Setelah beberapa puluh menit Kelvin membawanya memutari jalan raya, kini ia duduk disebuah kursi empuk mengahadap cermin dengan banyak pertanyaan yang ia tanyakan pada Kelvin namun ia tak bisa bertanya karena perasaannya yang masih canggung sehingga ia pasrah dengan apa yang akan terjadi hari ini.
Tiba-tiba seoarang perias datang, merias wajahnya dalam beberapa waktu. Saat ia membuka matanya, ia sudah terkejut dengan penampilan wajahnya yang flawless dan rambut style side braid bun-nya. Setelah di make up, ia disuruh si perias memakai sebuah dress dengan style cocktail berwarna merah maroon yang panjangnya tak jauh diatas lutut, tak lupa ia memakai heels tinggi warna kulit.
Saat keluar dari ruang rias, ia berjalan dengan begitu anggunnya, membuat Kelvin yang menunggu
11 Januari... Seperti malam sebelumnya, malam itu Kelvin mencium lembut bibir Joana usai kemarin malam adalah malam pernikahan mereka. Kelvin tak bisa menahan hawa nafsunya pada istri sahnya yang kini sudah berada di ranjang yang sama dengannya. Ia mulai melepas helai demi helai pakaian yang digunakan oleh Joana, tangannya menggelitik halus menyetuh permukaan demi permukaan kulit istrinya yang kini sudah ia miliki seutuhnya, hingga sampai pada suatu hari... 10 Mei... "Huek... huek...." Joana memuntahkan semua isi perutnya di pagi hari, Kelvin yang hendak berangkat bekerja untuk memantau kondisi hotel miliknya ditengah kota langsung membelokkan langkahnya untuk mengecek ke dalam kamar mandi. Disana Joana terduduk lemas dengan wajah
Matahari mulai terik, namun teriknya tak semenyengat di pertengahan hari. Sepanjang perjalanan Joana dan Kelvin berpegangan tangan, bercerita tentang satu sama lain saling mengejek sehingga perjalanan tak terasa lama walau macet di pagi hari mulai memuncak karena para pengendara sedang berangkat kerja maupun sekolah.Setelah hampir setengah jam mengemudi, mereka telah sampai."Mau aku antar masuk?" tanya Kelvin saat Joana hendak keluar dari mobilnya."Nggak usah, nanti kalau ketauan abangku malah jadi ribut.""Yaudah.. nanti aku telpon ya?"Joana mengangguk. Ia keluar dari dalam mobil dan berjalan untuk membukapagarnya.
Setelah beberapa puluh menit Kelvin membawanya memutari jalan raya, kini ia duduk disebuah kursi empuk mengahadap cermin dengan banyak pertanyaan yang ia tanyakan pada Kelvin namun ia tak bisa bertanya karena perasaannya yang masih canggung sehingga ia pasrah dengan apa yang akan terjadi hari ini.Tiba-tiba seoarang perias datang, merias wajahnya dalam beberapa waktu. Saat ia membuka matanya, ia sudah terkejut dengan penampilan wajahnya yangflawlessdan rambutstyle side braid bun-nya. Setelah di make up, ia disuruh si perias memakai sebuah dress denganstyle cocktailberwarna merah maroon yang panjangnya tak jauh diatas lutut, tak lupa ia memakaiheelstinggi warna kulit.Saat keluar dari ruang rias, ia berjalan dengan begitu anggunnya, membuat Kelvin yang menunggu
Kelvin membelokkan mobil yang ia kendarai ke pom bensin terdekat di lajurnya. Karena macet, pom bensin tampak ramai orang beristirahat. Ia memarkir mobil di tempat kosong yang agak jauh dari toilet karena penuhnya parkiran dimana-mana."Berani nggak sendiri?" tanya Kelvin ketika cewek berkulit putih itu hendak keluar dari mobil."Beranilah emang gue anak TK nggak berani."Blak.Joana langsung menutup pintunya.Pandangan Kelvin mengikuti arah kepergian Joana yang berjalan kearah toilet di sebrang sana, agak jauh tapi masih terlihat.Antri, bau pesing.Itu kesan pertama bagi Joana sa
Berat.Itu yang ia rasakan beberapa hari ini sejak kecelakaan kecil menimpanya di malam saat bersama Kelvin. Sejak itu juga, hidupnya benar-benar berubah. Sakit hatinya karena cinta tak terbalas, terkalahkan oleh rasa bersalahnya pada kejadian yang menimpanya hingga menewaskan salah seorang orang tuanya.Ingin rasanya untuk bangkit, namun hati terlalu lelah. Luka terasa sangat dalam, seakan untuk bernafas saja butuh kekuatan. Mencoba tetap ceria, seakan tak terjadi apapun.. ah itu hanya kiasan. Tak ada yang percaya bahwa ia benar-benar sudah baik-baik saja. Oleh karena itu, semua hanya berpura-pura. Berpura-pura mengerti, berpura-pura telah melupakan semua kenangan pahit.Yes, people change but memories don't."Kenangan memang nggak bisa dirubah, tetapi kamu bisa merubah
Joana duduk di sofa ruang televisi rumahnya. Tangannya memencet-mencet tombol remote, memindah-mindah saluran televisi. Matanya fokus hampir tak berketip, namun perasaanya tidak sefokus matanya. Entah kenapa saat ini ia benar-benar sedih, ia rasa ia memang ingin putus dengan Stiven karena Stiven selalu menyakitinya dan faktanya di hati Stiven tidak ada dirinya sama sekali namun saat mengingat keputusan Stiven yang sudah disetujui oleh kedua orangtuanya, ia benar-benar merasa tertekan. Ingin menangis, namun tidak bisa.Untuk apa berjuang jika pada akhirnya tidak saling memiliki? Ayolah Joana, jangan terlalu bodoh untuk seseorang yang selama ini kamu nanti. Dia jelas memiliki seseorang yang lain didalam hatinya, dia tidak menginginkanmu."Pa," panggil Joana ketika Papanya lewat tepat didepannya. "Maafin Joana, Joana nggak bisa ngabulin pe