Share

Bab 3 Wajah-Wajah Tak Dikenal

Gadis berkacamata tersebut tidak habis pikir, kenapa rekan sebangkunya, dan juga teman baiknya tidak membangunkan dia. Malah meninggalkan kelas dalam kondisi kosong.

Huh! Dengusnya kesal dan beranjak dari tempat duduknya hendak keluar kelas, tapi langkahnya terhenti ketika di depan kelasnya muncul seorang wanita dengan wangi manis seperti gulali dengan pakaian berwarna merah terang. Wanita tersebut tersenyum pada Rain.

Rain menggeser badannya ketika wanita tersebut melewati pintu dan masuk ke kelas. Lalu mendadak bergerombol orang masuk ke dalam kelasnya. Ada laki-laki dan ada perempuan, Rain mundur ke arah bangku duduknya.

Alisnya mengernyit karena tidak ada satupun orang orang yang masuk ke kelas dikenalnya. Orang orang tersebut menempati tempat duduk di dalam kelas. Tempat duduk Budi sang ketua kelas diduduki laki-laki yang tubuhnya gemuk hingga ketika dia duduk, bangku langsung terlihat penuh, dan tubuh laki-laki itu seperti melebar ke samping seolah perut dan pinggangnya memelar karena ruangan tempat dia duduk terlihat sempit.

Laki-laki tersebut menggeser meja di depannya agar tubuh besarnya muat ke dalam kursi, namun semakin ruangan tersebut melebar, semakin bertambah pula besar tubuhnya. 

Ada juga tempat duduk Amanda, yang berada dua baris dibelakang tempat duduk Rain. Yang mendudukinya seorang perempuan dengan wajah di tekuk ke bawah, seolah olah dia tidak memiliki leher. Rain juga tidak yakin apa orang tersebut memang memiliki leher atau tidak, karena bahu dan kepalanya langsung menyatu.

Perempuan berbaju merah yang lebih dulu masuk dan sempat berpapasan di muka pintu tadi duduk di tepian meja sudut dekat jendela. Perempuan berbau gulali itu tidak mengambil sikap duduk dikursi. Dia memilih duduk di meja paling belakang dan menyilangkan kakinya di atas meja.

Rain bingung, sesaat dia berusaha untuk menjernihkan pikirannya alih alih bertanya. Sesaat seolah mendapat pencerahan, wajah Rain menjadi lebih tegang karena rasa takut yang sudah mulai mengunyah keberanian dan semangatnya. Rain yakin, ada dua kemungkinan yang terjadi saat ini. Yang pertama, ini adalah mimpi, atau yang kedua yang terburuk, dia berada di tempat makhluk ganjil yang kerap dilihatnya di sudut sudut jalan.

Rain kemudian mengambil sikap bergerak, dia berniat untuk keluar dari kelas tersebut, jadi Rain segera berjalan dengan langkah bergetar dan panic, tapi belum dua langkah dia berjalan menuju pintu keluar kelas, seseorang menghadangnya. Anak laki-laki yang tidak dikenalnya, wajahnya pucat rambutnya berantakan dan jatuh sampai di kening.

Anak laki-laki tersebut memandang ke arah Rain dengan pandangan beku yang langsung membuat Rain mengemeretukkan giginya karena langsung merasakan hawa dingin menyesak. Bau anak tersebut seperti bau baju lama yang tersimpan dalam lemari.

Tanpa disadari, Rain mundur setengah langkah kebelakang, nyali dan perasaannya sudah ciut, satu satunya kekuatan yang menopangnya hanya harapan bahwa itu mimpi.

“Hentikan Azel!” sentak suara dari belakang.

Rain kontan mengengok ke arah suara tersebut. Dia melihat wanita berbaju merah sudah melompat dari meja dan berdiri tegak. Dia berjalan yang membuat Rain terkesiap, wanita  berbaju merah tidak sungguh sungguh berjalan, namun seperti terbang dengan posisi kaki mengambang rendah.

Wanita berbaju merah tersebut mendekat, berdiri tidak jauh dari Rain dan laki-laki dengan aroma lembab tersebut—yang disebutnya Azel— rambutnya yang panjang seolah melambai dan bergerak sendiri. Rain menelan ludah sesamar mungkin. Wanita berbaju merah tersebut mendekat, agak memutar dari sudut bangku, berdiri di samping laki laki yang dipanggilnya Azel.

“Kamu murid baru?” Tanya wanita tersebut.

Rain bingung untuk menjawab. Di satu sisi, Rain tidak yakin posisinya saat ini. Dan hal lainnya, dia yakin bahwa dia terbangun di kelasnya sendiri. Wanita tersebut menekukkan wajahnya, menyamping dengan wajah seolah penasaran, rambutnya jatuh ke samping, warnanya hitam dan panjang, sungguh indah sekaligus menakutkan.

Mendadak dalam pikiran Rain teringat kisah kisah macam sundel bolong, ataupun kuntilanak. Mereka sosok makhluk halus yang dianugerahi rambut panjang seperti wanita ini. Aroma manis yang keluar seolah dari rambutnya yang tergerai dan terus jatuh kebawah lantai.

“Ah, aku tahu, kamu pasti tersesat. Ini kali kedua ada seseorang tersesat di kelas kami.” Gadis berbaju merah itu mengangkat wajahnya. Tidak ada hal yang mengerikan dari perempuan ini. Dia sungguh sungguh normal, kecuali cara berjalannya yang membuat Rain yakin bahwa dia pun sama seperti semua orang yang berada di dalam kelas. “ Hanya saja…” gadis tersebut melanjutkan, “Kami sudah berjanji padanya untuk tidak mengusik kalian….ah, membosankan, padahal kami ingin sedikit bermain dulu…”

“Tersesat…?” Rain bertanya dengan gumaman.

“Kalau kau ingin pulang, jangan keluar dari kelas ini. Duduklah lagi dibangkumu.” Terang perempuan berbaju merah. “Agak menyebalkan harus membantu kalian. Tapi, daripada kami bermusuhan dengannya, lebih baik kamu tidak ada disini.”

“Sebentar…” sergah Rain, rasa takutnya sudah mulai berkurang, berganti rasa penasaran, “Ini, bukan mimpi?”

Perempuan wangi gulali itu tersenyum, “Anggap saja ini mimpi, perkaranya akan selesai tanpa masalah..” katanya

“Aku yakin kalian bukan mimpi…” tekan Rain.

Perempuan rambut panjang tersenyum, “Memangnya kamu berharap apa?” tanyanya.

“Kenapa saya bisa ada di sini?” Rain bertanya lagi.

Gadis tersebut mengangkat bahu, lalu kemudian berkata sedikit kesal, “Duduk kembali ditempatmu, dan pejamkan mata. Kalau kamu tidak segera kembali kami yang susah. Kami tidak ingin berurusan dengannya. Cukup sekali saja kami berurusan dengan orang itu”

“Orang itu?”

Perempuan berbaju merah sudah berbalik, lalu dia berkata “ Azel, kalau perempuan itu masih cerewet juga, jatuhkan saja tubuhnya dan buat dia merasakan kengerian…”

Lalu perempuan berbaju merah itu berlalu, memutar badannya dan melayang kembali. Rain mencoba mencegahnya, “Tunggu!” desak Rain. Tapi Azel sudah mendekat. Rasanya tubuh laki-laki bernama Azel ini seperti bongkahan es, bekunya luar biasa sehingga Rain mengurungkan niat untuk beradu badan dengan Azel.  

Azel mendorongkan lengannya menyentuh lengan Rain. Sentuhan tersebut tidak keras, tapi membuat Rain buru buru menarik tangannya ke samping, tubuh Rain terdorong ke belakang. Salah seorang yang duduk di samping Rain mengeluarkan kakinya sehingga Rain terdorong jatuh kebelakang.

Untuk menghindari hantaman kebawah, Rain segera berguling sedikit, dia berhasil bertahan untuk tidak sampai menjatuhkan seluruh tubuh dan kepalanya. Lengannya sudah lebih dulu bergerak menahan tubuhnya. Rain terjatuh posisi terduduk, bunyi bangku terdengar keras.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status