Happy Reading and Enjoy~
Saat harga berhenti pada 1jt usd seorang pria bertubuh gempal berseru.
"Buka bajunya, kami ingin melihat tubuhnya. Budak ini yang paling spesial dan sampai pada harga tinggi. Kami akan rugi jika dia benar-benar tidak perawan."
Beberapa pria lain yang mendengar itu mengangguk setuju. Nathalie langsung beringsut mundur, berniat turun dari bangku tinggi yang didudukinya. Sayangnya algojo yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk langsung sigap menghampirinya.
Menahan kedua bahu Nathalie dan langsung menarik bajunya lepas hingga tubuhnya terekspos.
"Jauhkan tanganmu darinya, 10jt usd aku akan membelinya."
Suara lantang itu menghentikan sorak sorai para pria yang ingin melihat inti tubuh Nathalie. Tatapan mereka beralih secara bersamaan ke arah lelaki yang memakai tuxedo navy dengan topeng rubah.
"Ada yang bisa menawar lebih tinggi lagi?"
Hanya orang tidak waras yang mengeluarkan uang 10jt usd untuk seorang budak. Tapi lelaki itu tampak santai, seolah-olah 10jt usd bukanlah jumlah yang besar.
Hening, semuanya memilih mundur. Lebih baik mereka menghabiskan uang untuk membeli budak sebanyak mungkin, daripada harus membeli satu budak dengan harga setinggi itu.
Palu diketuk, dan Nathalie resmi menjadi milik lelaki misterius itu. Lelaki itu berjalan ke atas panggung, memakaikan baju tipis Nathalie lalu menyelimutinya dengan tuxedo yang dikenakannya.
Tidak seperti majikan lain yang memilih membawa budaknya dengan cara menyeret atau menjambak, lelaki itu memilih menggendong Nathalie. Memperlakukan budak itu seperti wanita rapuh lainnya.
"Aku akan membawanya pulang, bawahanku yang akan mengurus pembayarannya."
Nathalie bergerak tidak nyaman, jantungnya berdegub ketika mereka menuju lift besi yang menuju lantai atas. Tangannya mencengkram erat kemeja lelaki tidak dikenal yang menggendongnya ini. Ia melupakan luka bakar yang berada di punggungnya, ia ingin segera bebas.
"Bisakah kau sembunyikan wajahmu?"
Lelaki itu berkata saat mereka sampai di lantai atas. Tanpa di perintah dua kali Nathalie sudah menelusupkan wajahnya di dada lelaki tak dikenalnya ini. Terlalu banyak orang asing, dan suara musik yang keras.
Ia sudah terbiasa dengan keheningan dan kegelapan, semua ini terasa asing baginya.Langkah lelaki itu berhenti ketika mereka sampai di mobil yang sudah menyambut, ini saatnya untuk kabur.
Saat lelaki itu menurunkan tubuhnya.
Tanpa berkata apa-apa, Nathalie memilih membalikkan tubuhnya dan langsung berlari. Hanya beberapa langkah sebuah tangan memeluk pinggangnya, menarik tubuhnya dengan mudah hingga ia menabrak sesuatu yang terasa keras di belakangnya. Nathalie langsung memberontak dengan tubuh bergetar.Tubuhnya melayang, ia kembali diangkat. Nathalie semakin memberontak ketika dirinya berhasil duduk di dalam mobil yang akan membawanya pergi entah kemana. Kenangan lalu kembali masuk berkelibat di dalam pikirannya.
Dulu ia juga dibawa pergi dan berakhir di tempat tekutuk itu. Apa sekarang dirinya akan berakhir di tempat yang lebih parah? Tanpa sadar air matanya mengalir, Nathalie terisak dengan tubuh bergetar. Kepalanya menggeleng panik ketika mobil yang dinaikinnya mulai berjalan.
"Hei kau kenapa?"
Lelaki yang menggendongnya itu mendekat, berniat ingin memeluknya agar dirinya sedikit tenang. Tapi bukan membuatnya tenang, ia malah semakin bergetar. Bersembunyi di balik tuxedo kebesaran yang menyelimuti tubuhnya.
Tangannya berusaha menutupi kepalanya, Nathalie sudah siap menerima pukulan yang akan mengenainya.
"Aku tidak akan memukulmu, jangan takut seperti itu. Namamu Nathalie, kan? Nathalie, coba lihat aku, aku di sini untuk menjagamu. Tenang, manis, mulai saat ini tidak akan ada yang menyakitimu. Aku janji."
Nathalie tetap tidak bergerak, kukuh menutup kepalanya dengan tangan. Menyembunyikan wajahnya di dalam kerah tuxedo kebesaran yang dipakainya. Ia tidak bisa mendengar apapun, yang ada dipikirannya hanya suara-suara cambuk yang menemaninya selama ini.
Bahunya disentuh dengan lembut sebelum tubuhnya ditarik masuk ke dalam pelukan seseorang. Nathalie memberontak, tapi kemudian ia sedikit meringis ketika lukanya terasa perih saat ia bergerak. Ada luka baru yang di dapatnya beberapa hari yang lalu.
"Mulai sekarang aku adalah tuanmu, tapi kau bisa memanggilku Arthur tanpa memakai kata 'tuan'. Aku yang akan mengurusmu mulai sekarang, jadi kau harus menuruti apa perkataanku."
Perlahan Nathalie mendongak, menatap wajah Arthur dengan pandangan bertanya. Apa ia akan di pukul jika tidak menuruti perkataan Arthur? Apa ia akan mendapat siksaan yang lebih parah lagi? Banyak pertanyaan lain yang melintas di pikirannya, tapi ia tetap memilih diam tanpa berbicara.
Karena semua itu terasa sia-sia, pertanyaannya tidak akan dijawab. Dan pendapatnya tentang apapun itu tidak akan di dengar. Meski sudah punya tuan baru, ia tetap tidak akan bisa hidup seperti dulu. Karena hingga mati dirinya akan berakhir sebagai budak.
Arthur mengulurkan tangannya menyentuh dahi Nathalie lembut.
"Jangan menatapku dengan raut wajah seperti itu, sudah kukatakan aku tidak akan menyakitimu."
Tangan Arthur berpindah pada ujung bibir Nathalie yang membiru, bekas tamparan algojo yang di dapatnya tadi. Selain bibirnya yang membiru, ada beberapa luka lain di wajahnya. Beberapa memar di tulang pipi dan dahinya. Bahkan sebelah kelopak matanya membengkak, membuat mata indah itu sedikit tertutup.
"Sekejam apa mereka memperlakukanmu hingga membuat wajahmu seperti ini?"
Arthur mengerutkan dahi seolah menyadari sesuatu, lalu dengan sigap ia membuka tuxedo yang menutup tubuh Nathalie. Menyingkap kain tipis yang dikenakannya dan melihat satu luka yang masih bernanah dan tampak mengerikan.
Itu seperti luka bakar yang berasal dari besi panas atau ... cerutu?
Arthur menyentuh pinggiran luka yang masih basah itu dan mendapati Nathalie meringis. Wanita itu menarik dirinya dan kembali melindungi kepalanya.Ia merasa bersyukur ketika melihat lelaki itu tidak mendekat. Tubunya belum terbiasa disentuh dengan cara yang lembut seperti itu.
Ia sudah terbiasa mendengar bentakan, jeritan dan cambuk. Punya tuan baru merupakan anugrah, tapi Nathalie tetap ingin kabur. Ia hanya ingin sendiri, menjauh dari semua manusia yang berada di bumi.
Karena manusia tidak ada yang baik, mereka hanya baik ketika pertama kali bertemu denganmu. Jika mereka tahu kelemahanmu dan kekuranganmu, mereka akan memanfaatkan lalu menyiksamu, parahnya akan meninggalkanmu.
Nathalie sudah merasakan semua itu, ia hanya ingin hidup sendiri tanpa siapapun.
Tiba-tiba hatinya berdenyut, keinginannya terlalu jauh. Bisa keluar dari tempat mengerikan itu saja sudah merupakan keajaiban.
Arthur menahan kedua bahu Nathalie, mendongakkan wajahnya agar menghadap lelaki itu."Aku ingin mengobati lukamu, jangan takut," katanya lembut sembari tersenyum menenangkan.
Tidak mempedulikan sikap Nathalie yang jelas-jelas menolak, Arthur menyentuh lukanya dengan sesuatu yang terasa ... dingin?
"Aku tidak punya persedian lengkap di dalam mobil. Nanti setelah sampai kau akan diperiksa oleh dokter. Setelah itu aku akan mengajarimu banyak hal, mengerti?"
Nathalie hanya berkedip bingung, memilih tidak menjawab. Ia tidak terbiasa bersuara, itulah mengapa dirinya hampir saja lupa bagaimana caranya berbicara.
Arthur menghela napas perlahan.
"Kau mengerti apa yang kukatakan, Nathalie?"
Masih tidak mengangguk ataupun merespon, Nathalie hanya mengedipkan matanya. Entah itu sebagai jawaban atau memang sudah saatnya kelopak mata itu berkedip.
"Jika kau tidak keberatan dengan ucapanku, kau harus menganggukkan kepalamu sebagai jawaban 'ya' dan jika kau tidak setuju, kau bisa menjawabnya dengan menggelengkan kepalamu." Arthur menirukan ucapannya.
"Nah, setelah sampai nanti kau akan diberi obat oleh dokter. Apakah kau mau sembuh? Oh, atau apakah kau mau tubuhmu tidak sakit lagi? Jika kau setuju dan merasa itu adalah hal yang baik, maka kau harus ...?"
Nathalie menganggukkan kepalanya pelan, merasa ragu-ragu. Saat melihat senyum tersungging dari bibir Arthur, ia merasa ini adalah hal yang benar.
"Gadis pintar." Arthur mengacak rambutnya pelan.
Bersambung ....
Happy Reading and Enjoy~Arthur mengubah gaya tidurnya, berbalik ke kanan lima menit lalu kembali telungkup. Tidak sampai tiga menit ia mengubahnya lagi menghadap ke kiri. Begitu terus sampai menjelang pagi.Sejak kejadian beberapa bulan lalu tidurnya selalu gelisah. Ia teringat kejadian mengerikan yang bahkan tidak bisa diingatnya. Meskipun masalah selesai karena kembarannya itu memilih menikah dengan sahabatnya, tetapi tetap saja rasa bersalah menghantuinya.Karena perbuatannya Ara memilih menikah yang membuat kembarannya itu tidak bahagia. Arthur mengerang frustrasi. Mungkin hanya dirinya yang seperti ini, mungkin sekarang Ara sedang tidur nyenyak. Kembarannya itu tidak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi.Mereka berdua punya perasaan yang sama. Yang berbeda hanya cara dalam memelihara rasa yang mereka miliki. Jika Ara menganggap kejadian itu sebuah dosa yang menyangkup keberuntungan, maka Arthu
Happy Reading and Enjoy~Arthur tidak tau apakah perbudakan tempat Nathalie berada memaksa mereka makan dengan gaya anjing atau tidak, tapi melihat bagaimana Nathalie makan sepertinya tempat itu memang mengajarkan budak-budak mereka makan dengan gaya hewan.Setelah memandikan dan memakaikannya baju, Arthur menghidangkan makanan yang langsung dilahap Nathalie dengan rakus. Gadis itu meletakkan piringnya di lantai lalu makan langsung dengan menggunakan mulutnya, mengabaikan sendok beserta garpu yang tersedia.Sadar bahwa Arthur memperhatikannya, gadis itu menatap Arthur sengit bercampur takut. Seolah-olah Arthur akan mengambil makanan gadis itu.Nathalie sendiri memilih membawa piringnya menghadap ke arah lain, memunggungi Arthur.Arthur meringis, ia merasa punya hewan dalam wujud manusia. Dia berjalan mendekati Nathalie, berjongkok di hadapannya sembari tersenyum lembut.
Happy Reading and Enjoy~''Tidak ada masalah yang serius selain luka-lukanya yang cukup parah. Satu-satunya masalah serius adalah kejiwaannya. Aku tidak mau tahu apa yang sudah kau lakukan pada wanita ini karena itu bukan urusanku, tapi karena sekarang dia adalah pasienku, maka ini sudah menjadi tanggung jawabku.''Arthur menahan senyum. Wanita tua yang sialnya dokter khusus yang ditugaskan untuknya ini selalu ingin tahu semua urusannya, lalu mengadukannya pada Lucas dengan tambahan sedikit bumbu dramatis.''Tidak ada yang perlu kau ketahui, Irene. Aku hanya menolongnya, bilang pada daddy anaknya ini sudah menjadi lebih dewasa dan baik.''Irene terbatuk, dengan salah tingkah menaikkan kacamatanya.''Aku tidak pernah bilang apapun kegiatanmu pada Lucas. Jangan membuatku seolah-olah terlihat menjengkelkan.''''Kau bahkan tidak sadar jika dirimu menyebalkan.'' Arthur berdec
Happy Reading and Enjoy~Arthur mengangkat alisnya sebelah, sedikit gugup melihat Ara yang menajamkan pandangannya.''Gadis yang di dapat di tengah jalan? Jangan pikir aku tidak tahu siapa dia, kau lupa Alex punya kegemaran yang sama denganmu?''''Baiklah, baiklah.'' Arthur menggenggam kedua bahu Ara, mendorongnya masuk ke kamar.''Aku memang tidak pernah bisa membohongimu. Dia budak yang kubeli dari klub, kuyakin Alex juga tahu.''''Kau tidak biasanya beli budak apalagi memeliharanya. Jangan bilang karena masalah itu.''Arthur menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.''Tentu saja bukan. Aku hanya butuh barang untuk bermain-main. Akhir-akhir ini aku sedikit bekerja keras karena masalah Allard dan aku butuh sesuatu yang bisa membuat pikiranku segar.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Terserah padamu, tapi bukankah dia terlihat seperti
Happy Reading and Enjoy~Nathalie semakin beringsut di balik bahu Arthur. Menatap takut ke arah lelaki bermanik abu di hadapannya. Kedua tangannya meremas jas Arthur hingga kusut.Arthur menghela napas. ''Bisakah kau tidak memperhatikannya. Lihat, dia bahkan seperti kelinci yang ketakutan.''''Kau yakin dia bukan mata-mata yang dikirim musuh padamu? Biasanya musuh mengirim wanita yang terlihat lugu dan polos untuk membuat orang-orang seperti kita merasa kasihan.'' Allard berdecih, menatap tidak suka ke arah Nathalie.''Aku membelinya langsung saat pelelangan, bagaimana bisa dia mata-mata. Lagipula klub David's terkenal dengan pelayanan dan transaksinya.''Allard mengangkat kedua bahunya dengan gaya acuh tak acuh.''Mungkin aku yang terlalu khawatir. Aku akan menyuruh pelayan mengantar makan padanya di depan pintu. Aku bahkan belum pernah men
Happy Reading and Enjoy~Nathalie meringkuk di sudut kamar, punggungnya menyentuh ranjang. Ia sudah melakukan semuanya, sudah belajar lebih baik lagi.Bahkan dirinya sudah bisa makan tanpa berserakan, ia juga sering mandi. Semua sudah dilakukannya, tapi kenapa Arthur masih belum menjemputnya?Nathalie menyentuh lantai marmer ruangannya dengan jari telunjuk, membentuk lingkaran secara berulang-ulang. Ia mengerutkan dahi mendengar langkah kaki yang mendekat.Gelap dan sendiri membuatnya peka terhadap bunyi. Ini bukan jadwal makan, tapi mengapa ada orang yang datang? Apa mungkin itu Arthur?Ketika memikirkannya ia tersenyum lalu berdiri, berlari ke arah pintu dan mengintip dengan antusias. Lalu seketika senyumnya padam, Nathalie tidak mengenal orang itu. Bahkan pakaiannya tidak seperti pakaian yang biasa mengantarkan makanan padanya.Lalu siapa
Happy Reading and Enjoy~ ''Selamat ulang tahun, Nathalie.'' Nathalie tersenyum lembut, gadis itu menoleh ke arah kekasihnya. ''Kau menyiapkan semua hadiah ini untukku?'' tanyanya dengan suara pelan. Tom mengangguk lalu mengecup dahi Nathalie dengan sayang. ''Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu senang.'' Waktu itu ulang tahunnya yang ke-25. Tepat saat Tom ingin melamarnya. Suasanya cukup meriah hingga tidak ada yang sadar semabuk apa Nathalie pada malam itu. Para tamu juga mabuk dan tidak terlalu menyadari apa yang terjadi. Nathalie sendiri sudah berdiri dengan kepala berdenyut, langkahnya menjadi tidak stabil. Gadis itu datang ke kamar yang sudah dipesan Tom untuk merayakan ulang tahun kedewasaannya. Seperti janjinya pada lelaki itu, ia akan tidur dengan Tom tepat pa
Happy Reading and Enjoy~Kedua mata gadis itu berbinar saat mereka memasuki toko boneka. Arthur sudah memesannya, toko itu harus kosong sebelum mereka sampai. Nathalie pasti tidak bisa berada di tempat ramai.Tanpa mempedulikan Arthur, gadis itu berlari menuju boneka beruang yang besar. Boneka yang bahkan lebih besar dari tubuhnya sendiri. Nathalie menoleh ke arah Arthur dengan senyum lebar.''A-aku m-mau ini,'' katanya semangat.Arthur tersenyum. ''Hanya itu? Kau bisa membeli boneka lain jika kau mau.''Nathalie buru-buru menggeleng. ''A-aku hanya m-mau yang ini.''Gadis itu terdiam, men