Beranda / Romansa / Skenario Perjodohan Bisnis / BAB 8: Berubah Pikiran

Share

BAB 8: Berubah Pikiran

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-22 13:24:25

“Naomi tidak ada, kami terakhir kali berkomunikasi satu minggu lalu,” kata Jaden setelah mendengarkan semua cerita Magnus.

“Kupikir dia datang padamu,” ungkap Magnus terlihat kecewa dan sedih.

“Saya sungguh tidak tahu,” jawab Jaden terlihat bingung dan ikut dibuat khawatir.

“Jaden, apa kau bisa membantuku mencari Naomi?” tanya Magnus terdengar putus asa. “Tidak perlu membawanya pulang, hanya perlu memastikan bahwa Naomi baik-baik saja.”

Jaden terdiam dalam kebingungan, sulit untuk  Jaden menolak permintaan Magnus apalagi Naomi  juga sangat berarti untuknya. “Paman, saya sedang di promosikan menjadi direktur, untuk waktu dekat saya tidak bisa meminta cuti,” jawab Jaden dengan berat hati.

Magnus menghela napasnya dengan kesulitan. “Baiklah, tidak apa-apa,” ujar Magnus dengan senyuman memaksakan.

“Paman” Jaden mendorong segelas air agar Magnus bisa sedikit lebih tenang. Usai Magnus kembali terlihat tenang, Jadenpun kembali melanjutkan ucapannya. “Mengapa Naomi pergi dari rumah?”

Magnus tersenyum pahit, kesedihan dan rasa bersalah terlukis jelas di wajahnya. “Kau tahu kan masalah mall yang saat ini berada di ambang kehancuran. Aku berniat menikahkan Naomi dengan seseorang yang sangat aku percaya, Naomi mendengarkan rencana itu ketika aku berbicara dengan Cassandra. Naomi pergi tanpa mendengarkan penjelasannya yang lengkap dariku. Karena hal itulah Naomi pergi.”

Tangan Jaden terkepal kuat di atas meja, Jaden menyembunyikan ekspresi kagetnya begitu mengetahui bahwa Naomi akan melakukan pernikahan bisnis.

“Paman, saya akan berusaha mencari Naomi melalui teman-teman saya.”

“Terima kasih Jaden.”

***

Hari mulai gelap, Naomi keluar dari klinik seorang diri, kakinya terpincang-pincang memakai kruk, satu tangannya menekuk tidak dapat di gunakan.

Beberapa orang yang berada di sekitarnya sempat mendekati Naomi, mereka tampak kasihan melihat betapa menyedihkannya Naomi yang berjalan terpincang-pincang harus membawa ransel dan koper, dengan berbaik hati mereka membantu membawakan koper dan ransel Naomi menuju sisi jalan.

Suara helaan napas berat terdengar dari mulut Naomi.

Naomi terdiam bingung di antara keramaian orang, perasaan Naomi berkecamuk tidak menentu hingga sulit di jabarkan seperti apa. Naomi takut, sedih, menyesal, kecewa, dan lapar.

Ya, Naomi sangat lapar karena sejak tadi belum memakan apapun.

Sekali lagi helaan napas berat terdengar dari mulut gadis itu, Naomi sungguh tahu bahwa pergi keluar dari rumah seorang diri begitu sesulit ini. Hati Naomi yang rapuh terasa seperti terkoyak kaena kesedihan dan perasaan kecewa yang tertuju kepada dirinya sendiri.

Mengapa aku harus selemah ini? Mengapa aku dapat mengatasi masalahku sendiri? Mengapa aku lemah dan mudah tertipu?

Pertanyaan-pertanyaan sederhana yang muncul di kepala Naomi membuat dadanya kian sesak karena harus menerima kenyataan seberapa tidak berdayanya dia.

Napas Naomi mulai tersenggal dan tanpa sadar air mata kembali terjatuh membasahi pipinya. “Sialan, hari sialan! Terkutuk sudah, pria brengsek yang merampokku dan menabrakku, aku benci North Emit.”

Naomi memaki dalam tangisan, mengutuki betapa jahatnya Jamal yang sudah menipu dan mencuri kopernya, mengutuk betapa berhati dinginnya orang yang sudah menabraknya. Beberapa kali Naomi mengusap air matanya yang tidak berhenti jatuh.

Dengan kaki terseok-seok Naomi berjalan, baru beberapa langkah dia pergi, rasanya kini tubuhya terasa sangat tersiksa dan memaksa Naomi harus duduk di bangku pinggiran jalan.

Naomi tidak sanggup lagi untuk berjalan.

***

“Sharen, kau ke mana saja? Kenapa tidak bisa di hubungi?” tanya Axel melalui sambungan teleponnya.

“Harusnya aku yang bertanya itu padamu Axel,” jawab Sharen dengan nada kesalnya.

Axel memelankan kecepatan mobilnya begitu menyadari ada sesuatu yang aneh dari nada suara Sharen, Axel mencoba menghubungi Sharen untuk meminta sekretarisnya membereskan masalah kecil ang tidak sengaja dia buat. Namun begitu merasakan kemarahan Sharen, Axel harus menahan diri sejenak.

“Ada apa? Ada masalah?” tanya Axel.

Axel, aku berada di kota Andreas, ada masalah di bandara, seorang pengusaha telah kehilangan guci antiknya senilai satu juta dollar.”

Axel segera menepikan mobilnya dan berhenti berkendara. “Bagaimana masalahnya?”

Sharen segera menjelaskan apa yang terjadi dan barang siapa yang telah hilang. Pihak maskapai harus segera mengambil tindakan cepat dan menemukan barang yang hilang sebelum masalah bocor ke public. Ini akan sangat berbahaya untuk karier Axel yang baru akan mengambil alih kepeminpinan.

“Berapa lama masalah ini bisa kau atasi?” tanya Axel dengan serius.

“Aku harus melihat situasinya terlebih dahulu Axel. Masalah seperti ini baru pertama kali terjadi, aku takut jika ini ada hubungannya dengan Axel anmu yang ingin mencorengkan nama baikmu.”

Axel mendesah kesal begitu mengingat pamannya. “Segera bereskan,” perintah Axel sebelum memutuskan sambungan teleponnya.

Axel kembali melajukan kendaraannya, pikiran pria itu mulai berkelana memikirkan masalah baru yang mungkin akan menjadi boomerang bila tidak segera di selesaikan secepatnya.

Bibir Axel menekan kuat, tiba-tiba dia teringat kecelakaan konyol tadi siang. Jika Sharen sibuk mengatasi masalah di kota Andreas, mau tidak mau Axel harus mengatasi masalah yang ada di kota North Emit. Salah satu dari masalah itu mungkin adalah gadis yang tidak sengaja dia tabrak.

Axel masih ingat jika keadaan gadis itu tidak begitu baik. Meski sudah mendapatkan uang yang besar,  jika gadis itu cukup pintar dan licik, mungkin sekarang dia akan melakukan visum setelah pergi membuat laporan ke kantor polisi. Bagaimana jika nanti tuntutannya akan muncul ke public dan semakin menambah masalah?

Haruskah Axel membereskan masalah ini sekarang?

Benar, Axel harus segera menyelesaikannya masalah ini secepat mungkin sebelum neneknya, seseorang yang paling berkuasa dan menjadi pendukungnya berbelok arah karena masalah ini.

Tanpa berpikir panjang lagi Axel segera melajukan mobilnya lagi dan memutar arah, kembali menuju klinik tempat dia meninggalkan Naomi.

Axel menginjak pedal gas lebih dalam mempercepat laju kendaraannya, dia harus segera mendapatkannya sebelum gadis itu pergi dan membuat masalah.

To Be Continued..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skenario Perjodohan Bisnis   END

    Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 151: Lamaran

    “Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 150: Kedatangan Axel

    Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 149: Menangkap Hutton

    “Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 148: Kedatangan Hutton

    Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 147: Keputusan

    “Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status