Kai merasa sedikit ngilu saat penempaan otot serta tulang pada tubuh barunya. Kini Kai merasakan tubuhnya sedikit lebih berisi dan bertenaga. Tak terasa, Kai kini sudah tiba di depan rumahnya dan langsung masuk ke dalam. Kai tak merasa asing lagi dengan keadaan di dalam rumah, sebab ia kini memiliki memori Bai Han. "Han'er kau sudah pulang? Nenek menunggumu dari tadi, mari sini ikut makan." Bai Hua tampak duduk di meja makan bersama dengan Bai Xia. Kai yang juga sudah merasa lapar langsung duduk dan menyantap makan malamnya bersama keluarga barunya. Saat tengah asik menyantap makan malam, Bai Xia tak sengaja melihat lengan kiri Kai yang mengeluarkan darah. "Han gege, tanganmu kenapa?" Melihat hal itu, Bai Hua langsung menghampiri Kai. "Ini pasti ulah anak-anak nakal itu, mereka masih saja mengganggumu." Bai Hua kemudian mengobati lengan Kai setelah mengambil obat-obatan serta perban dari dalam kamar. Ia mengobati lengan Kai dengan tatapan sendu, terlihat raut wajah kesedihan yang
Kepergian keluarga Bai Hua disaksikan hampir seluruh warga desa, ada yang menyayangkan keputusan yang diambil, serta ada yang sedih melihat salah satu keluarga yang sangat baik terhadap warga desa, kini pergi meninggalkan desa. Kai tampak menunggu dan memperhatikan dari jarak yang cukup jauh saat Bai Hua berpamitan kepada penduduk desa, ia mencoba memberi pengertian kepada warga desa mengenai keputusannya. Kepala Desa tampak bernafas lega saat melihat orang yang baru saja ia takuti, pergi meninggalkan desa. Nenek Hua meneteskan air matanya dan mulai berjalan meninggalkan desa. Bagaimanapun masalahnya, sudah pasti ia sedih meninggalkan desa yang ia tempati dari kecil, begitupula dengan Bai Xia, ia merasa sedih harus meninggalkan teman-teman sebayanya. Namun mereka berdua sadar bahwa tak ada lagi alasan untuk tetap tinggal di sana, setelah berurusan dengan kepala desa. Kai berjalan memimpin di depan, ia menuju desa lainnya yang tak jauh dari desa tempat mereka tinggal sebelumnya. Ing
Kai bersama dengan keluarga Hua melanjutkan perjalanan mereka untuk mencari tempat tinggal yang baru pada keesokan harinya. "Han'er, kemana kita akan pergi? Jika ingin membeli rumah baru, kita pasti membutuhkan uang, sedangkan kita tidak membawa uang yang cukup untuk itu." Kai menoleh ke arah nenek Hua saat ia sedang memimpin jalan. "Aku sudah punya solusi untuk itu Nek, sekarang kita kesana terlebih dahulu." Kai menunjuk sebuah desa yang sudah terlihat dari posisi mereka saat ini. Nenek Hua serta Bai Xia yang tak tahu menahu mengenai rencana yang akan dilakukan oleh Kai hanya bisa mengikutinya saja. Kai beserta keluarga Hua berjalan memasuki gerbang desa yang bertuliskan 'Selamat Datang Di Desa Guangzhou'. Nenek Hua serta Bai Xia tampak ragu saat melihat kondisi desa yang sangat sepi sertab rumah-rumah kosong yang terlihat sudah lama tak ditinggali. Begitu juga dengan Kai, menurut ingatan milik Bai Han, desa tersebut dulunya cukup ramaid masih terlihat aktifitas warga seperti b
Hiya! Hiya! Langkah kaki kuda berderap menggetarkan tanah di Desa Guangzhou. Belasan kuda beserta penunggangnya memasuki gerbang desa. Dua belas pendekar berkuda turun dari kudanya dan mengeluarkan aura mencekam. Kepala Desa langsung berlari ke arah pemimpin pasukan itu dan berlutut. "Tu-tuan Zhang maafkan aku yang tidak menyambut kehadiranmu." Zhang menatap sang kepala desa dengan jijik lalu menendang dadanya. "Aku muak dengan sikap basa-basimu!" Zhang lalu memerintahkan para bawahannya, "Kalian semua! Cepat kumpulkan uang-uang itu!" Para warga terlihat sudah berlutut di depan rumahnya masing-masing sambil membawa kantung uang di tangannya. Hari itu adalah hari di mana pembayaran upeti kepada penguasa daerah. Ketakutan jelas terlihat di wajah setiap warga desa.Mereka tak menyangka kelompok yang dipimpin oleh Zhang akan datang di pagi buta. Jelas mereka tersentak dalam tidurnya saat mendengar derap langkah kuda yang meneror setiap bulannya. Para bawahan Zhang bergegas menuju r
Bau amis darah mulai mengisi udara. Belasan mayat dari pasukan berkuda tergeletak di tanah dengan kondisi mengenaskan, sebagian mayat terbelah menjadi dua bagian. Teknik berpedang yang digunakan Liu Kai memiliki kualitas tingkat tinggi, jejak sayatan pedang serta luka yang diterima para pasukan berkuda sangat rapi dan menembus titik vital, membuat darah yang keluar dari setiap tubuh musuh menggenang dengan volume yang besar. Para penduduk desa tidak bisa membantu diri mereka sendiri dari keterkejutannya, wajah mereka mengeluarkan ekspresi ketakutan dan ngeri, baik pada Liu Kai maupun melihat mayat dengan kondisi yang mengerikan. Kepala Desa terdiam cukup lama, ia masih merasa tidak percaya dengan apa yang ia saksikan sebelumnya. Liu Kai dengan mudahnya membantai pasukan berkuda tanpa kesulitan yang berarti. Orang-orang yang mereka takuti selama bertahun-tahun kini tewas mengenaskan seolah-olah mereka tidak ada apa-apanya di hadapan Liu Kai. "A-aku ti-tidak tahu jika anda adalah seo
keesokan harinya, Kai terbangun dan melihat Bai Xia tertidur di sisi tempat tidurnya. Wajahnya yang imut dan mungil membuat Kai tersenyum, ia merasa bersyukur memiliki wanita yang sangat memperhatikannya, meski perhatian tersebut sejatinya bukanlah untuknya melainkan tubuh Bai Han yang digunakannya. Kai mengangkat tubuh Bai Xia dengan lembut dan merebahkannya ke atas kasur sebelum ia pergi ke kamar kecil. "Kau sudah bangun? Bagaimana keadaan lukamu?" Nenek Hua yang berdiri di sudut dapur menyapa Liu Kai sambil menyiapkan sarapan. Kai tersenyum simpul menanggapi pertanyaan Nenek Hua. "Aku baik-baik saja Nek, apa yang kau masak?" "Aku sedang menyiapkan sup untukmu, agar lukamu cepat pulih dan tubuhmu lebih bertenaga, mandilah terlebih dahulu, aku sebentar lagi siap, jangan basahi lukamu." Sebuah perhatian dari keluarga yang sangat dirindukan oleh Kai membuat hatinya menghangat, ia mengangguk dengan senyuman dan berjalan menuju kamar kecil. Tak lupa Kai mematikan Sistem sebelum ia m
Kai memulai perjalanannya ke Selatan dengan berjalan kaki, sembari mengobrol dengan Wigen. "Wigen, bisa kau ceritakan apa yang kau tahu mengenai masalah yang dihadapi dunia ini." "Tidak ada detail yang pasti mengenai hal itu, namun ada beberapa informasi yang bisa aku bagikan padamu. "Dunia ini memiliki ribuan pulau serta ratusan negara besar dan daerah yang memiliki kekuatan paling besar serta wilayah paling luas yaitu Kekaisaran Ming. Tempat kita berada saat ini merupakan salah satu provinsi dari wilayah Kekaisaran Ming, Provinsi Jiang. "Kerajaan Shandong merupakan Kerajaan yang memimpin wilayah Jiang dan seperti yang kau ketahui Roh-roh jahat yang melarikan diri dari Dunia Bawah sudah menempati setiap titik dan posisi penting di provinsi ini. "Sekte aliran hitam menjadi titik fokus utama para roh jahat untuk mengambil alih kerajaan dan provinsi ini. Penduduk serta Sekte aliran putih terpaksa mengasingkan diri untuk menjauh dari daerah kekuasaan sekte aliran hitam yang dikuasai
Entah sudah berapa lama Kai terus berlari dari kejaran Monster Beast berbentuk banteng berkepala singa, tubuhnya yang lemah membuatnya hampir mencapai batas. Akibat kelelahan yang berlebihan, kecepatan larinya melambat, membuat monster itu akhirnya berhasil menyusul Kai. "Wigen... Aku sudah tidak sanggup lagi berlari dengan tubuh ini, aku bahkan tidak pernah berfikir akan gagal dalam misi sesaat setelah aku memulainya." Berlari di antara pepohonan tidak lagi efektif untuk menghalau monster, membuat Kai tidak memiliki pilihan lain. "Maafkan aku, aku sungguh tidak bisa berbuat apa-apa mengenai hal ini..." Wigen yang tak tahu harus berbuat apa juga pasrah dengan keadaan. BAM!! Tubuh Kai terpental jauh dan menghantam tanah dengan kerasnya. Hantaman tanduk dari monster tersebut tak dapat lagi dihindari oleh Kai. Kai mencoba berdiri kembali, namun tubuhnya seakan mati rasa hingga ia tak dapat menggerakkannya lagi. Tanpa memberikan Kai celah untuk kembali melarikan diri, monster tersebut