Home / Romansa / Skenario Perjodohan Bisnis / BAB 9: Datang Kembali

Share

BAB 9: Datang Kembali

Author: Asayake
last update Last Updated: 2022-11-22 13:25:14

Butuh waktu lebih dari sepuluh menit Axel berkendara sampai akhirnya kini dia berada di depan klinik. Dengan terburu-buru Axel berlari keluar dari mobilnya dan segera memasuki klinik.

Kedatangan Axel hanya di sambut seorang perawat, ranjang tempat dimana gadis itu terbaring kini sudah kosong, sang perawat memberitahukan jika gadis itu sudah pergi beberapa menit yang lalu.

Terburu-buru Axel berlari keluar klinik, pandangan pria itu mengendar dan menatap tajam ke setiap penjuru arah sampai akhirnya kini pandangannya terpaku pada sosok gadis itu yang kini duduk di di bangku kayu tengah sibuk menangis seperti anak kucing yang tersesat dan tidak tahu kemana arah pulang.

Gadis itu terlihat bersedih dan kebingungan dengan keadaannya sekarang, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Axel menarik napasnya dalam-dalam, pria itu terasadar, dia akan menjadi pria yang begitu jahat jika tidak kembali lagi untuk menemuinya di sini dan meninggalkannya begitu saja.

***

Langit yang cerah sudah mengunging dan perlahan redup, Naomi masih berada di posisi yang sama, melakukan hal yang sama. Yaitu, menangis di tengah bisingnya suara kendaraan yang lalu lalang, dan ramaianya para pejalan kaki.

Orang-orang bergerak berjalan kaki, mereka sibuk diri mereka sendiri, tidak mempedulikan apapun yang ada di sekitar mereka, termasuk tidak mempedulikan Naomi.

Naomi mengusap air matanya beberapa kali dengan napas tersendat-sendat, gadis itu tersadar bahwa dia telah mengambil langkah yang salah. Mungkin seharusnya kini dia kembali ke rumah, pulang berkumpul dengan ayahnya dan menyetujui pernikahan bisnis yang ayahnya rencanakan.

“Sudah selesai menangisnya?”

Wajah Naomi terangkat untuk melihat siapa yang berbicara kepadanya. Naomi mematung kaget, melihat Axel yang kini berdiri di hadapannya bersedekap dengan angkuh.

Untuk apa pria itu ada di sini?

Dengan kasar Naomi mengusap matanya. “Untuk apa kau di sini?” tanya Naomi dengan ketus.

“Kau ingin di rawat kan? Ikut aku,” Axel menggerakan dagunya mengisyaratkan Naomi untuk segera beranjak dan ikut dengannya.

Naomi memalingkan wajahnya enggan menjawab dan melihat Axel. Harga diri Naomi sudah terinjak sejak Axel meninggalkannya di klinik, lagipula siapa yang mau ikut bersama pria angkuh seperti dia? Naomi memohon karena terdesak tidak memiliki pilihan, bukan karena mau.

Tubuh Axel menegang kaget, pria itu terkejut melihat reaksi Naomi yang merajuk dalam diam.

Tangan Axel menurun, ketegangan di bahunya ikut menurun. “Kau jadi ikut atau tidak? Aku tidak akan menawarkannya lagi jika kau menolak,” ucap Axel dengan suara yang melembut.

“Ikut,” jawab Naomi dengan ketus.

Axel mendengus geli. “Ikut aku.”

Perlahan Naomi bangkit dari duduknya, bibir mungilnya yang sempat cemberut itu kini perlahan tersenyum manis di penuhi oleh harapan. “Tunggu!” teriak Naomi dengan suaranya yang serak.

Axel yang sudah melangkah jauh membalikan badannya, melihat Naomi menyeret koper dan ranselnya. Dalam langkah lebarnya Axel kembali mendekati Naomi dan merebut koper dan ransel Naomi, membawanya pergi dan memasukannya ke dalam mobil.

Sekali lagi Axel harus melihat ke belakang, melihat Naomi yang berjalan terseok-seok begitu pelan seperti kura-kura.

“Cepatlah!” titah Axel mulai kesal, dengan tidak sabaran Axel kembali mendekati Naomi. Tanpa basa-basi dia langsung membungkuk, membopong Naomi dengan begitu mudah dan segera membawa gadis itu pergi masuk ke dalam mobil.

***

Naomi menggerakan jari-jarinya dengan hati-hati, dapat dia rasakan kini tanganya yang bengkak itu terasa lebih sakit karena efek obat bius yang di dapatkannya sudah hilang.

Wajah Naomi terangkat, gadis itu segera melihat Axel yang sejak tadi hanya diam membisu dan sibuk menyetir.

“Namaku Naomi, namamu siapa?” Naomi membangun percakapan dengan mengajak berkenalan karena sejak tadi mereka belum saling mengenal nama mereka satu sama lainnya.

“Axel,” jawabnya singkat.

Axel terus mengemudi membawa kendaraannya entah mau ke mana, sejujurnya pria itu tidak memiliki ide akan membawa Naomi pergi kemana meski Axel memiliki beberapa tempat tinggal yang bisa di tempati Naomi.

Masalahnya, kini pergolakan masalah kepeminpinan perusahaan sedang sangat memanas, segala sesuatu scandal menjadi senstif bagi banyak orang, Axel harus menjaga sikapnya, dia tidak boleh membuat orang-orang berpikir bahwa dia memiliki sifat buruk seperti ayah dan kakeknya. Oleh karena itu, Axel tidak mungkin meminjamkan salah satu unit apartementnya pada Naomi, apalagi Axel tidak mengenalnya sama sekali.

Axel harus bertindak hati-hati, dia tidak boleh membuat kesalahan apalagi kehilangan dukungan neneknya yang saat ini masih menjadi kekuatan terbesarnya.

“Kau, tunawisma dari mana?” tanya Axel terdengar kasar.

“Aku bukan gelandangan. Aku sedang dalam perjalanan kabur.”

Axel tersenyum miring meneliti keadaan Naomi dan barang bawaannya yang kini berada di kursi belakang. “Tidak ada orang yang kabur membawa ransel seperti akan pergi naik gunung seminggu dan membawa koper besar yang bisa di masuki manusia, dan tidak ada orang kabur yang langsung membuat kejahatan dengan memeras orang lain.”

Naomi mengerucutkan bibirnya tampak kesal, dia tidak suka dengan sindiran Axel yang mengarah padanya. Naomi juga tidak sudi memohon hingga memaksa Axel sejauh ini jika keadaan badannya baik-baik saja.

To Be Continued..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skenario Perjodohan Bisnis   END

    Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 151: Lamaran

    “Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 150: Kedatangan Axel

    Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 149: Menangkap Hutton

    “Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 148: Kedatangan Hutton

    Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 147: Keputusan

    “Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 146: Permintaan

    Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 145: Serba Salah

    Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 144: Kesialan

    Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status