Share

Slave Bird
Slave Bird
Author: Mesir Kuno

Satu

Author: Mesir Kuno
last update Last Updated: 2021-05-04 14:40:28

Happy Reading and Enjoy~

Ruangan itu gelap dan lembab, bau busuk dan besi karat menguar menjadi satu. Terdengar suara nyaring antara besi yang bertemu dengan kulit, tapi tidak ada jeritan.

Segala mimpi buruk ada di tempat ini, mimpi yang akan terus di simpan tanpa kemampuan untuk membuang. 

Seorang gadis kurus dengan tangan dan kaki dirantai meringkuk di sudut ruangan. Matanya menatap was-was tempat yang menjadi akhir dari takdirnya.

Bukan hanya dia yang berada di ruangan ini, puluhan wanita lain juga menunggu giliran. 

Mereka akan dijual. 

Berita itu seharusnya menjadi berita yang membahagiakan, tergantung pada siapa yang membeli. Nasib mereka akan berubah seiring dengan pemiliknya. 

Nathalie menelan ludah dengan susah payah, kerongkongannya kering. Rasa haus yang mencekik membuatnya terpaksa mengerang untuk memanggil algojo berbadan besar yang berdiri di pintu luar. 

Dan tentu saja suara sekecil apapun akan terdengar di telinga mereka yang tajam. 

Pintu dibuka dengan kasar. Seorang algojo yang membawa cambuk di tangannya memeriksa satu persatu wanita yang berada di sana, mencari sumber suara yang menghasilkan keributan. 

Sebuah erangan tidak bisa dikatakan sebagai keributan, tetapi dalam ruangan sunyi itu helaan napas yang terlalu kuat juga bisa menjadi gangguan dalam pendengaran. 

Nathalie mengangkat tangannya takut-takut, memberi isyarat bahwa dialah yang mengerang tadi. Algojo itu mengangkat alisnya sebelah, tangannya sudah terangkat bersiap melayangkan cambuk ke tubuh Nathalie yang penuh luka. 

Buru-buru Nathalie menunjuk tenggorokannya, dengan sorot sendu berharap air dapat mengalir di sana. 

"Kau mau minum?" 

Nathalie mengangguk antusias. Algojo itu tersenyum miring, melepas cambuk dari tangannya dan mulai menurunkan resleting celananya. Dia berjalan ke arah Nathalie, mengarahkan juniornya tepat di depan bibir Nathalie. 

"Buka mulutmu," perintahnya dengan suara tegas. 

"Aku akan memberimu minum." 

Nathalie membelalakkan matanya dan langsung beringsut mundur sembari menggeleng-geleng takut. Air matanya mengancam keluar. Diantara puluhan wanita yang berada di sana hanya dialah yang memiliki reaksi terhadap apapun tindakan yang dilakukan padanya. 

Jika wanita lain akan menurut dengan pandangan kosong, karena jiwa mereka sudah mati. Hanya tersisa tubuh tanpa pikiran. Itulah yang menjadi penyebab dirinya malam ini akan dijual dengan harga yang paling tinggi dan wanita terakhir sebagai penutup pelelangan. 

"Atas dasar apa kau menolak, pelacur!" Algojo itu membentak, lalu mendekat dan menjambak rambut Nathalie. 

Menangkup belakang kepalanya untuk mengarahkan wajah Nathalie ke juniornya. 

Sebelah tangannya yang lain digunakan untuk mencengkram dagu Nathalie. Memaksa agar bibir itu terbuka. Dan tentu saja tidak perlu waktu lama sampai cairan kuning cair membasahi bibir beserta wajah gadis malang itu. 

Tidak bisa menghindar dengan tubuhnya yang kecil dan lemah, mau tidak mau cairan kuning itu masuk ke dalam mulutnya dan berhenti tepat di ujung kerongkongannya.

Nathalie langsung memuntahkannya, bau pesing menguar dari hidungnya, membuat kepalanya terasa sakit. 

Bukannya merasa kasihan, algojo itu tanpa perasaan melayangkan cambuknya ke tubuh Nathalie yang penuh luka. 

"Kau pikir siapa dirimu bisa memuntahkannya begitu saja. Dengar pelacur, aku bersumpah kau tidak akan bisa menikmati minuman lezat manapun selain dari air seniku." 

Satu tamparan kuat mendarat mulus di wajah Nathalie, membuat tubuhnya limbung dan telinganya berdengung. Sudut bibirnya sendiri sudah berdarah, sebelum luka lama sembuh sudah ada luka baru. 

Satu algojo menghampiri mereka, melihat bergantian ke arah Nathalie dan juga temannya. 

"Kau lupa kalau hari ini mereka dijual? Jangan menyakiti mereka lebih parah atau pelanggan yang berminat semakin sedikit." 

Algojo yang memberinya air seni itu tertawa hingga tubuhnya berguncang. 

"Wajah dia cantik, dan dia satu-satunya perawan yang masih tersisa. Kau juga tau bahwa dia tidak terpengaruh pada obat kita, kan? Dia masih memiliki reaksi, hal yang mustahil jika dia tidak laku malam ini. Aku hanya memberinya sedikit pelajaran, tidak perlu khawatir seperti itu." 

Sebelum pergi, algojo itu meludah dan mendarat tepat di atas paha Nathalie. 

Hal ini sudah biasa, dan menjadi makanan sehari-hari bagi para gadis yang berada di tempat terkutuk ini. Mereka akan dijadikan budak dan diperlakukan sesuka hati, hidup mereka tidak penting lagi. 

Yang lebih parah, terserah pada majikan ingin menjadikan mereka sebagai apa. 

Jika mereka mendapat majikan kejam yang menginginkan mereka menjadi anjing, maka mereka akan melaksanakannya. Makan langsung dengan mulut, memakai kalung anjing, dan menggonggong ketika dipanggil. 

Seharusnya itu lebih baik dari pada harus tinggal selamanya di dalam ruangan gelap lembab yang mengerikan ini, makan makanan busuk setiap hari, lalu mendapat perlakuan kasar. Tapi jika dipikir kembali, seorang dominan tidak mungkin lebih baik dibanding para algojo yang berada di sini. 

Nathalie sendiri tidak tahu mengapa dirinya berakhir di tempat mengerikan ini, ia tidak mengingat apapun. Yang diingatnya hanyalah ruangan gelap kosong penuh binatang yang menjadi tempatnya untuk tidur setiap hari. 

Bentakan algojo yang menyuruh mereka untuk segera bersiap-siap dan membersihkan diri menggema di langit-langit ruangan. 

Mandi menjadi impian mereka, terutama Nathalie. Mungkin wanita-wanita lain tidak terlalu mempermasalahkannya, sebab tubuh mereka hanya berisi jiwa kosong. 

Satu persatu mereka dibawa ke sebuah kamar mandi yang terdapat bak besar. Tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya, mereka duduk berjejer di lantai kamar mandi yang dingin, lalu para algojo menyiram tubuh mereka secara brutal. 

Tidak ada acara mandi secara bersih dan puas, masih dengan kekasaran yang sama. Para algojo itu menyabuni tubuh dan juga rambut mereka secara acak, sesekali melakukan pelecehan terhadap wanita yang memang sudah tidak perawan. 

Sementara para wanita yang masih perawan, lebih dulu selesai mandi termasuk Nathalie. Ia dibawa ke dalam ruangan lalu dipakaikan baju tipis. Tidak bisa benar-benar dikatakan sebagai baju, sebab dari segala arah memperlihatkan lekuk tubuhnya. 

Lalu mereka dibawa ke ruangan gelap yang tampak bersih diantara puluhan ruangan yang berada di sana. Ruangan itu yang menjadi tempat mereka menunggu giliran. 

Gelap dan senyap, sudah menjadi keadaan yang wajar. Hingga rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya, Nathalie jatuh tertidur. Rasanya ia belum pernah merasakan kenyamanan seperti ini, tubuhnya terasa segar terkena air dan juga tempat yang lembab tanpa ada bau busuk. 

Hanya beberapa menit setelah Nathalie memejamkan mata, perutnya ditendang dengan kuat. Membuatnya sontak membuka mata dan langsung beringsut. 

Hanya dirinya yang tersisa di sana, para wanita yang berada di ruangan yang sama dengannya tadi sudah tidak ada. 

Seorang algojo berbadan besar menarik rambutnya hingga membuat tubuhnya berdiri. 

"Jalan! Sudah giliranmu." 

Nathalie diseret tanpa tahu dirinya mau dibawa kemana, hingga sebuah tirai di singkap, puluhan manusia berada di sana. Dan dirinya menjadi sorotan, dipaksa duduk di sebuah bangku kosong yang berada tepat di tengah-tengah panggung. 

Seketika ia meringkuk, mencoba menghindar dari puluhan manusia dan juga cahaya lampu yang menyakitkan mata. 

"Lihat ke depan dan duduk tegak, kalau tidak cambuk ini berakhir di tubuhmu!" 

Itu sebuah ancaman, dan ia sudah terbiasa mendengarnya. Matanya melirik takut-takut ke arah cambuk kasar yang berada di tangan algojo, menelan ludahnya gugup, ia mencoba duduk tegak, meski kepalanya menunduk dalam. 

"Dia harta karun kami, cantik dan masih perawan. Dia satu-satunya budak yang masih memiliki reaksi, tapi tenang saja. Jika dia berbuat macam-macam, Anda bisa membawanya pada kami untuk diisolasi." 

Tawaran hargapun dimulai. Hari ini dirinya punya manjikan baru, tapi … ini jugalah kesempatannya untuk melarikan diri. 

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Slave Bird   Enam puluh

    Happy reading and enjoy~ Hari yang dinanti-nanti. Arthur mengundang orang-orang yang berada di desa. Acaranya diadakan di dua tempat, rumah sakit dan juga rumahnya Nathalie. Karena tidak mau mengganggu pasien yang lain, sehingga mereka akan mengadakan janji pernikahan di rumah sakit, lalu setelah itu sebagian tamu yang datang diarahkan ke rumah Nathalie. Yang melihat janji mereka hanya orang-orang terdekat, seperti kelurga Arthur dan juga tetangga Nathalie. Sementara mereka yang tidak terlalu dekat dengan pengantin berada di rumah Nathalie untuk mencicipi makanan yang sudah terhidang. Mereka sudah bersiap, tinggal menunggu pastor datang. Sampai detik ini pun Nathalie belum juga bertanya. Padahal sewaktu ia didandani bibi Margaret sudah bertanya dan sedikit mendesaknya. Nathalie tidak ingin menyesal jika mendengar jawaban Arthur. Bagaimanapun ia ingin pernikahan ini berjalan lancar. Jantungnya berdebar hingga rasanya ingin keluar dari tubuhnya. Arthur berdiri di sebelahnya sembari

  • Slave Bird   Lima puluh sembilan

    Happy reading and enjoy~ Arthur sudah bertekad ingin membunuh Feronica, tetapi entah mengapa hati kecilnya tidak sanggup untuk melakukan hal itu. Ia tidak mau di dekat-dekat hari pernikahannya yang suci, ia malah mengotori tangannya untuk membunuh jiwa yang berdosa. Setelah Feronica berhasil ditemukan dan ditangkap. Ia hanya memotong lidah, kedua tangan dan kedua kaki wanita itu. Setelah itu ia mengurung Feronica di rumah bawahannya yang ia tempatkan di sekitar Nathalie. Ia tidak mau meletakkan Feronica di rumah Nathalie. Arthur berniat menempatkan Feronica di penjara bawah tanah miliknya saat mereka kembali nanti. Setelah menyelesaikan masalah Feronica dan memastikan bahwa Neve mendapat hukuman yang wajar. Arthur merasakan perasaan yang luar biasa damai. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia juga mengunjungi penjara tempat ayah Nathalie berada. Meski ia yang mengurung ayah Nathalie dan sedikit membenci lelaki yang gagal menjadi orang tua itu, tetapi orang tua tetaplah oran

  • Slave Bird   Lima puluh delapan

    Happy reading and enjoy~ Hampir sebulan Clara menjaga Nathalie dan Arthur mengurus masalah Feronica dan juga Neve. Keadaan Nathalie pun membaik, gadis itu bisa sadar seutuhnya bahkan sudah bisa diajak berbicara. Tidurnya juga teratur, kesembuhannya lebih cepat karena diiringi dengan suasana hati yang baik dan lingkungan yang nyaman. Setelah itu Clara kembali pulang, tapi ia kembali lagi ke desa itu karena Arthur menyampaikan kabar gembira mengenai pernikahannya. Lucas sudah pasti melarang jika alasannya mengurus Nathalie, tapi saat mendengar Arthur ingin menikah, lelaki itu mengizinkan dan ikut datang ke desa. Ara dan juga Alex turut mempersiapkan acaranya. Warga desa yang dekat dengan Nathalie juga membantu. Sebenarnya tanpa bantuan warga dan keluarganya, pernikahannya juga bisa siap dalam seminggu, hanya saja akan lebih cepat jika para warga juga turut membantu. Setelah membujuk Arthur perihal Willy, akhirnya lelaki itu diizinkan untuk masuk. Nathalie sudah berbicara berdua d

  • Slave Bird   Lima puluh tujuh

    Happy reading and enjoy~Pencaharian Feronica sedikit lebih lama, karena wanita itu bersembunyi di atas genteng rumah orang, bisa dikatakan Feronica tinggal di atas asbes. Selama pencaharian Feronica, berita Willy yang bekerja sama dengan pelaku penabrakan Nathalie tersebar. Banyak orang yang menjauhinya, tapi juga ada yang mendekatinya. Willy dan Nathalie sebagai sosok yang disukai banyak orang. Willy yang suka membantu dan Nathalie yang gemar berbagi. Jika mereka berdua menjadi pasangan suami isitri, seluruh warga merasa puas. Willy sendiri tidak mencari pembenaran atas perbuatannya. Dia merasa bersalah karena secara tidak langsung turut andil dalam kecelakaan yang menimpa Nathalie. Berulang kali dia mencoba untuk bertemu sembari membawa bunga yang segar dan harum, tapi Arthur menolaknya mentah-mentah. Permintaan maaf Willy hanya bisa di dengar dan di sampaikan dari warga yang menjenguknya saja. Nathalie tidak pernah menyalahkan siapapun atas kecelakaan ini, ia hanya berpikir mun

  • Slave Bird   Lima puluh enam

    Happy reading and enjoy~Taman itu selalu ramai dengan pengunjung, para tetangga yang duduk bergosip juga banyak. Karena Willy memiliki wajah yang tampan, kebanyakan dari pembelinya berjenis kelamin wanita. Lelaki itu tampak asyik berbincang dengan beberapa wanita yang sudah berumur. Arthur tidak bisa menahan emosinya, ia jarang kehilangan kendali seperti ini. Tanpa memedulikan orang-orang yang berada di sekitar, ia menarik kerah kemeja Willy dan melayangkan satu pukulan di pipi lelaki itu. Beberapa orang yang berada di sana langsung berteriak. Mereka sibuk berlari untuk memanggil lelaki lain agar bisa menengahi perkelahian antara Arthur dan Willy. "Bangsat! Seharusnya aku sadar bahwa kau mata-mata yang dikirim Neve."Melihat wajah Willy yang seolah-olah mengatakan dari mana ia tahu, membuat Arthurlah semakin marah. Ia melayangkan tinjunya berulang kali. Darah segar mengalir dari hidup dan bibir Willy yang terkoyak. Orang-orang mulai berkerumun dan para lelaki menarik tubuh Arthur m

  • Slave Bird   Lima puluh lima

    Happy reading and enjoy~Saat ingin menangkap semua anak anjing, maka tangkap ibunya terlebih dahulu. Kini ia berhadapan dengan Neve, wanita itu menatapnya tajam. Bersikap sombong setelah semua yang telah dilakukannya. Senyum Arthur mengembang dengan sinis. Apa karena di sebelah ada ayahnya yang hebat itu. "Arthur, sudah lama aku tidak melihatmu." Ayah Neve tidak bersalah, anaknyalah yang memulai untuk berperang. Jika ayahnya setuju pada kesepakatan ini, maka Arthur akan memaafkan, tapi jika ayahnya mendukung, itu artinya perang akan dimulai. "Begitulah, paman. Keadaan ku buruk karena anak Anda."Aduardo mengerutkan dahinya. "Neve maksudmu?"Ternyata Aduardo juga tidak tahu kelakuan anaknya seperti apa. "Aku meminta pertemuan resmi seperti ini bukan tanpa alasan. Neve menggelar pesta pernikahan dan mengatasnamakan aku sebagai mempelai prianya. Paman, aku tidak pernah menjalin hubungan yang spesial dengan Neve. Aku mempunyai wanita yang saat ini terbaring di rumah sakit karena anak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status