Ketika Malvic membuka kedua matanya, dia mendapati bahwa saat ini ia tengah berada di atas sebuah ranjang dengan berbagai peralatan medis yang melekat di tubuhnya serta aroma obat- obatan yang menyengat hidung, memenuhi seluruh ruangan tersebut.
Malvic mengerang mencoba bangun dari tempat tidur sembari memegang kepalanya yang masih terasa sedikit pusing namun, usaha tersebut di hentikan oleh perasaan sakit yang datang dari sekujur tubuhnya yang seakan- akan membuat berbagai tendon otot nya robek.
"Akhh... " erang Malvic yang kembali ke posisi semula.
Namun saat malvic masih berusaha mencoba menahan rasa sakit tersebut. Sebuah suara yang tak asing di telinganya kembali terdengar
"Malvic syukurlah kau sudah bangun"
malvic menolehkan kepalanya dan melihat Zea yang berada di ambang pintu membawa sebuket buah, dan segera berlari ke arah malvic kemudian memeluknya dengan sangat erat.
"Akhh! Hentikan, sakit, Jika kau terus memelukku seperti ini aku menjamin bahwa aku tidak akan bisa bangun lagi untuk selamanya!" Teriak Malvic dengan sekencang kencang nya
Zea yang tersadar kemudian segera melepaskan pelukan nya, memasang sebuah senyuman yang menawan di wajah kecilnya.
"Malvic, apakah kau lapar? kebetulan aku membawakan mu buah, tunggu sebentar aku akan mengelupaskan nya untukmu"
Malvic sendiri bukan lah orang yang bodoh, melihat tingkah Zea yang tidak seperti biasanya dan cenderung mengalihkan beberapa topik, ingatan malvic kembali berputar ulang.
"Zea, dimana Ibuku?" Ujar Malvic yang memasang ekspresi cemas memandang Zea dengan penuh keseriusan
Mendengar pertanyaan Malvic, Zea terguncang, tak tahu harus darimana dia menjelaskan semua yang telah terjadi.
"Malvic, sebaiknya kau tenang dan dengarkan penjelasanku baik baik"
"Dimana ibuku?" Desak malvic
Sebelum Zea bisa menjawab, Malvic sudah melepaskan berbagai peralatan medis yang bersarang di anggota tubuh nya, rasa sakit yang datang tak membuat ia goyah, dengan menahan rasa sakit tersebut, Malvic segera turun dari ranjang rumah sakit.
'Gedebuk... '
Suara malvic yang terjatuh terkapar di lantai rumah sakit
"Lihat kondisimu malvic, sudah kubilang dengarkan dulu!" Ucap Zea dengan cemas lalu mencoba mengangkat tubuh Malvic
Namun Malvic tetap keras kepala menampar uluran tangan Zea ia segera mencoba bangkit kembali
"Tidak! aku harus segera menolong ibu"
'Plak!! ' Suara tamparan yang keras menggema di seluruh ruangan
"Malvic, sudah cukup! sadarlah! lihat kondisimu yang menyedihkan ini, jangankan menolong ibumu, membawa tubuhmu sampai ke tkp saja kau takkan bisa!" Balas Zea tengan suara melengking nya yang khas
Sementara Malvic ia masih tertegun sembari memegangi pipinya yang kini telah memerah akibat tamparan Zea
Tanpa mereka sadari drama yang terjadi di antara Zea dan Malvic saat ini sedang di saksikan oleh seorang Wanita dengan setelan kemeja hitam yang melekat sempurna di tubuhnya, Wanita itu bersandar di ambang kusen pintu, kemudian terbatuk pelan menghentikan drama yang terjadi di antara Malvic dan Zea
"Ekhem, Anak-anak apakah perdebatan kalian sudah selesai" Ujarnya
Zea yang mendengar suara itu segera menoleh kemudian ia bangkit dari atas tubuh Malvic yang masih di tungganginya dan dengan malu malu menundukkan kepala sembari menggoyangkan rambutnya yang di kucir dengan ekor kuda.
Melihat raut wajah Zea yang tak bisa di sembunyikan dari wajah imutnya Wanita itu segera menghampiri mereka kemudan mengangkat kembali tubuh Malvic ke atas tempat tidur
Saat semua kondisi dan segala kecanggungan kembali menjadi normal, Wanita itu mulai menatap Zea yang berada di samping ranjang berdiri secara berlawanan dengan dirinya, kemudian wanita itu mengalihkan tatapannya kembali tertuju kepada Malvic yang masih tertunduk dengan wajah yang lemas.
"Pertama kau bisa menyebutku dengan sebutan Kak Diana, Aku dikirim kesini oleh S.A.I ntuk mengatakan beberapa hal buruk dan baik kepadamu Malvic, apakah kau sudah siap mendengar nya?" Tanya Diana One Poin yang tak sengaja memecah kecanggungan di antara mereka.
Zea yang mendengarkan ucapan Diana segera mengerutkan kening karena ia tau lebih baik dari siapapun apa itu S.A.I sebuah organisasi di bawah naungan Negara yang mengurus berbagai konflik yang terjadi, terutama konflik yang melibatkan Soul Kontraktor, dan kebetulan Ayah Zea juga merupakan kapten devisi pertama dari organisasi ini, jadi dia berani menebak tujuan khusus dari kunjungan Diana kali ini.
"Mungkin kita mulai dari kabar buruknya" Ucap Diana sembari menghela nafas panjang dengan sigap menunjukkan keprofesionalan nya dan kemudian melanjutkan
"Kabar buruk nya adalah, hidup dan mati ibumu belum bisa di identifikasi, saat pihak kami sudah sampai di TKP, kami hanya melihat reruntuhan yang menghilang kan semua jejak menjadi abu, bahkan bangunan di sekitar pun menjadi abu, dan untungnya tidak menelan korban jiwa"
Malvic yang sudah siap secara mental sedari tadi, ia tak bisa menahan gejolak rasa sakit di hatinya karena tak berhasil menyelamatkan sang Ibu, Malvic mengepalkan kedua tangan- nya dengan erat sampai membuat telapak tangan nya berdarah karena tertembus jari kuku.
Diana menepuk pundak Malvic yang berada di hadapannya kemudian kembali melanjutkan
"Bersabarlah nak, dengarkan beberapa hal baik ini, yang pertama kabar yang paling kau tunggu-tunggu, saat kami menyelidiki tkp lebih lanjut, kami menemukan sedikit petunjuk yang terletak di luar lokasi ledakan"
Diana merogoh sakunya melemparkan sebuah Token merah dengan ukiran berbentuk elang di dalamnya.
"Token tersebut biasanya digunakan oleh para tentara bayaran yang menyebut diri mereka sebagai Wings Of Desire belakangan ini organisasi tersebut membuat kami pusing, selain itu menurut informasi dari pusat, WOD cenderung menggunakan warna token di dalam Organisasi sebagai tingkat jabatan dan kekuatan mereka, dari putih yang terlemah hingga hitam, namun informasi organisasi tersebut yang tersedia sekarang masihlah sangat minim"
Melihat Malvic yang perlahan mengambil ketenangan nya Diana mengangguk dengan puas
"Dan dua hal terakhir, pertama baca dokumen ini kemudian yang terakhir, bisa dibilang insiden ini adalah berkah dari sebuah bencana, Selamat Mavic kau telah menjadi seorang Soul Kontraktor type Special dan semoga kamu bisa berjasa bagi Negara" Tambah Diana yang kembali menyerah kan beberapa dokumen kepada Malvic
Dokumen pertama berisikan data sertifikat Malvic sebagai seorang Soul kontraktor.
Jangan pernah meremehkan pemerintah di era sekarang, mereka akan selalu tanggap bahkan turun tangan secara langsung untuk memperoses beberapa Soul Kontraktor, bahkan jika kemampuan mereka tidak berguna seorang soul kontraktor tetaplah sebuah penyangga bagi sebuah negara, apalagi seperti Malvic yang bertype special.
Biasanya mereka melakukan beberapa pengecekan menggunakan berbagai peralatan canggih kepada Seorang Soul Kontraktor untuk mendefinisikan tingkatkan dan bakat awal mereka.
Melihat data dirinya sendiri, Malvic dipenuhi dengan tekad yang kuat
Nama: Malvic
Umur: 16 Tahun
Soul Rank: S (masih dalam tahap lebih lanjut)
Soul Type: (special)
Elemen: -
Soul energy : Lvl. 19 (Soul Controller)
'Aku harus segera menjadi lebih kuat' Desak Malvic di kedalam hatinya sembari mengingat beberapa kenangan bahagia bersama sang Ibu tercinta.
Membuka kelopak matanya yang terasa berat, Malvic melihat latar putih yang familiar, Bau obat yang menyengat memastikan bahwa tempat yang di tempatinya sekarang adalah Rumah Sakit.'Apa aku selamat? 'Ingatan terakhir yang ia ingat adalah Windi yang menyerang Banteng Merah secara langsung, kemudian, Ia tak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.'Sepertinya aku tidak jadi menyusul mu Instruktur'Mengerang perlahan ia melihat sekeliling, di bilik yang terlihat mewah ini sama sekali tidak ada kehadiran satu orang pun kecuali dirinya, hanya sebuket Bunga dan bunga yang berada di samping nya. Merasakan tubuhnya yang baik-baik saja dan bahkan sedikit lebih energik, Malvic memilih bangun mengambil buah di samping nya dan mulai memakan nya karena perutnya sudah lama protes.Saat dia telah menyelesaikan sarapan nya, ia melihat knop pintu yang perlahan di buka, menampilkan kedua orang yang s
Banteng merah benar-benar merasa tertekan, dirinya yang telah Berkultivasi menghirup esensi surga dan bumi di lecehkan oleh manusia yang dia anggap kecil.Dengan emosi yang memenuhi fikiran nya Banteng merah hendak mengeluarkan kemampuan terkuat nya, otot-otot di sekujur tubuhnya membekak seketika, api yang besar berkobar dari setiap inci nya, bulu merah yang perlahan berdiri seperti duri.Dengan otot kaki yang terlihat mulai membengkak mengeluarkan semburan asap yang menyelimuti kakinya, banteng merah siap melancarkan serangan nya.Ketika ia hendak menghentakkan kakinya, sekelabat bayangan hitam muncul di depan nya membuat Banteng merah sedikit Terpana.Muncul secara tak terduga di hadapan Banteng merah, merupakan langkah dengan resiko besar yang Windi ambil saat ini.Merasakan tatapan tajam dari kerumunan Soul Beast di sekitarnya, Windi tak punya b
Dengan ekspresi kepanikan di wajahnya, Malvic tak peduli lagi, langsung mengerahkan segenap kekuatan nya untuk menahan serangan Banteng Merah di depan nya. Booommmm.... Benturan hebat yang membuat tubuh Malvic terguncang, kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh dari atas sana. Jika ia terjatuh atau melepaskan sedikit saja pegangan nya, hal buruk seperti tembok yang jebol akan menjadi konsekuensi nya. Jika bukan karena huruf harapan tadi, kejadian seperti ini tak mungkin terjadi. Sekarang Soul Energy di dalam tubuhnya hampir kosong, karena kepanikan sejak tubrukan dengan banteng merah barusan ia mengerahkan segala yang dia bisa, hingga lupa untuk mengehemat Soul Energy. Satu menit sebelum bala bantuan datang! Bagi Malvic sekarang terasa seperti Berjam jam lamanya. Soul Energy nya hampir habis, untuk menahan serangan sel
1 menit, 30 detik, sebelum bantuan dari pusat tiba.....Sementara itu, disisi Malvic sendiri tak tahu menahu tentang huru hara yang akan menimpanya, saat ini ia masih berfokus menahan gempuran ratusan Soul Beast, yang membuat nya sangat tertekan adalah di antara kerumunan ini ada Soul Beast yang terlihat seperti banteng, dengan bulu merah nya yang tumbuh di setiap lekukan otot nya, Soul Beast tersebut berlari dengan liat menuju ke arah Gerbang yang sedang Malvic pertahankan saat ini.Soul Beast yang terlihat gagah dan pemberani ini memiliki sebutan yang unik yaitu "Banteng Merah Perjuangan", dengan tubuh sebesar Mobil Kontainer bisa dipastikan Soul Beast ini berada di tingkat menengah. Soul Beast tingkah menengah dengan Spesifikasi fisik yang bahkan melebihi pahlawan super di TV. Hingga membuat Malvic sangat berhati-hati, lagipula setelah suntikan serum tadi efek samping nya sudah mulai ia rasakan.Duar......
Berjongkok di atas gerbang, memandangi kerumunan Soul Beast di bawahnya, membuat Malvic merasakan dengan jelas arti satu kalimat "menari dengan kematian".Setiap Benturan Yang di hasilkan oleh para Soul Beast membuat gerbang terguncang, Tanah bergetar, dan bahkan soul energi di dalam tubuhnya terkuras dengan kecepatan yang sama sekali tak pernah ia fikirkan.'Mungkin jika terus seperti ini, sangat sulit mempertahankan dinding ini selama sepuluh menit' fikirnyaKetika ia menoleh ke belakang sebentar, ia melihat banyak kerumunan di sana, dari para Soul Kontraktor maupun orang biasa memiliki reaksi berbeda, ada yang cemas, ada yang mengagumkan giginya sembari mengharapkan keajaiban dan masih banyak lagi.Melihat mereka yang percaya padanya saat ini, Tanpa ia sadari hati kecilnya tergerak. Menegaskan keraguan nya, dengan sorot mata yang tajam ia kembali fokus mempertahankan tanggung-jaw
Di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam instrumen penelitian, seseorang lelaki yang masih muda terlihat terikat di sebuah kursi dengan setengah terlentang, Rambut putih nya terurai panjang, berbaring di sana dengan badan setengah telanjang, memperlihatkan garis garis otot nya yang terlihat meledak ledak dipenuhi kekuatan.Membuka mata hitam nya dengan ringan Pria itu menghela nafas sebentar sebelum mulai melepaskan ikatan berbagai instrumen yang membelenggu tubuhnya, saat sosok tersebut mulai sibuk dengan apa yang ia lakukan terdengar langkah kaki menghampiri pemuda itu"Hei nak, Selamat, namun sepertinya kita tak sempat merayakan nya"Suara Serak dan berat terdengar seperti kejutan di telinga pemuda itu membawanya kembali ke kenyataanMerasakan Tanah di bawah kakinya yang mulai bergetar pemuda itu segera berdiri kemudian menghilang meninggalkan ruangan bahkan tanpa menjawab Ora