Home / Fantasi / Solomon Legacy / Bab 2 Tukang Tidur yang Misterius

Share

Bab 2 Tukang Tidur yang Misterius

Author: Langit Biru
last update Last Updated: 2021-12-08 19:43:45

Rain berharap, satu hari yang akan dilewatinya berlalu cepat. Masalahnya, waktu tidak pernah konsisten bagi yang menunggu. Untuk dirinya yang berharap waktu berlari seperti kuda, maka waktu akan terasa lama layaknya kura kura, dan itu kerap membuat Rain prustasi dan gemas sendiri. Sejak hari dimana kecelakaan itu terjadi, Rain harus dengan kuat hati menerima anomali dalam hidupnya.

Mula mula, dia melihat dua suster yang tidak dapat dilihat Amelia di ruang UGD saat itu. Dan ketika Amelia kemudian berjalan keluar dengan tenangnya, Rain bertindak lain. Jantungnya waktu itu sungguh sungguh berloncat loncatan kencang. Rain berusaha bersikap biasa saja, walau dia menyadari sesuatu sudah berbeda.

Ketika dia melewati meja dimana Amelia berbicara dengan seorang suster yang menulis sesuatu, Rain mencoba mengintip dari ujung matanya dan bersikap seolah-olah dia sedang memandang pajangan di dekat tembok.

Dua suster dipandangan matanya tengah bercerita, tanpa suara. Mereka tertawa kemudian kembali serius,wajah mereka tidak terlihat karena terkondisikan keduanya sedang menyamping. Rain mencoba melihat lewat ujung matanya ke dalam ruangan yang dipisahkan dengan meja panjang.

Kedua suster itu hanya memiliki separuh tubuh yang seolah-olah mengambang. Melihat pemandangan dari ujung matanya itu Rain buru-buru mengalihkan penglihatannya kearah yang lain sambil menahan napas. Dia mencoba menghitung dalam hati untuk mengusir rasa takut.

1..2…3..4….5….6

“Rain!” suara Amelia terdengar menghentak, menghentikan hitungan yang sedang digumamkan dalam hatinya.

“Ah….ya?” Rain langsung gelagapan

“Dipanggil dari tadi enggak nyahut. Ini biaya obat dan UGD nya.” Amelia langsung menyodorkan tagihan.

Rain melihat kertas yang diberikan Amelia, dan mendadak dia mendonggakkan wajahnya segera. Sosok dua suster yang dari tadi sibuk berbicara sudah tidak ada di belakang meja. Rain sedikit lega.

“Kenapa?” Tanya Amelia melihat gelagat kawannya yang dari tadi bersikap ajaib.

Rain menggeleng sambil tersenyum. “Enggak…enggak apa apa kok. Yuk bayar ke kasir.”  Tukas Rain lega.

“Ayuk” sahut Amelia yang langsung memutar badan menuju pintu.

Rain memutar badannya hendak menyusul Amel, namun langkahnya langsung ciut dan beku. Dihadapannya kedua sosok suster berdiri menghadapnya. Begitu dekat. Wajah keduanya tidak ada, hanya lekukan di antara alis dan hidung saja. Menyerupai lekukan wajah. Kedua suster tersebut tidak memiliki kaki, tubuhnya hanya sampai paha dan sisanya hilang, keduanya mengambang.

Rain ingin menjerit, namun dia buru buru menutup mulutnya rapat rapat dengan kedua tangan. Kedua suster itu tidak mengetahui dirinya, dan tidak mengetahui ekspresi wajahnya. Rain meyakinkan dirinya bahwa kedua suster tersebut tidak menyadari bahwa Rain “tahu”.

Mendadak Amelia masuk menyeruak diantara kedua suster tersebut. Tubuhnya menembus keduanya. Tangan Amelia segera meraih tangan Rain.

“Hei, ayo cepat. Sudah keburu sore.”

Rain mengikuti tubuhnya ditarik oleh Amelia. Lalu dia merasakan sensasi aneh ketika melewati tubuh kedua suster tersebut.  Sensasi seperti ngilu ketika mendengar suara derit kaca dan gigi mengeretak ngilu.

**

Amelia menyenggol lengan Rain yang sedang menopang tubuhnya yang tertelungkup di atas meja. Rain bergerak malas, dan kemudian mengganti posisi kepalanya membelakangi sudut Amel duduk. Amelia sedikit kesal, lalu menyenggolnya lagi, cukup membuat Rain terusik dan mengangkat wajahnya sedikit.

“Apaan sih…”

“Bangun….”

“Kan guru belum datang..” ucap Rain agak malas.

“Kenapa sih dari pagi enggak semangat begitu?”

Pertanyaan Amelia ditanggapi dengan dengusan Rain. Gadis tersebut kembali menelungkupkan wajahnya diantara dua tangannya yang saling bertumpuk di atas meja. Lima hari sudah sejak kecelakaan tersebut. Sejak dia secara nyata melihat dengan kedua matanya wujud suster tanpa wajah di rumah sakit. Dan itu bukan menjadi kali terakhir dia melihat bentuk keganjilan. Di rumah sakit itu hanya permulaan saja, dan kemudian pada hari berikutnya, beberapa kali Rain dihadapkan pada sosok sosok tidak jelas.

Bayangan hitam yang sebesar rumah, atau kakek tua yang kecilnya hanya selutut Rain. Yang pernah terjadi dan hampir menipu matanya adalah sosok bocah yang berlari di jalan raya, dan Rain harus menarik nafas ketakutan ketika sosok anak kecil tersebut menembus laju laju kendaraan. Satu yang terasa oleh Rain belakangan ini, selain dia mampu melihat keganjilan, hidungnya jauh lebih peka dari biasanya. Rain bisa mencium aneka aroma yang ganjil.

Aroma yang belakangan ini Rain cium seringkali tidak bisa dikenali oleh daya penciumannya. Ada bau campuran antara mint dan wangi bunga melati. Bau manis yang menyengat, atau terkadang bau aneh yang baru dirasakan indera penciumannya. Anehnya—dan seringkali terjadi—bau tersebut berbarengan dengan Rain melihat sosok ganjil dengan banyak bentuk.

Melihat keganjilan di depan matanya membuat Rain cepat lelah, jadi tanpa disadari kadang Rain terlelap di berbagai tempat. Di angkutan umum, di kelas, di sofa televise, bahkan pernah juga Rain tertidur di ruang tunggu. Rasa takut, jangan ditanya lagi, sudah setengah mati Rain mengikis rasa takut yang selalu datang berbarengan dengan aroma aroma aneh yang seringkali diciumnya lebih dulu sebelum tiba-tiba sosok makhluk melintas dihadapannya dengan rupa keganjilan yang tidak biasa. Lima hari bukan waktu yang lama untuk membiasakan diri dengan ketakutan setiap harinya.

Jadi, sejak itu, lima hari sudah Rain gampang terlelap di kelas, dan mudah sekali dia menguap. Itu membuat Amelia gemas dan tidak habis mengerti.

“Bingung deh aku, kamu jadi tukang tidur. Persis seperti Tarun,” gerutu Amelia sambil menunjuk seorang cowok teman sekelasnya dengan isyarat mulut.

Rain mendengus, “ Hhhh, jangan samakan Saya sama tukang tidur itu dong!” dalam benak Rain terbayang sosok Tarun, cowok yang punya rambut keriting dipotong pendek, namun karena sepertinya dia memiliki bakat rambut keriting, bentuk bulat bulat pada rambutnya masih terlihat. Tubuhnya kurus tinggi dan memakai kacamata, sekilas seperti orang pintar, namun satu kelas juga tahu Tarun sering tertidur di tengah pelajaran. Hebatnya, laki laki dengan kulit yang coklat gelap itu seolah tidak peduli ketika beberapa kali sempat kena teguran, sampai dipanggil oleh BP. Dia tetap tertidur ditengah pelajaran.

Selama setengah tahun sekelas dengan pemuda unik itu, Rain jarang berinteraksi dengannya kecuali ketika sedang menjadi bendahara kelas dan harus memungut iuran. aru itulah interaksi yang dilakukan Rain. Dan biasanya Tarun yang selalu menelungkupkan wajahnya akan mendonggakkan sedikit wajahnya, lalu merapikan kacamanya dan meraba-raba saku di dada, mencari uang yang bergulung lalu menyerahkannya pada Rain.

Rain berani bertaruh, Tarun pasti tidak akan naik kelas, karena kebiasaan tidur tanpa sebabnya itu sering membuat guru guru gusar. Namun, ajaibnya, ketika raport tengah semester dibagikan, dia menduduki posisi lima besar dikelas. Sontak hal tersebut mengangetkan seluruh kelas, dan itu juga yang membuat guru pun akhirnya menyerah dengan kebiasaan Tarun tidur, karena walau begitu nilai ulangannya tidak pernah menjadi yang terburuk ataupun nilai yang baling buncit.

Rain menguap dan berusaha mencoba mencari pembenaran diri. Dia berbeda dengan situkang tidur Tarun. Dia tidur baru baru ini saja, dan itu karena lelah. Nanti ketika kondisi tubuhnya kembali prima maka dia akan menjadi murid teladan lainnya. Tidak pernah tidur dikelas, nilai baik, absen sempurna dan memiliki jabatan khusus di kelas.

“…In…”

Rain merasa kepalanya melayang, seperti ada putaran putaran awan di sekelilingnya. Tubuhnya terasa ringan. Rain membuka matanya lantas melihat sekelilingnya. Kelas menjadi hening. Rain berdiri, rasa lelahnya seperti musnah.

Tapi, kemana teman-teman sekelasnya? Rain melihat kiri dan kanan, kelas kosong. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Agus Mulyadi
ini cerita anak yg kebuka mata bathin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Solomon Legacy   Bab 56 Sementara Ini

    “Apa saya harus menagih pada si tukang tidur itu lagi?” tanya Rain pada Amelia.“Ya, kamu kan bendahara kelas ini.” Jawab Amelia tersenyum. Dia selalu merasa geli kalau mendengar omongan Rain yang terlihat paling enggan berhadapan dengan si tukang tidur, Tarun.“Kamu saja deh Mel.” Ucap Rain enggan.“Apaan sih, bulan lalu kamu kan nagih sendiri, malah kelihatannya setelah itu kalian jadi dekat.”“Saya? Dekat sama tukang tidur itu?….ooow, please deh.”“Oh, jadi salah ya? Padahal bulan lalu ada yang ngasih bocoran kamu jalan pulang sekolah bareng Tarun dan tampak akrab. Sering juga aku lihat dia curi curi pandang ke arahmu lho.”“Kapan?! Jangan ngarang ya Mel. Udah, deh daripada dengerin halukamu, mending saya ke sana, nagih tukang tidur itu.” Rain segera beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke arah meja Tarun. Gadis itu menolak untuk m

  • Solomon Legacy   Bab 55 Ifrit

    Langit membuka tangannya, sinar berwarna merah menyala dan kemudian melesat ke arah jin ifrit, jin tersebut langsung menghilang dan berpindah pada sisi lainnya. Tangan jin tersebut yang melar ditariknya kembali dan digunakan untuk menyerang Langit dengan cara meliuk dan berubah menjadi tajam dalam sekejap. Laki-laki tersebut langsung membuat tameng dimensi untuk menangkis lengan runcing tersebut. Terdengar suara benda beradu yang dasyat.Aji segera mengambil posisi berdiri, dan kemudian berlari. Diikuti Tarun dari belakang. Jin ifrit melihat keduanya berlari, tampak tidak senang, lalu mengulurkan satu tangannya lain yang bebas. Tangan tersebut menyentak, kemudian melar dan bergerak sangat cepat mengejar punggung Tarun.Langit segera membuka tangannya dengan cepat. Sebuah benda merah terlontar dari ujung telapak tangan Langit dan menyelubungi Tarun, Aji dan Rain tepat sebelum tangan runcing tersebut menyentuh punggung Tarun. Ketiganya terkurung dalam membran merah milik

  • Solomon Legacy   Bab 54 Aji dan Langit

    “Apa tuan menginginkan kedua orang ini dibunuh?” tanya Razel sambil mendekat ke arah jin tersebut.“Apakah kau menginginkan mereka mati?” mahkluk tersebut bertanya kembali pada Razel.“Buatku, mereka sudah tidak berguna.”“Begitukah? Kalau begitu kau pun sama Nak.” Mendadak makhluk tersebut menusuk perut Razel. Razel mendelik, antara tidak percaya, dan rasa sakit. Tangannya mendekap perutnya yang ditusuk oleh makhluk tersebut. “Bagiku, kau pun sudah tidak diperlukan lagi.”Razel terjatuh sambil mengerang, wujudnya berubah perlahan. Dari atas kepalanya muncul tanduk yang panjang seperti tanduk rusa. Cuping hidungnya membesar. Lalu, kedua kakinya berubah menjadi seperti kaki kuda. Dalam keadaan kesakitan, razel tidak bisa mempertahankan bentuk penyamarannya dan memperlihatkan bentuk aslinya.“Sudah aku katakan Nak, hidup selama ribuan tahun akan membuatmu lebih bijaksana. Tidak mungkin

  • Solomon Legacy   Bab 53 Penghianat

    “Ah, ternyata diantara kalian bertiga masih ada yang tetap jernih.” Jin raksasa tersebut menyahuti.“Bocah, jangan pengaruhi Rain. dia harus menyelesaikan ini sesuai rencana!” Razel menghardik Tarun dengan kesal.Rain memandang ke arah Tarun, Tarun menggeleng. Lalu, dipandangnya Razel yang memberi isyarat untuk segera melakukan sesuai yang dikatakan jin raksasa tersebut. Hati gadis tersebut ditimpa keraguan.“Saya pikir ucapan Tarun ada benarnya,” ujar Rain perlahan. “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi bila mahkluk sebesar itu dilepaskan ke permukaan. Pasti ada alasan tersendiri mengapa mahkluk tersebut dikurung di sini, bukan?”“Rain. kita sudah sejauh ini, tidak ada jalan mundur kembali!”“Selalu ada!” sentak Tarun, “Pilihan untuk mundur selalu ada, dan Rain berhak memutuskan untuk itu!”Razel mengeram marah, lalu kemudian dia melompat dan memukul Tarun.

  • Solomon Legacy   Bab 52 Melepaskan Beast

    “Tapi penjelasanmu tidak menjawab pertanyaanku?”“Sedikit banyak sudah terjawab wahai gadis manusia. Namun, memang kenyataan bahwa aku terkurung disini bukan karena kehendakku pribadi. Nah, cukup penjelasannya dari pertanyaanmu, sekarang kau jelaskan yang kau sebut smartphone itu.”“Baiklah,” ucap Rain mengalah. Dia memandang ke arah Tarun dan berbisik. “Ru, pinjamkah saya Hp.”Tarun membalas bisikannya, “Bukannya kamu punya?”“Ketinggalan di rumah.”Tarun kemudian mengeluarkan hanphone dari tas ranselnya dan menyerahkannya pada Rain. Rain mengambil handphone tersebut dan menaikkan tangannya sambil memperlihatkan handphone tersebut.”Kau lihat ini,” tunjuk Rain sambil mengacungkan hanphone milik Tarun. Dari balik jeruji, satu tangan jin tersebut menjulur, dengan kuku jarinya yang besar makhluk tersebut mengambil handphone yang disodorkan oleh Rain.&ld

  • Solomon Legacy   Bab 51 Permainan

    Tarun dan Rain memandang dengan terperangah. Sekitar jarak lima meter, Razel memunggungi mereka. Dihadapan razel, dan juga mereka terdapat sebuah jeruji besi raksasa. Tinggi jeruji itu hampir sebesar gerbang yang mereka masuki.“Itu apa? Jeruji besi?”“Seperti itulah.” Sahut Razel ketika dia mendengar suara Rain dari belakang.“Sebesar itu?” Tarun tidak bisa menahan diri untuk bertanya.“Ya. Bayangkan, jeruji sebesar ini, kira kira apa yang dikurung di dalamnya?” ucap Razel masih dalam kondisi memunggungi kedua remaja tersebut.“Apa ini yang kita cari? Bom yang kalian bilang itu?”“Aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa ini yang akan kita temukan.” Komentar Rain.“Benar, kita tidak bisa membayangkannya. Tapi apapun itu, itulah warisan ribuan tahun yang sedang kita cari.” Jawab Razel.Mendadak sebuah tangan besar bergerak menyentuh jeruji besi

  • Solomon Legacy   Bab 50 Lorong Neraka

    “Ayo kita masuk Rain!” ucap Razel sambil mengamit tangan Rain. Membran yang menyelimuti keduanya bergerak maju menuju pintu gerbang.“Sebentar, kita cari Tarun dulu!” Sergah Rain, karena mengkhawatirkan teman satu kelasnya itu.Rain menggerakkan tangannya. Lalu dari gelombang yang berputar putar di sekitar pintu, membran yang menyelimuti tubuh Tarun muncul. Rain langsung menarik membran tersebut mendekat, lalu menyatukan dengan membran miliknya.Tarun mengusap kepalanya yang terasa sakit, ketika Rain menyergapnya dengan pelukan lega.“Syukurlah, kamu selamat Ru! Saya cemas pas pintu gerbang tersebut terbuka dan kamu terlempar dari lubang kunci itu.” seru Rain. kecemasan yang semula membuncah hilang ketika mendapati Tarun selamat.Tarun kembali teringat, ketika jaring terakhir menghilang, dan pintu raksasa itu bergerak membuka, tubuhnya terpelanting karena hentakan pintu dan ikut terbawa pusaran di sekitar pintu.

  • Solomon Legacy   Bab 49 Gerbang

    Tarun berhasil mendekati asal cahaya tersebut dan juga menemukan Rain dan Razel berdiri pada sesuatu yang bersinar. Itulah asal cahaya tersebut. Dihadapan ketiganya sebuah gerbang raksasa dengan pendar cahaya berwarna emas. Gerbang itu berdiri kokoh tanpa penyangga.Rain menengok ke arah Tarun, lalu kemudian tangannya digerakkan. Perlahan membran yang menyelimuti ketiganya menyatu pelan pelan dan kini ketiganya berada dalam satu membran yang sama.“Apa itu?” tanya Tarun ketika ketiganya sudah terkumpul dalam satu membran sehingga bisa berkomunikasi.“Sepertinya gerbang.”“Bukan hanya sepertinya Rain, itu memang gerbang. Gerbang suci.” Sahut Razel, masih memandangi gerbang di hadapan mereka.“Untuk ukuran gerbang, itu sangat besar.” Ucap Tarun.“Kira kira tingginya 10 meter.” Sahut Rain.“Seperti yang disebutkan dalam buku. Gerbang suci, gerbang antara dunia jin dan duni

  • Solomon Legacy   Bab 48 Perjalanan

    Rain memasukan perbekalan mereka ke dalam ransel yang dibeli Razel (atau dicuri). Makanan, hanphone, senter, tabung oksigen kecil dan robekan buku kuno tentang peta lokasi solomon legacy.Mereka memiliki benda tersebut setelah Tarun mengusulkan agar Razel membelanjakan beberapa barang persiapan sebelum mereka melakukan perjalanan. Saat itu, Tarun sudah tidak mau ambil pusing dari mana barang itu akan tersedia, saat ini mereka tidak memiliki banyak pilihan.“Kita berangkat?” tanya Rain.“Kamu siap Rain? kondisimu.”“Yang terbaik saat ini.”“Konsentrasi pada tujuan kita. Ini seperti membuka ruang kosong dan melakukan pindah dimensi secara cepat. Jangan lupa, lapisi dimensi supaya bisa tahan tekanan air, karena yang kita hadapi adalah tekanan bawah laut.”Rain menutup matanya. Lalu, dari seluruh tubuhnya keluar bentuk asap berwarna hijau, asap itu bergerak dinamis, semakin besar dan semakin meluas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status