk menjadi pendamping Axel.Axel Morgan, tuannya itu memiliki reputasi yang bagus dalam pekerjaan, beberapa orang terkadang memanggilnya anjing gila karena Axel berdiri dengan kokoh tanpa bisa di goyahkan dan di runtuhkan dengan mudah meski banyak serangan yang mengarah kepadanya.Sejak kecil Axel terbiasa di hadapkan banyak konflik dalam bisnis keluarga, karena keterbiasaan itu Axel terlatih untuk menjadi sosok yang kuat dan pekerja keras.Axel tidak menggantungkan kehidupannya pada warisan keluarga Morgan, diam-diam dia juga membangun kekuatan sendiri dengan secara perlahan meletakan uang-uangnya pada bisnis di pelabuhan dan menguasi beberapa wilayah juga kapal.Sipapun mungkin tidak akan percaya karena ayah Axel yang payah dan bodoh itu memiliki seorang anak yang cerdas dan kuat.Sebe
Naomi memasuki ruangan makan, pandangan gadis itu mengedar tidak melihat keberadaan Axel karena pria itu kini tengah sibuk dengan handponenya dan berbincang serius di luar ruangan.Naomi mengambil segelas air dan meminumnya, gadis itu tidak dapat menyembunyikan senyuman senangnya tatkala melihat cokies cokelat kesukaannya di hidangkan juga di piring-piring makanan penutup.Sementara itu, di luar ruangan makan, Axel masih sibuk berbicara dengan Sharen melalui teleponnya.“Jika guci antiknya sudah di temukan, apalagi masalahnya?” protes Axel tidak terima. Sejak pagi buta dia menerima banyak panggilan, orang-orang mengkritik maskapai penerbangan karena sudah menurunkan kepercayaan mereka, celakanya lagi orang yang kehilangan guci antic itu adalah seorang warga negara asing.Hal-hal yang terlihat sederhana dalam dunia pekerjaan yang melibatkan jasa tidak sesederhana apa yang di lihat karena kepuasan pelanggan dan dedikasi juga kejujuran pihak perusahaan sangatlah penting.“Axel, berita gu
“Kau mau apa?” Tanya Naomi sambil menikmati cokies terakhir dalam genggaman tangannya. Sejak kembali duduk di kursinya Axel tidak berbicara, pria itu hanya bersedekap memperhatikan Naomi dalam diam dan penuh penilaian. Sikap aneh pria itu membuat Naomi merasa tidak nyaman. “Habiskan dulu makananmu, aku tidak bicara dengan orang yang sedang makan. Terlihat seperti kambing.” Naomi tercengang mendengar jawaban menyebalkan Axel yang terkesan sedang mengajak Naomi ribut. Jika saja kedua tangan Naomi baik-baik saja, dia pasti akan menggebrak meja dan menjambak rambut Axel hingga pria itu berteriak menangis. Naomi menghabiskan cokies cokelatnya dengan cepat dan mengakhirinya dengan minum segelas air. “Sekarang aku sudah selesai makan, katakan sekarang,” titah Naomi terdengar tidak bersahabat. “Kau bukan tunawisma?” tanya Axel tanpa basa-basi. Naomi menggeleng dengan kerutan di keningnya. “Aku sudah mengatakannya kepadamu, aku bukan gelandangan.” “Di mana kau tinggal?” “Kenapa kau ber
“Axel, katakan saja padaku. Kau mengenal dia di mana?” tanya Hans sekali lagi. Kening Axel mengerut sama, ketidak sabaran Hans yang ingin tahu membuat Axel penasaran, apa temannya itu mengenal Naomi? “Kenapa diam saja? Cepat katakan kepadaku” desak Hans tidak sabaran. “Dua hari yang lalu aku tidak sengaja menabraknya, karena kondisinya buruk dan lemah, aku membawa dia ke rumah,” jawab Axel, dengan tatapan tajamnya. Hans menganga tidak percaya, jawaban Axel terdengar seperti karangan. Bagaimana bisa Naomi tertabrak dn menumpang di rumah orang? Hans menutup mulutnya seketika untuk berhenti bersikap berlebihan. “Kenapa denganmu? Kau mengenal Naomi?” tanya Axel. Hans menekan tengkuknya dengan kuat, pria itu sempat terdiam cukup lama dan berpikir keras harus memulai dari mana untuk bercerita. “Aku mengenal dia, dia anak majikan Jaden, teman satu kampusku dulu. Aku dan Naomi saling kenal sejak dia masih duduk di bangku sekolah menengah,” cerita Hans. “Lanjutkan.” “Untuk apa?” “Aku
Naomi bergerak gelisah dalam kesendiriannya, beberapa kali Naomi mengetuk-ngetuk ujung balpoinnya di atas meja. Di hadapannya ada secarik kertas kosong yang belum dia isi apa-apa. Sejak tinggal di rumah Axel, Naomi tidak berhenti memikirkan ayahnya yang mungkin saat ini sangat kecewa atas keputusannya yang pergi. Naomi ingin mengirimkan surat kepada Magnus agar dia tidak khawatir dengan kondisi Naomi yang saat ini baik-baik saja. Naomi harus segera membuat pesan itu agar ayahnya bisa berpikiran dengan tenang, Naomi tidak bisa menghubungi Magnus secara langsung karena dia takut Magnus akan melacak keberadaannya dan memaksa Naomi pulang. Naomi akan pulang jika sudah waktunya tiba, dia ingin lebih lama tinggal di North Emit dan belajar mandiri. Naomi sangat ingin banyak belajar seperti gadis-gadis lainnya agar dia bisa kuat dan tidak membuat Magnus khawatir apalagi menjdi bebannya. Naomi ingin membuktikan diri bahwa dia bisa mandiri, bisa menjalani kehidupan dengan bahagia meski har