Share

Bab 3

Author: Lesya
Regina teringat pada Jaylene yang diam-diam kembali ke kelas saat pelajaran olahraga dan mencari sesuatu di mejaku. "Pasti ada alasan dia melakukan itu."

"Ya, tapi aku nggak bisa terpikir akan alasannya." Aku menyerahkan kertas itu kepada Regina. "Cuma hasil pemeriksaan fisik. Semuanya normal."

Aku tidak mengerti kenapa Jaylene mencari hasil pemeriksaan fisikku. Regina juga tampak bingung. "Apa dia takut kamu punya penyakit menular?"

Aku mengamati tubuhku sebelum membalas, "Aku nggak terlihat seperti orang yang punya penyakit kulit, 'kan? Kulitku sangat bagus kok."

"Ya iya, aku juga tahu itu." Regina mengerlingkan bola matanya.

Masalah ini aneh sekali. Beberapa hari lalu, aku sempat bertanya kepada ketua kelas, apa ada yang aneh dariku? Dia mengamatiku dengan heran, lalu memberitahuku aku terlihat normal.

Setidaknya, aku bukan orang aneh di mata ketua kelas. Aku mungkin bisa meminta bantuannya soal ini.

Setelah memikirkan ini, aku kembali ke kelas untuk mencarinya. Kebetulan, dia juga mencariku untuk mengobrol.

"Yvonne, kamu baik-baik saja, 'kan? Kamu nggak sedih karena masalah kedua teman sebangkumu, 'kan?" tanyanya.

Aku menyahut dengan gusar, "Aku bingung sekali. Mereka bersikap seolah-olah aku ini wabah penyakit."

Ketua kelas menghiburku, "Itu bukan salahmu. Guru bilang fengsui tempat duduk itu kurang bagus. Aroma bunga terlalu kuat, jadi membuat kesadaran mereka kurang bagus."

Aku tahu dia ingin membuatku tertawa. "Nggak apa-apa. Aku tahu hal ini ada kaitannya denganku. Kamu nggak usah menghiburku."

Ketua kelas bertanya, "Kalau begitu, apa kamu ingat sejak kapan sikap mereka tiba-tiba berubah?"

Aku mencoba mengingatnya. Sikap Whitney berubah sejak bunga sakura mekar. Itu berarti beberapa hari setelah semester baru dimulai. Sementara itu, Jaylene yang awalnya ramah dan aktif menjadi dingin dan panikan setelah jam makan siang.

Ketua kelas menangkap poin penting. "Saat bunga sakura mekar, apa kamu melakukan sesuatu?"

Aku merenung sejenak sebelum membalas, "Aku, Whitney, dan Regina cuma pergi ke hutan kecil di sekolah untuk lihat bunga sakura."

"Hutan kecil? Bukannya sekolah melarang murid ke sana? Ngapain kalian ke sana?" tanya ketua kelas dengan nada bicara menyalahkan.

Tidak berselang lama, ekspresi ketua kelas menjadi takut. Setelah menatapku dengan tatapan aneh, kedua kakinya gemetaran. Kemudian, dia berlari ke luar kelas.

Regina mencebik. "Sekolah melarang kita pergi karena ada banyak serangga di sana, 'kan? Masa laki-laki takut sampai seperti itu?"

Aku akhirnya tersadar. "Ternyata alasannya karena hutan kecil itu. Gimana kalau kita ke sana setelah pulang sekolah nanti?"

"Terserah kamu." Regina merentangkan tangannya.

Ketika aku kembali dari kantin, kelas masih kosong melompong. Aku berdiri di depan pintu, melihat ketua kelas mencari sesuatu di mejaku.

Matanya merah. Dahinya berkeringat. Dia akhirnya menemukan selembar kertas. Begitu melihatnya, dia bak disambar petir.

Ketika mendongak dan melihatku, kedua kakinya pun melemas. Dia sontak berteriak ketakutan.

Aku terkejut mendengar teriakan itu. "Ngapain teriak-teriak? Guru suruh aku tanya kamu soal pemindahan tempat duduk."

"Kamu tanya guru saja. Aku nggak tahu!"

Aku khawatir ketua kelas jatuh pingsan karena terlalu panik. Pada akhirnya, aku ke ruang guru dan mencari wali kelas.

"Bu, aku benaran nggak tahu alasannya."

"Ini bukan salahmu. Pelajaran SMA terlalu sulit. Mungkin mereka stres," hiburnya. Meskipun begitu, dia tetap mengajariku cara untuk bergaul dan menyuruhku mengalah kepada teman.

"Begini saja, Bu. Lagian, nggak ada yang mau duduk sama aku. Regina sahabatku. Gimana kalau dia saja yang pindah?" Setidaknya, Regina tidak membenciku.

Tangan wali kelas yang mengetuk meja tiba-tiba membeku. Kemudian, dia menoleh dan menatapku dengan heran. "Regina? Siapa dia? Apa ada murid bernama Regina di kelas kita?"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sosok Teman Khayalan   Bab 8

    Dengan demikian, aku dan ketua kelas mencari tahu keberadaan wanita gila itu. Kami mendapat informasi bahwa dia dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa.Kami memberanikan diri untuk datang, tetapi pihak rumah sakit malah memberi tahu kami bahwa wanita gila itu telah dibawa pulang oleh keluarganya karena tak kunjung membaik, bahkan mengidap penyakit parah.Aku dan ketua kelas bertatapan. "Sepertinya aku sudah tahu alasan Regina muncul. Dia benar-benar ingin memperingatkanku."Setelah kembali ke sekolah, kami langsung mencari guru tua itu untuk melaporkan bahwa wanita gila itu sudah dibawa pulang oleh keluarganya."Dulu dia selalu datang ke sekolah. Seharusnya rumahnya nggak jauh dari sini. Dia mungkin merasa kita yang membuatnya dikurung di rumah sakit jiwa dan ingin membalas dendam?"Dunia orang dengan gangguan jiwa selalu gila. Pikiran mereka berbeda dengan manusia normal.Setelah mempertimbangkan secara menyeluruh, guru tua itu berkata, "Aku akan memperingatkan mereka tentang ini. Aku ngga

  • Sosok Teman Khayalan   Bab 7

    "Bertahun-tahun lalu, terjadi insiden kematian yang sangat mengerikan di sekolah. Saat itu, penjagaan di sekolah kurang ketat. Banyak orang tua membawa cucu mereka ke lapangan untuk bermain bola, juga banyak pemulung yang mencari nafkah di sini. Suatu hari, muncul seorang wanita gila."Guru tua itu mendorong kacamatanya, lalu menghela napas. "Awalnya, wanita itu cuma memeluk beberapa botol dan duduk di sudut melihat anak-anak di lapangan. Kadang, dia juga membawa beberapa sayuran dan roti. Pakaiannya juga bersih. Makanya, semua orang mengira ada yang mengurus wanita itu.""Saat itu, cuma aku yang merasa aneh. Aku melaporkan masalah ini kepada atasan, tapi atasan nggak menganggap masalah ini serius. Suatu hari, tiba-tiba wanita itu mengeluarkan pisau buah dari tumpukan daun busuk yang dipeluknya ...."Wanita itu berlari dan menahan anak-anak di lapangan. Dia menikam mereka dengan sadis hingga organ dalam mereka keluar. Yang paling menjijikkan adalah dia memakan organ dalam itu.Beberapa

  • Sosok Teman Khayalan   Bab 6

    Pelajaran masih belum berakhir.Setelah pelajaran olahraga berakhir, awan senja sudah hilang. Aku berdiri di lapangan dan bermain bersama teman.Tiba-tiba, terdengar teriakan panik seseorang. Aku bisa mendengar suara detak jantungku yang menggebu-gebu. Aku mengikuti kerumunan berlari.Ketika aku tiba di depan pintu ruang kelas, ternyata pintu terkunci. Di belakangku, rasa takut akan kematian perlahan-lahan mendekatiku, membuatku merasa seperti tercekik.Adegan berubah. Aku melihat Regina berdiri di ujung koridor sambil tertawa kepadaku. Tiba-tiba, kepalanya terlepas dari lehernya dan terjatuh dari pagar pembatas. Sementara itu, terlihat wajah tersenyum dalam kegelapan di belakangnya.Aku sontak terbangun. Sekujur tubuhku basah karena keringat. Aku menarik napas dalam-dalam, seolah-olah baru selamat dari kematian.Untuk beberapa hari selanjutnya, aku terus memimpikan hal yang sama. Hal ini membuatku terlihat makin lesu. Semua obat penenang tidak berefek padaku.Ternyata, masalah tidak b

  • Sosok Teman Khayalan   Bab 5

    Wali kelas curiga aku punya masalah kejiwaan dan menyuruh ketua kelas mengobrol denganku. Meskipun merasa enggan, dia tetap duduk di sampingku.Sebelum dia bersuara, aku sudah berkata, "Regina nggak pernah ada di dunia ini. Hari itu kamu tiba-tiba ketakutan bukan karena aku mengungkit tentang hutan kecil, tapi karena aku menyebut nama Regina, 'kan?"Ketua kelas terbelalak. Beberapa saat kemudian, dia menelan ludah dan menyahut, "Nggak juga. Sebenarnya Whitney pernah bilang kamu selalu bicara dengan udara, makan bersama udara, dan pulang bersama udara, bahkan memanggil udara Regina. Tapi, ini bukan yang paling menakutkan."Ketua kelas melirik ke kiri dan kanan. Tubuhnya agak bergetar. Kemudian, dia bertanya dengan hati-hati, "Apa Regina ada di sini?"Aku menggeleng. "Nggak ada. Dia sudah hilang sejak kemarin."Aku ingin sekali tahu alasan dia menghilang.Ketua kelas menghela napas lega. "Awalnya kukira ada masalah dengan otakmu. Tapi, saat kita bicara di koridor hari itu dan ada sinar m

  • Sosok Teman Khayalan   Bab 4

    Aku pun termangu. Aku mendongak dan bertanya dengan tidak percaya, "Bu, kamu bercanda ya? Regina yang duduk di baris terakhir dekat jendela. Yang nilai bahasanya paling bagus."Wali kelas tertegun. Pada akhirnya, dia menyentuh jidatku untuk memeriksa suhu tubuhku. "Kamu nggak demam. Tapi, baris terakhir kosong. Masa kamu lupa?"Aku tidak bisa bereaksi. Dari ekspresi serius wali kelas, aku tahu dia tidak bercanda. Aku langsung berlari ke kelasku.Dulu, aku cuma tahu Regina adalah sahabatku. Aku selalu mencarinya setelah pelajaran berakhir. Namun, setelah aku berdiri di baris terakhir, aku baru menyadari tidak ada buku apa pun di meja ini.Meja yang kosong melompong membuktikan bahwa tidak ada yang duduk di sini. Namun, aku sulit memercayai kenyataan ini."Apa aku punya kepribadian ganda?" Aku akhirnya mengerti kenapa teman-temanku mencari hasil pemeriksaan fisikku. Mereka mengira aku gila!Namun, hasil tes membuktikan bahwa aku normal dan tidak ada masalah kejiwaan. Fenomena aneh ini be

  • Sosok Teman Khayalan   Bab 3

    Regina teringat pada Jaylene yang diam-diam kembali ke kelas saat pelajaran olahraga dan mencari sesuatu di mejaku. "Pasti ada alasan dia melakukan itu.""Ya, tapi aku nggak bisa terpikir akan alasannya." Aku menyerahkan kertas itu kepada Regina. "Cuma hasil pemeriksaan fisik. Semuanya normal."Aku tidak mengerti kenapa Jaylene mencari hasil pemeriksaan fisikku. Regina juga tampak bingung. "Apa dia takut kamu punya penyakit menular?"Aku mengamati tubuhku sebelum membalas, "Aku nggak terlihat seperti orang yang punya penyakit kulit, 'kan? Kulitku sangat bagus kok.""Ya iya, aku juga tahu itu." Regina mengerlingkan bola matanya.Masalah ini aneh sekali. Beberapa hari lalu, aku sempat bertanya kepada ketua kelas, apa ada yang aneh dariku? Dia mengamatiku dengan heran, lalu memberitahuku aku terlihat normal.Setidaknya, aku bukan orang aneh di mata ketua kelas. Aku mungkin bisa meminta bantuannya soal ini.Setelah memikirkan ini, aku kembali ke kelas untuk mencarinya. Kebetulan, dia juga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status