Home / Fantasi / Solomon Legacy / Bab 3 Wajah-Wajah Tak Dikenal

Share

Bab 3 Wajah-Wajah Tak Dikenal

Author: Langit Biru
last update Last Updated: 2021-12-08 20:01:47

Gadis berkacamata tersebut tidak habis pikir, kenapa rekan sebangkunya, dan juga teman baiknya tidak membangunkan dia. Malah meninggalkan kelas dalam kondisi kosong.

Huh! Dengusnya kesal dan beranjak dari tempat duduknya hendak keluar kelas, tapi langkahnya terhenti ketika di depan kelasnya muncul seorang wanita dengan wangi manis seperti gulali dengan pakaian berwarna merah terang. Wanita tersebut tersenyum pada Rain.

Rain menggeser badannya ketika wanita tersebut melewati pintu dan masuk ke kelas. Lalu mendadak bergerombol orang masuk ke dalam kelasnya. Ada laki-laki dan ada perempuan, Rain mundur ke arah bangku duduknya.

Alisnya mengernyit karena tidak ada satupun orang orang yang masuk ke kelas dikenalnya. Orang orang tersebut menempati tempat duduk di dalam kelas. Tempat duduk Budi sang ketua kelas diduduki laki-laki yang tubuhnya gemuk hingga ketika dia duduk, bangku langsung terlihat penuh, dan tubuh laki-laki itu seperti melebar ke samping seolah perut dan pinggangnya memelar karena ruangan tempat dia duduk terlihat sempit.

Laki-laki tersebut menggeser meja di depannya agar tubuh besarnya muat ke dalam kursi, namun semakin ruangan tersebut melebar, semakin bertambah pula besar tubuhnya. 

Ada juga tempat duduk Amanda, yang berada dua baris dibelakang tempat duduk Rain. Yang mendudukinya seorang perempuan dengan wajah di tekuk ke bawah, seolah olah dia tidak memiliki leher. Rain juga tidak yakin apa orang tersebut memang memiliki leher atau tidak, karena bahu dan kepalanya langsung menyatu.

Perempuan berbaju merah yang lebih dulu masuk dan sempat berpapasan di muka pintu tadi duduk di tepian meja sudut dekat jendela. Perempuan berbau gulali itu tidak mengambil sikap duduk dikursi. Dia memilih duduk di meja paling belakang dan menyilangkan kakinya di atas meja.

Rain bingung, sesaat dia berusaha untuk menjernihkan pikirannya alih alih bertanya. Sesaat seolah mendapat pencerahan, wajah Rain menjadi lebih tegang karena rasa takut yang sudah mulai mengunyah keberanian dan semangatnya. Rain yakin, ada dua kemungkinan yang terjadi saat ini. Yang pertama, ini adalah mimpi, atau yang kedua yang terburuk, dia berada di tempat makhluk ganjil yang kerap dilihatnya di sudut sudut jalan.

Rain kemudian mengambil sikap bergerak, dia berniat untuk keluar dari kelas tersebut, jadi Rain segera berjalan dengan langkah bergetar dan panic, tapi belum dua langkah dia berjalan menuju pintu keluar kelas, seseorang menghadangnya. Anak laki-laki yang tidak dikenalnya, wajahnya pucat rambutnya berantakan dan jatuh sampai di kening.

Anak laki-laki tersebut memandang ke arah Rain dengan pandangan beku yang langsung membuat Rain mengemeretukkan giginya karena langsung merasakan hawa dingin menyesak. Bau anak tersebut seperti bau baju lama yang tersimpan dalam lemari.

Tanpa disadari, Rain mundur setengah langkah kebelakang, nyali dan perasaannya sudah ciut, satu satunya kekuatan yang menopangnya hanya harapan bahwa itu mimpi.

“Hentikan Azel!” sentak suara dari belakang.

Rain kontan mengengok ke arah suara tersebut. Dia melihat wanita berbaju merah sudah melompat dari meja dan berdiri tegak. Dia berjalan yang membuat Rain terkesiap, wanita  berbaju merah tidak sungguh sungguh berjalan, namun seperti terbang dengan posisi kaki mengambang rendah.

Wanita berbaju merah tersebut mendekat, berdiri tidak jauh dari Rain dan laki-laki dengan aroma lembab tersebut—yang disebutnya Azel— rambutnya yang panjang seolah melambai dan bergerak sendiri. Rain menelan ludah sesamar mungkin. Wanita berbaju merah tersebut mendekat, agak memutar dari sudut bangku, berdiri di samping laki laki yang dipanggilnya Azel.

“Kamu murid baru?” Tanya wanita tersebut.

Rain bingung untuk menjawab. Di satu sisi, Rain tidak yakin posisinya saat ini. Dan hal lainnya, dia yakin bahwa dia terbangun di kelasnya sendiri. Wanita tersebut menekukkan wajahnya, menyamping dengan wajah seolah penasaran, rambutnya jatuh ke samping, warnanya hitam dan panjang, sungguh indah sekaligus menakutkan.

Mendadak dalam pikiran Rain teringat kisah kisah macam sundel bolong, ataupun kuntilanak. Mereka sosok makhluk halus yang dianugerahi rambut panjang seperti wanita ini. Aroma manis yang keluar seolah dari rambutnya yang tergerai dan terus jatuh kebawah lantai.

“Ah, aku tahu, kamu pasti tersesat. Ini kali kedua ada seseorang tersesat di kelas kami.” Gadis berbaju merah itu mengangkat wajahnya. Tidak ada hal yang mengerikan dari perempuan ini. Dia sungguh sungguh normal, kecuali cara berjalannya yang membuat Rain yakin bahwa dia pun sama seperti semua orang yang berada di dalam kelas. “ Hanya saja…” gadis tersebut melanjutkan, “Kami sudah berjanji padanya untuk tidak mengusik kalian….ah, membosankan, padahal kami ingin sedikit bermain dulu…”

“Tersesat…?” Rain bertanya dengan gumaman.

“Kalau kau ingin pulang, jangan keluar dari kelas ini. Duduklah lagi dibangkumu.” Terang perempuan berbaju merah. “Agak menyebalkan harus membantu kalian. Tapi, daripada kami bermusuhan dengannya, lebih baik kamu tidak ada disini.”

“Sebentar…” sergah Rain, rasa takutnya sudah mulai berkurang, berganti rasa penasaran, “Ini, bukan mimpi?”

Perempuan wangi gulali itu tersenyum, “Anggap saja ini mimpi, perkaranya akan selesai tanpa masalah..” katanya

“Aku yakin kalian bukan mimpi…” tekan Rain.

Perempuan rambut panjang tersenyum, “Memangnya kamu berharap apa?” tanyanya.

“Kenapa saya bisa ada di sini?” Rain bertanya lagi.

Gadis tersebut mengangkat bahu, lalu kemudian berkata sedikit kesal, “Duduk kembali ditempatmu, dan pejamkan mata. Kalau kamu tidak segera kembali kami yang susah. Kami tidak ingin berurusan dengannya. Cukup sekali saja kami berurusan dengan orang itu”

“Orang itu?”

Perempuan berbaju merah sudah berbalik, lalu dia berkata “ Azel, kalau perempuan itu masih cerewet juga, jatuhkan saja tubuhnya dan buat dia merasakan kengerian…”

Lalu perempuan berbaju merah itu berlalu, memutar badannya dan melayang kembali. Rain mencoba mencegahnya, “Tunggu!” desak Rain. Tapi Azel sudah mendekat. Rasanya tubuh laki-laki bernama Azel ini seperti bongkahan es, bekunya luar biasa sehingga Rain mengurungkan niat untuk beradu badan dengan Azel.  

Azel mendorongkan lengannya menyentuh lengan Rain. Sentuhan tersebut tidak keras, tapi membuat Rain buru buru menarik tangannya ke samping, tubuh Rain terdorong ke belakang. Salah seorang yang duduk di samping Rain mengeluarkan kakinya sehingga Rain terdorong jatuh kebelakang.

Untuk menghindari hantaman kebawah, Rain segera berguling sedikit, dia berhasil bertahan untuk tidak sampai menjatuhkan seluruh tubuh dan kepalanya. Lengannya sudah lebih dulu bergerak menahan tubuhnya. Rain terjatuh posisi terduduk, bunyi bangku terdengar keras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Solomon Legacy   Bab 56 Sementara Ini

    “Apa saya harus menagih pada si tukang tidur itu lagi?” tanya Rain pada Amelia.“Ya, kamu kan bendahara kelas ini.” Jawab Amelia tersenyum. Dia selalu merasa geli kalau mendengar omongan Rain yang terlihat paling enggan berhadapan dengan si tukang tidur, Tarun.“Kamu saja deh Mel.” Ucap Rain enggan.“Apaan sih, bulan lalu kamu kan nagih sendiri, malah kelihatannya setelah itu kalian jadi dekat.”“Saya? Dekat sama tukang tidur itu?….ooow, please deh.”“Oh, jadi salah ya? Padahal bulan lalu ada yang ngasih bocoran kamu jalan pulang sekolah bareng Tarun dan tampak akrab. Sering juga aku lihat dia curi curi pandang ke arahmu lho.”“Kapan?! Jangan ngarang ya Mel. Udah, deh daripada dengerin halukamu, mending saya ke sana, nagih tukang tidur itu.” Rain segera beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke arah meja Tarun. Gadis itu menolak untuk m

  • Solomon Legacy   Bab 55 Ifrit

    Langit membuka tangannya, sinar berwarna merah menyala dan kemudian melesat ke arah jin ifrit, jin tersebut langsung menghilang dan berpindah pada sisi lainnya. Tangan jin tersebut yang melar ditariknya kembali dan digunakan untuk menyerang Langit dengan cara meliuk dan berubah menjadi tajam dalam sekejap. Laki-laki tersebut langsung membuat tameng dimensi untuk menangkis lengan runcing tersebut. Terdengar suara benda beradu yang dasyat.Aji segera mengambil posisi berdiri, dan kemudian berlari. Diikuti Tarun dari belakang. Jin ifrit melihat keduanya berlari, tampak tidak senang, lalu mengulurkan satu tangannya lain yang bebas. Tangan tersebut menyentak, kemudian melar dan bergerak sangat cepat mengejar punggung Tarun.Langit segera membuka tangannya dengan cepat. Sebuah benda merah terlontar dari ujung telapak tangan Langit dan menyelubungi Tarun, Aji dan Rain tepat sebelum tangan runcing tersebut menyentuh punggung Tarun. Ketiganya terkurung dalam membran merah milik

  • Solomon Legacy   Bab 54 Aji dan Langit

    “Apa tuan menginginkan kedua orang ini dibunuh?” tanya Razel sambil mendekat ke arah jin tersebut.“Apakah kau menginginkan mereka mati?” mahkluk tersebut bertanya kembali pada Razel.“Buatku, mereka sudah tidak berguna.”“Begitukah? Kalau begitu kau pun sama Nak.” Mendadak makhluk tersebut menusuk perut Razel. Razel mendelik, antara tidak percaya, dan rasa sakit. Tangannya mendekap perutnya yang ditusuk oleh makhluk tersebut. “Bagiku, kau pun sudah tidak diperlukan lagi.”Razel terjatuh sambil mengerang, wujudnya berubah perlahan. Dari atas kepalanya muncul tanduk yang panjang seperti tanduk rusa. Cuping hidungnya membesar. Lalu, kedua kakinya berubah menjadi seperti kaki kuda. Dalam keadaan kesakitan, razel tidak bisa mempertahankan bentuk penyamarannya dan memperlihatkan bentuk aslinya.“Sudah aku katakan Nak, hidup selama ribuan tahun akan membuatmu lebih bijaksana. Tidak mungkin

  • Solomon Legacy   Bab 53 Penghianat

    “Ah, ternyata diantara kalian bertiga masih ada yang tetap jernih.” Jin raksasa tersebut menyahuti.“Bocah, jangan pengaruhi Rain. dia harus menyelesaikan ini sesuai rencana!” Razel menghardik Tarun dengan kesal.Rain memandang ke arah Tarun, Tarun menggeleng. Lalu, dipandangnya Razel yang memberi isyarat untuk segera melakukan sesuai yang dikatakan jin raksasa tersebut. Hati gadis tersebut ditimpa keraguan.“Saya pikir ucapan Tarun ada benarnya,” ujar Rain perlahan. “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi bila mahkluk sebesar itu dilepaskan ke permukaan. Pasti ada alasan tersendiri mengapa mahkluk tersebut dikurung di sini, bukan?”“Rain. kita sudah sejauh ini, tidak ada jalan mundur kembali!”“Selalu ada!” sentak Tarun, “Pilihan untuk mundur selalu ada, dan Rain berhak memutuskan untuk itu!”Razel mengeram marah, lalu kemudian dia melompat dan memukul Tarun.

  • Solomon Legacy   Bab 52 Melepaskan Beast

    “Tapi penjelasanmu tidak menjawab pertanyaanku?”“Sedikit banyak sudah terjawab wahai gadis manusia. Namun, memang kenyataan bahwa aku terkurung disini bukan karena kehendakku pribadi. Nah, cukup penjelasannya dari pertanyaanmu, sekarang kau jelaskan yang kau sebut smartphone itu.”“Baiklah,” ucap Rain mengalah. Dia memandang ke arah Tarun dan berbisik. “Ru, pinjamkah saya Hp.”Tarun membalas bisikannya, “Bukannya kamu punya?”“Ketinggalan di rumah.”Tarun kemudian mengeluarkan hanphone dari tas ranselnya dan menyerahkannya pada Rain. Rain mengambil handphone tersebut dan menaikkan tangannya sambil memperlihatkan handphone tersebut.”Kau lihat ini,” tunjuk Rain sambil mengacungkan hanphone milik Tarun. Dari balik jeruji, satu tangan jin tersebut menjulur, dengan kuku jarinya yang besar makhluk tersebut mengambil handphone yang disodorkan oleh Rain.&ld

  • Solomon Legacy   Bab 51 Permainan

    Tarun dan Rain memandang dengan terperangah. Sekitar jarak lima meter, Razel memunggungi mereka. Dihadapan razel, dan juga mereka terdapat sebuah jeruji besi raksasa. Tinggi jeruji itu hampir sebesar gerbang yang mereka masuki.“Itu apa? Jeruji besi?”“Seperti itulah.” Sahut Razel ketika dia mendengar suara Rain dari belakang.“Sebesar itu?” Tarun tidak bisa menahan diri untuk bertanya.“Ya. Bayangkan, jeruji sebesar ini, kira kira apa yang dikurung di dalamnya?” ucap Razel masih dalam kondisi memunggungi kedua remaja tersebut.“Apa ini yang kita cari? Bom yang kalian bilang itu?”“Aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa ini yang akan kita temukan.” Komentar Rain.“Benar, kita tidak bisa membayangkannya. Tapi apapun itu, itulah warisan ribuan tahun yang sedang kita cari.” Jawab Razel.Mendadak sebuah tangan besar bergerak menyentuh jeruji besi

  • Solomon Legacy   Bab 50 Lorong Neraka

    “Ayo kita masuk Rain!” ucap Razel sambil mengamit tangan Rain. Membran yang menyelimuti keduanya bergerak maju menuju pintu gerbang.“Sebentar, kita cari Tarun dulu!” Sergah Rain, karena mengkhawatirkan teman satu kelasnya itu.Rain menggerakkan tangannya. Lalu dari gelombang yang berputar putar di sekitar pintu, membran yang menyelimuti tubuh Tarun muncul. Rain langsung menarik membran tersebut mendekat, lalu menyatukan dengan membran miliknya.Tarun mengusap kepalanya yang terasa sakit, ketika Rain menyergapnya dengan pelukan lega.“Syukurlah, kamu selamat Ru! Saya cemas pas pintu gerbang tersebut terbuka dan kamu terlempar dari lubang kunci itu.” seru Rain. kecemasan yang semula membuncah hilang ketika mendapati Tarun selamat.Tarun kembali teringat, ketika jaring terakhir menghilang, dan pintu raksasa itu bergerak membuka, tubuhnya terpelanting karena hentakan pintu dan ikut terbawa pusaran di sekitar pintu.

  • Solomon Legacy   Bab 49 Gerbang

    Tarun berhasil mendekati asal cahaya tersebut dan juga menemukan Rain dan Razel berdiri pada sesuatu yang bersinar. Itulah asal cahaya tersebut. Dihadapan ketiganya sebuah gerbang raksasa dengan pendar cahaya berwarna emas. Gerbang itu berdiri kokoh tanpa penyangga.Rain menengok ke arah Tarun, lalu kemudian tangannya digerakkan. Perlahan membran yang menyelimuti ketiganya menyatu pelan pelan dan kini ketiganya berada dalam satu membran yang sama.“Apa itu?” tanya Tarun ketika ketiganya sudah terkumpul dalam satu membran sehingga bisa berkomunikasi.“Sepertinya gerbang.”“Bukan hanya sepertinya Rain, itu memang gerbang. Gerbang suci.” Sahut Razel, masih memandangi gerbang di hadapan mereka.“Untuk ukuran gerbang, itu sangat besar.” Ucap Tarun.“Kira kira tingginya 10 meter.” Sahut Rain.“Seperti yang disebutkan dalam buku. Gerbang suci, gerbang antara dunia jin dan duni

  • Solomon Legacy   Bab 48 Perjalanan

    Rain memasukan perbekalan mereka ke dalam ransel yang dibeli Razel (atau dicuri). Makanan, hanphone, senter, tabung oksigen kecil dan robekan buku kuno tentang peta lokasi solomon legacy.Mereka memiliki benda tersebut setelah Tarun mengusulkan agar Razel membelanjakan beberapa barang persiapan sebelum mereka melakukan perjalanan. Saat itu, Tarun sudah tidak mau ambil pusing dari mana barang itu akan tersedia, saat ini mereka tidak memiliki banyak pilihan.“Kita berangkat?” tanya Rain.“Kamu siap Rain? kondisimu.”“Yang terbaik saat ini.”“Konsentrasi pada tujuan kita. Ini seperti membuka ruang kosong dan melakukan pindah dimensi secara cepat. Jangan lupa, lapisi dimensi supaya bisa tahan tekanan air, karena yang kita hadapi adalah tekanan bawah laut.”Rain menutup matanya. Lalu, dari seluruh tubuhnya keluar bentuk asap berwarna hijau, asap itu bergerak dinamis, semakin besar dan semakin meluas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status