Share

Bab4

Author: Author Rina
last update Last Updated: 2022-09-16 11:41:33

Bab 4 Bodo Jangan Kebangetan

"Sayang, aku gak pengecut, aku cuma cari waktu yang tepat, makanya tadi aku bilang kalau yang terjadi antara kita hanya prang." 

Mataku membulat mendengar penuturan Mas Raka barusan. 

"Apa Mas! Jadi prang itu betulan, kalian betul- betul ada hubungan hah!" ujarku dengan emosi meledak- ledak, membuat dua orang kakak beradik pendusta itu menoleh ke arahku.

"Han- Hani, sejak kapan kamu di situ?" tanya Mas Raka. Dari suaranya terdengar gugup.

"Kamu tak perlu tahu sejak kapan aku di situ Mas, yang jelas aku sudah tahu semua tentang kalian. Pendusta, pembohong, penzina, menjijkkan kalian!" ujarku penuh emosi. 

Napasku memburu, dadaku bergelombang, ada yang panas di dalam sini.

"Dasar kamu saja yang bod*h, mau saja di kebuli, makanya punya otak di pakai, jangan buat pajangan," ujar Widya ketus.

Bocah songong ini sepertinya mulutnya perlu di cabein biar kapok.

Ku remas tanganku lalu ku kepal erat melihatnya," dasar bocah songong, apa tanparanku tadi kurang keras hah!" 

"Sudahlah! Ini sudah malam, gak enak di dengar tetangga," ujar Mas Raka dengan nada membujuk. Entah aku atau Widya yang di bujuk.

"Sekarang kesempatan kamu Mas, saatnya kamu jujur sama istrimu, katakan semuanya! Aku juga sudah capek seperti ini," kata Widya.

"Widya, ini sudah malam, kita bicarakan besok pagi saja ya," bujuk Mas Raka.

"Lebih cepat wanita tua ini tahu hubungan kita lebih baik Mas, gak perlu susah - susah kita jelaskan," ketus Widya.

"Kurang ajar kamu ya! Kamu tahu aku tahu tua harusnya ada sopan santunnya dikit, gak punya adab kamu! Dasar pelac*r," makiku yang membuat wajah Widya merah padam menahan emosi.

Napas Widya turun naik, tanganya mengepal, matanya membulat menatapku.

"Selamat anda- anda kena prank," ujarku sambil teriak kegirangan. Senang sekali rasanya bisa membalas prank mereka dan tak terkena prank kedua kalinya.

Aku lihat Mas Raka dan Widya saling berpandangan, mungkin kebingungan.

"Hebat kan aku, kalian gak bisa ngeprank aku untuk kedua kalinya," ujarku masih dengan nada girang. 

"Sapa bilang ini prang, ini serius, aku dan Abangku memang ada hubungan." 

Aku ngakak mendengarnya," sudahlah Widya, aku gak akan ketipu untuk kedua kali," ujarku sambil melibas tanganku.

"Aku pergi dulu ngantuk," ucap Widya lalu berlalu begitu saja hingga menyenggol pundakku. Sepertinya dia kesal karena gagal mengeprankku lagi.

"Mas, Mas!" panggilku saat melihat Mas Raka terdiam menatap Widya.

"Iya Sayang," jawabnya sambil tersenyum.

"Aku cerdikkan, gak bisa kamu bohongin kedua kalinya," ujarku sambil tersenyum bangga.

"Iya Sayang, kamu hebat," kata Mas Raka sambil mencolek hidungku.

"Tidur yok Mas! Masih ngantuk," kataku sambil bergelayut manja di lengan Mas Raka menuju ke peraduan kami untuk menyambung mimpi indah yang sempat terputus tadi.

***

"Gimana aku hebat kan?" kataku pada Tary sahabatku setelah menceritakan bagaimana cerdiknya aku ngeprank balik Mas Raka dan Widya sebelum aku kena prank kedua.

"Lo kenapa?" tanyaku saat Tary bukanya menjawab pertanyaanku malah menatapku tak berkedip.

"Hani, hani," kata Tary sambil menggeleng cepat lalu meminum jus buah pesanannya.

"Kenapa sih?" tanyaku tak mengerti dan merasa aneh dengan sikap Tary yang bukannya memuji kecerdikanku malah hanya geleng- geleng kepala.

"Lo tu makanya kalau punya otak taruh di kepala jangan di dengkul biar gak bego," ujar Tary ketus.

Dasar sahabat gak ada aklak.

"Gak ada aklak ni teman," ujarku sewot. Entah apa dosaku punya teman seperti ini, bukannya bahagia temannya yang cantik ini jadi pinter malah di begok- begokin.

"Biarin Gue gak ada aklak tapi otak Gue masih di kepala bukan di dengkul kek Elo, kesel Gue," kata Tary.

Yah kok dia yang kesel sih, kan Gue yang di begok- begokin? 

"Kok Elo yang kesel? Hai kutu kupret harusnya itu Gue yang kesel dari tadi lo begok- begokin," ujarku sedikit kesal. Kalau gak ingat dia temanku udah tak jitak ni manusia nyebelin satu ini.

"Emang lo begok gak ketulungan. Hai Hani kalau pas siang yang Lo bilang mereka ngeprank pas hari universari kalian, ok masuk akal tapi kalau malam- malam yang Lo tidur terus lo dengar pembicaraan mereka dan Lo bilang itu prank itu namanya Lo oon. Panteslah Papa Lo gak ngasih Lo warisan, Lo begoknya sampai langit ke tujuh," kata Tary dengan nada kesal.

Ku garu kepalaku tak mengerti," maksudmu?" 

"Lo pikirlah sendiri! Malas Gue ngomong sama Lo, mending Gue ngomong sama tembok daripada ngomong sama Lo," ujar Tary.

Bukan kali ini saja Tary bilang soal Widya dan Mas Raka padaku.

"Lo gak curiga sama mereka?" tanya Tary saat tahu Mas Raka liburan kepuncak sama Widya dan gak mengajakku.

"Kenapa harus curiga?" tanyaku.

"Astaga Hani, hih.., gemes Gue sama lo," kata Tary dengan tangan seperti hendak mencengkramku. " Lo tu, ih! Pusing Gue sama Lo, Raka itu lekaki dan Widya perempuan, mereka sudah dewasa, berdua- duaan dan Lo gak curiga sama sekali. Haduh.., gak tahu deh Gue mesti ngomong apa," lanjut Tary.

"Ya kan mereka saudara, masa iya Mas Raka mau ngembat adiknya sendiri, lagian aku kenal Mas Raka gak mungkin dia akan melakukan hal sebejad itu," ujarku

"Haduh.., Eh Hani is bingung Gue mau ngomong apalagi sama Lo. Lo tu diapain sih sama Raka kok jadi lelet gini, jangan- jangan di mantrain lagi." 

"Dih, apain sih," jawabku. Ni teman satu ini memang asal deh kalau ngomong. 

"Eh zaman sekarang ya, saudara kandung saja ada yang berzina apalagi Raka sama Widya yang gak ada hubungan darah sama sekali. Tambah lagi si Widya juga sexsi gitu kalau berpakaian," ujar Tary.

"Hoi," kata Tary memukul pundakku membuat jantungku hampir saja lompat dari tempatnya.

"Malah melamun," kata Tary.

"Apaan sih Tar? Untung jantung Gue gak lepas," ujarku.

"Bodo amat, sapa suruh bengong. Apa Lo gak tahu, ayam kalau suka bengong bisa koit." 

"Ya Gue kan bukan ayam!" ketusku.

"Lo mau sampai kapan di bodohi sama mereka?" 

Kukernyitkan alisku," maksud Lo?" 

" Ya mau sampai kapan Lo mau saja di kibulin sama mereka kalau mereka tak ada hubungan."

"Memang ada bukti kalau mereka itu lebih dari sekedar saudara?" 

"Pernah gak Lo cek kalau tengah malam Raka masih tidur sama Lo atau gak?" 

"Maksud Lo apa?" tanyaku tak mengerti karena jujur selama ini aku kalau tidur ngebo, mulai tidur jam 8 atau 9 malam dan tak kan bangun sebelum adzan subuh, kecuali malam itu.

"Makanya bego jangan kebangetan, maksud Gue gini..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Status Vulgar Adik Ipar   bab 56

    Bab 41 Ancaman BaruPov Hani"Is itu laki lo ngapain sih, ganggu aja!" ujar Tary kesal. Bagaimana tidak, sejak pertama datang sampai sekarang Mas Raka tak henti-hentinya meneleponku.Aku tahu dia cemburu melihat Dave yang menggandengku di lif tadi, tambah lagi saat meeting tak henti-hentinya Dave menggoda dan melirikku. Entah bagaimana hati Mas Raka saat ini? Rasakan kau Mas, memang kamu saja yang bisa nyakitin."Entah nelepon, ngirim pesan melulu, aku rasa dia miikir aku sama Dave sekarang, makanya dia sibuk nanya aku kemana," jawabku.Saat ini aku dan Tary sedang berada di sebuah Cafe untuk menunggu Cecil, adik perempuanku. Sudah beberapa hari ini dia menelepon dan menghubungiku dan membuat Mas Raka cemburu dan menuduhku selingkuh. Cih dia pikir aku sampah macam dia apa, yang tak tahu dosa hingga melanggar norma-norma berumah tangga. Aku memang sudah tak cinta lagi sama Mas Raka, aku pertahanin rumah tangga juga hanya untuk balas dendam. Tapi, aku tak akan menjalin hubungan sebe

  • Status Vulgar Adik Ipar   bab 55

    Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec

  • Status Vulgar Adik Ipar   bab 53

    Bab 39 Baru saja aku akan merebahkan tubuhku tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tak aku kemali.[Dasar bodoh! Kamu pikir anak yang dikandung Widya itu anakmu!] Hah! Apa-apaan ini benarkan anak di kandungan Widya bukan anakku, lalu anak siapa?[Kamu siapa?] balasku pada orang yang mengirimkan pesan padaku.[Salah satu pelanggan Widya]jawab orang itu yang hampir membuat dadaku sesak, jantung tak berhenti berdetak dan napasku sesak.Apa-apaan ini, pelanggan apa?[Lo kalau bacot jangan asal ya! Lo pikir adik Gue wanita apaan, perek, pelacur atau cewek yang suka open BO. Hah?!] ujarku penuh emosi dengan dada yang meledak-ledak dan napas yang tersengal seperti orang asma.[Dasar bodoh, pantaslah yang Lo dapat juga sampkah, otak Lo aja macam sampah, pantaslah Hani juga selingkuh, capek ngadepin pria begok ke Lo] Membaca ini benar-benar membuat tensi darahku naik sampai di atas 150. Kepalaku panas dadaku sesak membacanya dan dengan emosi meledak-ledak kutekan tanda calling."Hai, anjjin

  • Status Vulgar Adik Ipar   Bab 52

    "Abang pikirlah sendiri!" Percakapan berhenti sampai di sini karena aku harus buru-buru ke kantor, barusan Pak Hans memberi peringatan kalau aku tak ikut meeting, aku akan dipecat.Enggak, aku gak mau dipecat.________Aku berjalan cepat masuk ke lif, waktu meeting tinggal beberapa menit lagi. Namun, sesampainya di lif."Heh! Lepas! Enak aja main-main pegang, ini istri Saya," kataku emosi saat melihat Dave memegang tangan Hani.Dasar setan, kemana-mana selalu ada."Lah apa urusan kamu!" kata Dave datar membuatku kupingku panas mendengarnya. Butakah dia? Apa dia lupa aku ini siapa, suami mana yang rela tangan istrinya di pegang-pegang begitu."Kamu buta ya, apa kamu lupa aku ini siapa, dasar lelaki murahan. Pebinor,"cibirku.Bukanya menanggapiku, Dave malah tersenyum menatap Hani dan kesalnya Hanipun menanggapinya."Sini kamu!" ujarku menarik tangan Hani. Sakit sekali rasanya melihat mereka saling tatap dan saling melempar senyum begitu."Apaan sih, lepas!" seru Hani jutek sambil me

  • Status Vulgar Adik Ipar   Bab51

    Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec

  • Status Vulgar Adik Ipar   bab 50

    Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status