Share

1

Angin malam berembus masuk melalui jendela yang sengaja dibuka. Tak elak suhu di dalam kamar dengan ukuran minimalis itu berubah menjadi dingin, tetapi anehnya tidak membuat gadis berdarah campuran itu merasa perlu menarik selimut. Dia hanya duduk di atas ranjang dengan memakai piama berlengan pendek sembari mengelus-elus bulu kucing di pangkuannya. Bibirnya melengkung ke atas pertanda akan rasa senangnya dengan apa yang dilakukannya sekarang. Lalu tetiba sebuah suara misterius terdengar.

"Alexa," seru Somnium.

"Ya?" sahut gadis bernama Alexa tersebut.

"Kenapa kau suka sekali berada di sini?" Somnium kembali mengajukan pertanyaan dan kali ini sukses menbuat Alexa menghentikan kegiatan mengelus kucingnya. "Sebentar lagi misi akan dimulai. Kupikir kau perlu membaur dengan para pemimpi yang lainnya."

Alexa melebarkan senyumnya serta lekas menatap kucing di pangkuannya yang beberapa saat kemudian eksistensinya menghilang. Dia pun memutuskan turun dari ranjang. Sedetik setelah kakinya menyentuh lantai kamar, keadaan sekeliling berubah. Dia telah berada di sebuah aula tempat para pemimpi berkumpul, dan tak jauh darinya terlihat Nana yang sedang memakan cokelat.

Setelah itu, Alexa langsung disapa oleh Nana. "Hai, Kak Alexa," ucapnya.

"Oh, wow! Kakak memilih baju yang bagus." Nana memandangi baju yang sekarang tengah dikenakan Alexa, yaitu sebuah celana jeans dipadukan jaket kulit berwarna hitam. Penampilannya saat ini persis seorang aktris yang membintangi film laga dan semua itu tampak begitu keren di mata Nana.

"Tentu saja, Na. Kita kan bisa menciptakan apapun di sini," balas Alexa semangat. "Itu juga alasan kenapa kamu makan cokelat di sini, kan?"

Perkataan aneh dari Alexa dan situasi tidak masuk akal bak dunia sihir ini bukanlah tanpa alasan. Sebab siapapun yang telah menerima tawaran dari Somnium adalah mereka dengan kriteria yang sama, yaitu Lucid Dreamer, seseorang yang sadar ketika sedang bermimpi saat tidur. Di mana ketika mimpi sadar berlangsung, si pemimpi mampu berpartisipasi secara aktif dan mengubah pengalaman imajinasi dalam dunia mimpinya.

Hal inilah yang membuat Alexa dan yang lainnya mampu menciptakan apapun di sini. Namun, karena lucid dream tidak terjadi setiap malam, Somnium tetaplah sosok yang memberi pengaruh besar. Dialah yang membuat para pemimpi yang berpartisipasi mampu melakukan lucid dream setiap malam dan terkesan seperti sedang hidup di dunia sihir.

Selanjutnya, tampak bibir Nana langsung mengerucut setelah Alexa melontarkan kata-katanya. "Mama selalu larang aku makan cokelat. Kesal tahu!" sungutnya sambil meremas kencang bungkus cokelat di tangan.

Sejemang Alexa menahan tawa tetapi itu tidak berlangsung lama. Sebab setelahnya tawanya benar-benar pecah. "Aduh, ngakak! Ya, mau bagaimana lagi Na?" tanyanya sambil memegangi perut. "Itu gigi kamu sudah ompong dan bisa-bisa nanti yang lain malah jadi berlubang. Terus sakit gigi."

Bukannya membaik, suasana hati Nana malah semakin memburuk. Hal ini tampak dari dirinya yang kian memasang wajah cemberut. "Ih, Kak Alexa menyebalkan!"

"Tapi kan kamu bisa memakannya secara diam-diam," ungkap Alexa memberi saran.

Sontak mata milik Nana langsung berbinar. Kini wajahnya tidak lagi cemberut melainkan semringah. "Wah, benar juga."

"Eh, tapi jangan keseringan, sesekali saja."

Nana mengacungkan dua jempol. "Siap, Kakak."

Keduanya pun mengulas senyum.

Kemudian, terjadi keributan dari arah sebelah kanan sebab dengan jarak sepuluh meter dari tempat mereka berdiri, sayup-sayup terdengar adu mulut antara Stella dan Shota. Hal itu sontak membuat Alexa dan Nana menjadi penasaran dan memutuskan untuk menghampiri.

"Memang apa yang salah dengan nama Stella? Cocok tahu denganku!"

"Tidak cocok! Namamu bagus, tapi mukamu biasa saja tuh."

"Hei! Namamu yang tidak cocok. Apanya yang Shota? Urak-urakan begitu."

Nana yang kini sudah berada di dekat mereka tiba-tiba menyeletuk, "Memang ada apa dengan Kak Shota?"

Para pemimpi mendadak melempar pandang pada Nana dan seolah mengatakan 'waduh, bakal panjang ini' melalui wajah mereka.

Stella yang mendengar pertanyaan dari Nana langsung menyambar. "Aku pernah lihat postingan di Instagram Na, foto kartun anak laki-laki imut namanya Shota."

"Anime bukan kartun," sanggah Shota.

"Ya terserah, pokoknya Shota yang itu benar-benar imut. Yang ini dianya saja yang merasa imut."

Nana pun lekas memandangi Shota dan berkata, "Benar juga, Kak Shota tidak imut."

Ucapan Nana tak ayal sukses memicu tawa. Kendati sebenarnya tidak semua ikut tergelak, seperti Elang yang hanya tersenyum tipis dan Abu si rambut pirang serta Leo yang pada kenyataanya jauh lebih berwajah preman hanya diam memperhatikan seolah tidak berniat untuk ikut campur. Sementara itu, Shota sudah berwajah masam karena tidak terima.

"Nana seharusnya kamu bela aku. Ini malah ikut-ikutan," sungut Shota. "Kalian juga kenapa tertawa? Berisik! Lagi pula yang mirip preman itu Leo bukan aku."

Mendengar itu, sorot mata Leo berubah menjadi tajam sedemikian rupa laiknya predator yang siap menerkam mangsa. "Terus kenapa? Mau kucolok ya matanya?" balas Leo sinis.

Sekarang atmosfer berubah menjadi dingin bersamaan dengan wajah Leo yang benar-benar tidak bersahabat. Nana bahkan sampai memegang tangan Alexa karena takut. Dia juga berbisik, "Kak, takut. Muka Kak Leo menyeramkan."

Alexa sendiri repleks memeluk Nana sebagai tanggapan sambil mencoba untuk menenangkannya. "Tidak apa-apa, Kakak ada di sini."

Elang yang sedari tadi hanya sesekali tersenyum sebagai pihak penonton kini memilih angkat bicara. "Teman-teman hentikan. Kalian membuat Nana takut," ujarnya berusaha menjadi penengah.

Lantas tepat setelah Elang berucap, suara Somnium langsung menerobos telinga. "Itu benar. Apakah kalian akan berakhir saling menjatuhkan? Karena perlu diketahui bahwa tujuan dari adanya tujuh pemimpi itu bukan untuk hal seperti ini."

Tujuh pemimpi yang dimaksud terdiam. Mereka merasa tidak enak hati setelah perkataan Somnium melesat masuk ke dalam telinga. Tentu saja, Leo adalah pengecualian. Lelaki berusia tujuh belas tahun dengan penampilan sangar itu seperti tidak terpengaruh sedikitpun. Semua terlihat dari wajahnya yang datar tanpa ekspresi.

"Somnium ... maaf," mohon Nana.

Somnium diam sejenak dan beberapa sekon berikutnya suaranya kembali mengudara. "Jadilah pemimpi. Lalu hancurkan semua mimpi burukmu dan di akhir kau akan melihat mimpi indahmu menjadi kenyataan. Serta ingatlah selalu bahwa kalian, tujuh pemimpi, adalah satu-kesatuan. Maka bekerja samalah dan saling mendukung untuk sama lain. Dengan demikian, kalian semua bisa menjadi pemenang.

Bukankah semua orang mengharapkan cahaya datang dan menerangi jalan hidupnya yang penuh dengan kegelapan? Jadi, kenapa kalian tidak ikut berjuang? Untuk itu, misi telah siap di depan mata. Maka bersiaplah dan hancurkan semua mimpi burukmu," ucapnya dengan lantang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status