Share

Chapter 7

Savana pun langsung menyimpan handphonenya, lalu mengambil handuk putih miliknya dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Setelah selesai mandi Savana sedikit berdandan agar mata sembabnya sedikit menghilang. Savana segera turun ke lantai bawah setelah sedikit berdandan, Savana berjalan perlahan menuju meja makan.

Papah Rangga yang melihat putri kesayangannya datang menghampirinya ia langsung menyapa. "Selamat pagi sayang," sapa Papa Rangga pada Savana sambil tersenyum lebar.

Savana tersenyum tipis. "Pagi juga Pah," sahut Savana pelan. Kemudian ia segera duduk di kursi kosong yang ada di depan Papa Rangga.

Savana mengerutkan keningnya. "Mama sama Maura kemana Pah? gak ikut sarapan bareng?" tanya Savana pada Papa Rangga karena ia tidak melihat adik dan ibu tirinya itu.

Dalam hatinya Savana merasa tidak enak karena sudah membuat hubungan Papa dan Mamanya renggang, namun ia sendiri tidak dapat membohongi perasaannya jika dirinya sangat mencintai kekasihnya yaitu, Aksa.

Papa Rangga menatap wajah putri kesayangannya. "Mereka masih di kamar mungkin Nak," sahut papa Rangga.

"Pasti Mama sama Maura marah sama Papa karena Papa nemenin aku dari semalam," batin Savana, ia merasa sangat bersalah atas konflik yang terjadi di dalam rumahnya.

Setelah selesai sarapan Savana segera pamit pada Papa Rangga untuk bertemu Aksa.

Savana menatap mata sang Papa. "Aku pamit dulu ya Pah, aku mau ketemuan sama kak Aksa," ucap Savana dengan nada tidak bersemangat.

Papa Rangga tersenyum manis melihat wajah Putrinya. "Mau Papa anterin?" tanya Papa Rangga.

Savana menatap teduh wajah sang Papa. "Enggak Pah, gak usah aku sendiri aja," sahut Savana.

"Yaudah kamu hati-hati ya sayang," kata Papa Rangga sambil memeluk dan mencium kening Savana.

Savana segera keluar dan menunggu taksi yang lewat dijalan. Kebetulan masih pagi, sudah banyak taksi yang berlalu lalang, Savana pun segera masuk kedalam taksi tersebut dan meminta kepada supirnya untuk mengantarkan ketempat yang ia tuju.

Didalam mobil pada saat menuju perjalan ke kafe, pikiran Savana sudah sangat kacau, ia benar - benar kecewa dengan kekasihnya itu.

***

Savana pun telah sampai di kafe yang ia tuju, ternyata Aksa datang lebih awal, Savana pun segera duduk, dan langsung to the poin.

"Apa yang kamu lakuin benar-benar keterlaluan kak," ketus Savana sambil mengerutkan keningnya.

"Keterlaluan?" tanya Aksa keheranan.

"Kenapa kamu gak bilang dari dulu kalo kamu pernah berhubungan dengan Maura kak? Kamu udah merusak hubungan persaudaraan aku sama Maura kak dan Mama udah marah besar sama aku kak," tutur Savana. 

Akhirnya Aksa paham kenapa Savana bersikap dingin kepadanya. Aksa pun tertunduk dan menyesali perbuatannya. "Aku minta maaf karena telah berbohong, seharusnya dari awal aku cerita ini semua sama kamu, tapi kalo aku jujur pernah punya hubungan dekat dengan Maura sebelumnya, aku yakin kamu pasti menghindar, kamu pasti menjauh, aku takut, aku cinta sama kamu Savana," ucap Aksa sambil memegang lembut tangan Savana.

"Karena buat aku, cinta bukan siapa yang datang pertama tapi cinta itu siapa yang menetap dan tidak pergi sama sekali, aku nyaman sama kamu Sava," sambung Aksa.

Sementara itu Savana hanya menatap dan mendengarkan penjelasan Aksa.

"Aku mohon maafkan aku, aku janji gak akan pernah menutupi segala sesuatu dari kamu," kata Aksa sambil menggenggam tangan Savana di atas meja.

"Aku harap ini yang terakhir kamu bohongin aku," sahut savana dengan muka kecutnya.

Aksa mencoba menggenggam tangan kekasihnya dan mencoba meyakinkannya bahwa ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. "Aku janji sayang, aku janji enggak akan pernah bohong sama kamu, tolong kamu kasih kepercayaan sama aku.

Savana terlihat menganggukkan kepalanya sambil menatap tangan Aksa yang terus menggenggamnya. "Papa udah merestui hubungan kita Kak, tapi aku enggak tahu gimana Mama sama Maura kayaknya mereka enggak merestui hubungan kita Kak," ujar Savana sambil menatap mata Aksa.

Aksa menatap mata Savana. "Aku janji sama kamu aku akan memperjuangkan kamu, aku akan berusaha keras agar pernikahan kita tetap bisa terlaksana, aku sayang sama kamu, aku enggak mau kehilangan kamu," sahut Aksa sambil tersenyum manis menatap wajah sang kekasih.

"Aku pegang omongan kamu kak," ucap Savana ketika mendengarkan apa yang diucapkan oleh kekasihnya.

Aksa pun menceritakan kepada Savana kenapa hubungannya dengan Maura bisa putus, ia menceritakan jika Maura selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, Maura juga sering mengekang Aksa, itu semua membuat Aksa tidak merasa nyaman. "Aku harap kamu percaya sama aku," ucap Aksa sambil menatap mata Savana.

Savana bangun dari tempat duduknya. "Aku mau pulang," ujar Savana.

Aksa pun segera bangun dari tempat duduknya ia segera berdiri dan menggenggam tangan kanan Savana. "Aku anterin," sahut Aksa.

Aksa pun mengandeng mesra tangan Savana untuk masuk kedalam mobil BMW mewah miliknya. "Sekali lagi aku minta Maaf," ucap Aksa sambil menyalakan mesin mobilnya.

Sementara itu Savana hanya dapat terdiam ia tampak masih kecewa dengan kekasihnya itu, ia juga sangat bingung apakah ia haru melanjutkan hubungannya dengan Aksa atau harus berpisah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status