Share

BAB 9: Datang Kembali

Butuh waktu lebih dari sepuluh menit Axel berkendara sampai akhirnya kini dia berada di depan klinik. Dengan terburu-buru Axel berlari keluar dari mobilnya dan segera memasuki klinik.

Kedatangan Axel hanya di sambut seorang perawat, ranjang tempat dimana gadis itu terbaring kini sudah kosong, sang perawat memberitahukan jika gadis itu sudah pergi beberapa menit yang lalu.

Terburu-buru Axel berlari keluar klinik, pandangan pria itu mengendar dan menatap tajam ke setiap penjuru arah sampai akhirnya kini pandangannya terpaku pada sosok gadis itu yang kini duduk di di bangku kayu tengah sibuk menangis seperti anak kucing yang tersesat dan tidak tahu kemana arah pulang.

Gadis itu terlihat bersedih dan kebingungan dengan keadaannya sekarang, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Axel menarik napasnya dalam-dalam, pria itu terasadar, dia akan menjadi pria yang begitu jahat jika tidak kembali lagi untuk menemuinya di sini dan meninggalkannya begitu saja.

***

Langit yang cerah sudah mengunging dan perlahan redup, Naomi masih berada di posisi yang sama, melakukan hal yang sama. Yaitu, menangis di tengah bisingnya suara kendaraan yang lalu lalang, dan ramaianya para pejalan kaki.

Orang-orang bergerak berjalan kaki, mereka sibuk diri mereka sendiri, tidak mempedulikan apapun yang ada di sekitar mereka, termasuk tidak mempedulikan Naomi.

Naomi mengusap air matanya beberapa kali dengan napas tersendat-sendat, gadis itu tersadar bahwa dia telah mengambil langkah yang salah. Mungkin seharusnya kini dia kembali ke rumah, pulang berkumpul dengan ayahnya dan menyetujui pernikahan bisnis yang ayahnya rencanakan.

“Sudah selesai menangisnya?”

Wajah Naomi terangkat untuk melihat siapa yang berbicara kepadanya. Naomi mematung kaget, melihat Axel yang kini berdiri di hadapannya bersedekap dengan angkuh.

Untuk apa pria itu ada di sini?

Dengan kasar Naomi mengusap matanya. “Untuk apa kau di sini?” tanya Naomi dengan ketus.

“Kau ingin di rawat kan? Ikut aku,” Axel menggerakan dagunya mengisyaratkan Naomi untuk segera beranjak dan ikut dengannya.

Naomi memalingkan wajahnya enggan menjawab dan melihat Axel. Harga diri Naomi sudah terinjak sejak Axel meninggalkannya di klinik, lagipula siapa yang mau ikut bersama pria angkuh seperti dia? Naomi memohon karena terdesak tidak memiliki pilihan, bukan karena mau.

Tubuh Axel menegang kaget, pria itu terkejut melihat reaksi Naomi yang merajuk dalam diam.

Tangan Axel menurun, ketegangan di bahunya ikut menurun. “Kau jadi ikut atau tidak? Aku tidak akan menawarkannya lagi jika kau menolak,” ucap Axel dengan suara yang melembut.

“Ikut,” jawab Naomi dengan ketus.

Axel mendengus geli. “Ikut aku.”

Perlahan Naomi bangkit dari duduknya, bibir mungilnya yang sempat cemberut itu kini perlahan tersenyum manis di penuhi oleh harapan. “Tunggu!” teriak Naomi dengan suaranya yang serak.

Axel yang sudah melangkah jauh membalikan badannya, melihat Naomi menyeret koper dan ranselnya. Dalam langkah lebarnya Axel kembali mendekati Naomi dan merebut koper dan ransel Naomi, membawanya pergi dan memasukannya ke dalam mobil.

Sekali lagi Axel harus melihat ke belakang, melihat Naomi yang berjalan terseok-seok begitu pelan seperti kura-kura.

“Cepatlah!” titah Axel mulai kesal, dengan tidak sabaran Axel kembali mendekati Naomi. Tanpa basa-basi dia langsung membungkuk, membopong Naomi dengan begitu mudah dan segera membawa gadis itu pergi masuk ke dalam mobil.

***

Naomi menggerakan jari-jarinya dengan hati-hati, dapat dia rasakan kini tanganya yang bengkak itu terasa lebih sakit karena efek obat bius yang di dapatkannya sudah hilang.

Wajah Naomi terangkat, gadis itu segera melihat Axel yang sejak tadi hanya diam membisu dan sibuk menyetir.

“Namaku Naomi, namamu siapa?” Naomi membangun percakapan dengan mengajak berkenalan karena sejak tadi mereka belum saling mengenal nama mereka satu sama lainnya.

“Axel,” jawabnya singkat.

Axel terus mengemudi membawa kendaraannya entah mau ke mana, sejujurnya pria itu tidak memiliki ide akan membawa Naomi pergi kemana meski Axel memiliki beberapa tempat tinggal yang bisa di tempati Naomi.

Masalahnya, kini pergolakan masalah kepeminpinan perusahaan sedang sangat memanas, segala sesuatu scandal menjadi senstif bagi banyak orang, Axel harus menjaga sikapnya, dia tidak boleh membuat orang-orang berpikir bahwa dia memiliki sifat buruk seperti ayah dan kakeknya. Oleh karena itu, Axel tidak mungkin meminjamkan salah satu unit apartementnya pada Naomi, apalagi Axel tidak mengenalnya sama sekali.

Axel harus bertindak hati-hati, dia tidak boleh membuat kesalahan apalagi kehilangan dukungan neneknya yang saat ini masih menjadi kekuatan terbesarnya.

“Kau, tunawisma dari mana?” tanya Axel terdengar kasar.

“Aku bukan gelandangan. Aku sedang dalam perjalanan kabur.”

Axel tersenyum miring meneliti keadaan Naomi dan barang bawaannya yang kini berada di kursi belakang. “Tidak ada orang yang kabur membawa ransel seperti akan pergi naik gunung seminggu dan membawa koper besar yang bisa di masuki manusia, dan tidak ada orang kabur yang langsung membuat kejahatan dengan memeras orang lain.”

Naomi mengerucutkan bibirnya tampak kesal, dia tidak suka dengan sindiran Axel yang mengarah padanya. Naomi juga tidak sudi memohon hingga memaksa Axel sejauh ini jika keadaan badannya baik-baik saja.

To Be Continued..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status