Share

Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku
Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku
Penulis: Arumi Nazra

Bab 1 Story Lula

Semoga Samawa dan selalu bahagia’

Sebuah story dari status w******p adik iparku. Menampilkan sebuah video wajahnya dan ibu mertuaku dari belakang kedua mempelai yang sepertinya baru selesai melangsungkan akad. Kedua pasangan pengantin baru itu tampak sedang mengambil foto bersama beberapa orang yang mungkin rekan dan kerabat kedua mempelai.

Akan tetapi, aku mengecek ulang story tersebut saat mengenali sebuah jam tangan mewah yang melingkar di tangan kiri sang mempelai pria. Sangat jelas terlihat karna tangan itu sedang merangkul bahu wanita di sampingnya. Arloji itu persis milik suamiku yang kuberikan sebagai hadiah di anniversary kami yang ke lima, seminggu lalu.

Aku sangat yakin karna jam itu limited edition. Selain itu, jika kuamati lagi postur tubuh lelaki itu sangat mirip dengan Mas Adnan, suamiku.

Dengan jantung yang berdebar kencang, aku melakukan panggilan video ke nomor Lula, tapi tak kunjung dijawab meski tertulis berdering.

Aku semakin curiga, lalu mengalihkannya menjadi panggilan suara saja. Sekali, dua kali, hingga panggilan ketiga barulah terdengar sahutan dari Lula, adik sulung Mas Adnan.

“Ha-halo, Mbak? A-ada apa?” tanyanya terbata- bata. Sementara terdengar riuh suara keramaian di sana. Seperti berada di keramaian atau pun pesta.

“Kamu sama ibu di mana, Lul? Mbak tadi lihat story kamu, sepertinya kalian sedang menghadiri pesta, ya? Kok, Mbak gak diajak?” ucapku setenang mungkin, seolah kecewa karena mendapati mereka sedang berpesta tanpa mengajakku seperti biasanya. Ku akhiri kalimatku dengan sedikit tertawa agar percakapan antara kami tidak begitu tegang.

“Emm, ini, Mbak, kami lagi di Padang menghadiri acara pernikahan ... anaknya teman mama. Iya, teman mama,” ucapnya mengulang kembali perkataannya. Sedang dari nada bicaranya, sepertinya ia sempat berpikir dahulu sebelum kembali meneruskan ucapannya. Kali ini, aku yakin pasti ia sedang menyembunyikan sesuatu.

“Di Padang?” lirihku terkejut. Mas Adnan memang sedang tidak ada di rumah, setahuku ia juga di Padang sejak tiga hari yang lalu untuk mengecek proyek pembangunan jalan tol di sana selama seminggu.

“Sejak kapan kalian di sana? Mas Adnan juga di Padang. Apakah kalian bertemu di sana?” ucapku penasaran. Rasanya semua ini bukanlah kebetulan, tapi sebuah perencanaan.

“Semalam, Mbak. Setelah resepsi kami udah balik, kok. Besok juga udah sampai Medan. Udah ya, Mbak.” Panggilan diputus Lula, menyisakan tanda tanya besar di kepalaku.

Aku mencoba menghubungi mas Adnan, sayangnya nomornya tidak aktif. Kemudian mengecek akun W******p miliknya, aktif dua jam yang lalu.

Muncul lah inisiatif untuk membuka kembali story Lula lalu menyimpannya sebagai bukti yang akan kutanyakan pada lelaki yang bergelar suamiku nanti. Nihil, aku tak menemukannya lagi. Sepertinya Lula sudah menghapusnya sesaat setelah mengakhiri panggilan tadi untuk menampik kecurigaanku.

Sayangnya, justru perbuatannya malah membuatku semakin curiga dan bertekad untuk mencari tahu lebih jauh.

Gegas aku membuka aplikasi pelacak keberadaan melalui nomor HP Mas Adnan dan Lula. Mataku terbelalak, mendapati posisi keduanya berada di tempat yang sama. Yaitu sebuah hotel bintang empat di pusat kota tersebut. Aku membuka g****e, lalu memasukkan nama hotel yang tertera di layar tadi, menghubungi sebuah nomor

Yang tertulis sebagai customer service hotel bagi kalangan elit tersebut.

“Halo, selamat pagi. Kami dari hotel Grand Santika, Padang. Ada yang bisa dibantu?” Terdengar suara wanita dari seberang sana. Nada bicaranya sangat lembut dan sopan.

“Maaf, saya ingin memastikan, apakah hari ini ada resepsi pernikahan yang akan di selenggarakan di sana?” Aku bertanya ingin memastikan kecurigaan yang bersarang di hatiku. Walaupun sesungguhnya besar harapanku semoga dugaanku ini salah.

“Sebentar, ya, Bu. Saya cek dulu,” ucap wanita itu. Sementara perasaanku tak karuan menanti jawaban dari costumer hotel berbintang itu.

“Ada, Bu. Siang ini akan dilangsungkan dua resepsi pernikahan atas nama nyonya Sherly Gempita dan tuan Wijaya Hadi, serta nyonya Renita Clara dan tuan Adnan Fahreza.”

Deg ... Jantungku rasanya berhenti berdetak. Air mataku luruh dari benteng pertahanannya. Tulangku seakan lepas dari persendiannya.

Mas Adnan, lelaki yang kuanggap tanpa cela tega mengkhianati pernikahan yang telah berusia lima tahun. Bahkan, setelah kehadiran Tabitha, bayi mungil berpipi gembul yang terlelap di ayunan.

“Halo ... Halo ..., Bu. Ada lagi yang bisa saya bantu?”

Tak aku hiraukan lagi suara wanita dari seberang sana. Hingga panggilan itu terputus, aku masih menangis di sisi ranjang ukuran king size yang menjadi saksi betapa maha dahsyat cinta kami.

Sebenarnya bisa saja aku datang ke sana dan mengacaukan acara resepsi pernikahan diam – diam suamiku. Mengingat aku telah mengetahui letak gedung acara itu berlangsung, apalagi ini masih jam 9 pagi. Tak sulit jika aku segera memesan tiket pesawat dan bergegas menuju Bandara Kuala Namu yang hanya berjarak lima belas menit dari rumahku. Setidaknya, aku sudah tiba di sana saat acara itu berlangsung, sebab hanya memakan waktu sekitar 20 menit dari Bandara Minangkabau menuju Hotel Grand Santika, Padang. Selain itu, hanya butuh waktu sekitar satu jam lebih lima menit di pesawat.

Tetapi, aku tak mungkin turut membawa bayiku yang masih berumur dua bulan ke sana. Selain tak tega, aku juga pasti akan sangat kerepotan membawanya sendirian.

Air mataku terus berlinangan memikirkan apa penyebab Mas Adnan tega menduakan aku. Padahal, selama ini hubungan kami baik-baik saja dan tidak pernah kutemukan sesuatu yang mencurigakan darinya. Lalu, mengapa ia begitu tega menghujam belati ke jantung ini?

Aku, Zahira Putri Saragih, tak boleh lemah dan hancur hanya karena sebuah pengkhianatan dari lelaki ‘murahan’ seperti mas Adnan. Ya, mulai detik ini aku tak lagi menyebutnya sebagai lelaki tanpa cela.

Baiknya aku sedikit bersabar, menunggu kepulangan mas Adnan tiga hari lagi. Sambil menyusun rencana yang akan kulakukan selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status