Share

Chapter 2

Author: Fatimah Rohim
last update Last Updated: 2021-10-28 03:15:05

Bel akhir pelajaran telah berbunyi, Dhilla menghirup napas lega. Bel akhir pelajaran, menyelamatkan dirinya dari cowok aneh yang tidak berpaling menatapnya. Dan tentu saja  hal itu membuat Dhilla kesal setengah mati. Bayangkan saja, Abimanyu bukannya memperhatikan guru di depan kelas, justru malah memperhatikan dirinya sepanjang jam pelajaran berlangsung. Dari pagi sampai siang,  bahkan laki-laki tampan itu ngintilin Dhilla kemanapun ia pergi, kecuali ke toilet.    

Dhilla berjalan menyusuri lorong kelas bersama Sabrina, teman satu kelasnya. Dan ternyata Sabrina itu adalah temannya dulu waktu taman kanak-kanak. Bersyukur Sabrina masih ingat dengannya, dan Sabrina juga baik. Karena memang dulu dirinya dan Sabrina berteman akrab dan bertetangga.

“Kayaknya si Abi masih bucin sama kamu, deh” Ujar Sabrina yang menggandeng lengan Dhilla.

Mendengar itu, Dhilla menghentikan langkahnya. Lalu, menghadap Sabrina, “Abi?” Tanya Dhilla dengan dahi yang mengerut.

Sabrina mengangguk, “Iya, Abimanyu yang sebangku sama kamu.” Ujarnya melepas gandengan ditangan Dhilla, “Yang dulu pas kecil suka ngintilin kamu.” Kata Sabrina terkekeh.

“Hah?” Dhilla bingung, dan mengingat-ingat teman kecilnya dulu. Lebih tepatnya mengingat teman kecilnya yang bernama Abimanyu.

Dhilla tidak begitu ingat tentang apa yang baru diucapkan oleh Sabrina. Maklum usianya waktu itu masih sangat kecil, 6 tahun dan masih duduk di taman kanak-kanak. Tapi, ada beberapa memori yang terekam diotaknya. Ada anak laki-laki yang  suka ngikutin ke mana ia pergi, sampai-sampai ia kesal dan sering mengadu ke Mamanya. Bahkan, anak laki-laki itu tidak malu meminta ke mamanya untuk meminta dirinya.

“Tante, boleh ya Dhilla aku minta.”

Suara lucu anak laki-laki tiba-tiba terngiang dalam ingatan Fadhilla. Tapi, seingatnya Abimanyu teman masa kecilnya itu tubuhnya gempal serta pipinya tembem dan dekil. Namun, Abimanyu yang sekarang, sungguh  berbeda. Abimanyu yang menyebalkan itu, mempunyai sorot mata tajam dan wajah super tampan. Bahkan tidak terlihat dekil sama sekali.

Melihat Dhilla yang diam, Sabrina menelisik wajah ayu itu penuh selidik, “Jangan bilang kamu lupa sama Abi, fans fanatic kamu pas kecil dulu?” Sabrina terkekeh, menyadarkan Dhilla yang mencoba menginggat masa kecilnya dulu.

“Abimanyu yang tinggal di komplek sebelah itu, ya?” Tanya Dhilla memastikan ingatannya akan nama Abimanyu yang diingatnya.

Dan Sabrina mengangguk, “Iya, siapa lagi kalau bukan Abimanyu yang anaknya om Fauzan sama tante Della.” Sabrina menyenggol lengan Dhilla, “Dan, sampai sekarang bucinya si Abi nggak luntur deh sama kamu.” Sambung Sabrina yang hanya dibalas Dhilla dengan mengedikan bahu saja.

 Larut dalam obrolan masa kecil, mereka Dhilla dan Sabrina tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai di pintu gerbang. Dhilla mengambil ponselnya di dalam tas, hendak memesan ojek online. Namun, didalam setiap sisi tasnya, Dhilla tidak menemukan ponselnya.

“Brin, ponselku ketinggalan di kelas deh kayaknya.” Ujar Dhilla lemah. Sungguh gadis ayu itu malas untuk kembali ke kelasnya yang di ujung sana, “Aku kembali ke kelas dulu ya.” Pamitnya pada Sabrina.

Setelah dibalas anggukan oleh Sabrina, Dhilla pun berlari kembali ke kelas dengan penuh harap ponselnya ada di sana, di laci mejanya. Dengan napas yang terdengar ngos-ngosan, Dhilla sampai ke dalam kelas yang sudah kosong lalu segera menuju meja paling pojok dimana ia duduk.

Ia mendesah lemah, kala tidak menemukan ponselnya di laci. Lalu, ia mencoba mencari di laci meja milik Liona yang tadi sempat ia duduki. Namun, ponselnya tidak ada disana. Dengan perasaan sedih, Dhilla berjalan dengan gontai menuju pintu hendak keluar kelas. Tapi, saat tepat ia dihadapan  pintu. Tiba-tiba ada seseorang yang masuk dan langsung menutup pintu serta menguncinya.

Dan Dhilla kaget setengah  mati saat melihat siapa yang baru masuk, untuk sekejab matanya membola sempurna, “Ngapain kamu disini?” Serkasnya, memandang sinis Abi.

Abi tidak  menjawab, ia malah melangkah maju dan sepontan membuat Dhilla berjalan mundur, “Sekolah udah bubar.” Kata Dhilla sedikit lembut suaranya. Berharap Abi hanya ingin mengambil barang yang ketinggalan di kelas itu.

“Aku tahu.” Jawab Abi santai, dengan senyum nakal disudut bibirnya. Ia kembali melangkah maju, sementara Dhilla mulai gelisah karena punggungnya sudah menyentuh meja.

“Terus ngapain, kamu disini?” Tanya Dhilla galak, bersikap setenang mungkin menyembunyikan kegugupannya.

Abi mengunci tubuh Dhilla diantara kedua tangannya yang mencengkram sisi meja. Tubuhnya condong ke depan, hingga wajah tampannya hanya berjarak satu jengkal dengan wajah ayu Fadhilla, “Mulai saat ini, kamu jadi pacarku.”

Dhilla menatap Abimanyu sengit, “Udah ya Abimanyu! Nggak lucu!” Kata Dhilla galak.

“Emag aku nggak lagi ngelawak kok, umi.” Abimanyu terkekeh.

Dhilla yang geli mendengar candaan itu, langsung mendorong tubuh Abimanyu yang masih menghimpitnya. Tapi, tentu saja tidak berhasil. Tubuh Dhilla terlalu mungil, bahkan tingginya hanya sebatas pundaknya saja, “Cepat minggir!” Kembali Dhilla mendorong tubuh tinggi itu dengan merengek putus asa.

“Jawab saja iya.” Abimanyu semakin menghimpit tubuh Dhilla semakin lekat.

“Nggak ya, Abi.” Dhilla menggelengkan kepala cepat dengan tangan yang tidak berhenti mendorong Abimanyu.

“Jawab aja iya, atau aku bakal cium kamu sekarang.” Gertak Abimanyu, semakin membuat Dhilla kesal.

“Udah dehh, kamu ming……” Ucapan Dhilla terpotong saat Abi mencium bibirnya.

Abimanyu memangut bibir mungil itu lalu berhenti sejenak melihat tidak adanya perlawanan dari Fadhilla. Abimanyu menyentuh rahang Dhilla memperdalam ciumannya.

Dhilla hanya diam, lalu meremas baju seragam yang di kenakan Abimanyu dan memejamkan matanya. Gadis ayu itu memekik ketika Abimanyu menggigit bibirnya hingga lidah itu menelusup dan menyecap bahkan memilin lidahnya.

Dhilla tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun bahkan sebuah kecupan sekalipun. Ini untuk pertama kalinya ia sedekat dan dicium oleh laki-laki, membuat jantugnya berdebar kencang dengan perasaan yang tidak dapat digambarkan.

Dengan lihai Abimanyu melumat bibir Dhilla atas dan bawah. Ciuman itu semakin bergairah dan intens, membuat detak jantug Dhilla semakin kacau.

Hal yang pertama kali dilakukan Dhilla saat Abimanyu berhenti memangut bibirnya adalah bernapas. Entah sudah berapa lama gadis ayu itu tidak menghirup oksigen. Perlahan Dhilla pun membuka matanya yang entah dari kapan terpejam. Sementara Abimanyu terlihat menjauhkan wajahnya untuk menatap wajah Dhilla yang sudah merona.

Napas mereka saling bersahutan. Dhilla bisa merasakan embusan napas Abimanyu yang panas menerpa wajahnya. Lalu, laki-laki tampan itu kembali mencium bibir Dhilla. Hanya sebuah kecupan sigkat. Sebelum akhirnya mendekap tubuh ramping Dhilla kedalam pelukannya, “Senang bisa kembali bertemu denganmu.” Bisiknya tepat ditelinga Dhilla, “Dan kamu sekarang sah menjadi pacarku.” Ucap Abimanyu dengan nada tegas. Dan tidak mau berdebat, Dhilla pun memilih untuk tidak menjawab.  

Dhilla merasa dirinya telah kehilangan akal. Abimanyu sudah bertindak kurangajar, berani menciumnya. Seharusnya ia memarahi lelaki yang saat ini memeluknya, tetapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Gelenyar aneh itu belum juga hilang. Perasaanya sungguh campur aduk, sedih, senang, dan menyesal.

Bersambung……..

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lucky Strike
punggung menyentuh meja ? itu meja.a setinggi apa ???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Stupid Love With Crazy Bad Boy   END

    "Betapa indahnya menunggu jika hasil akhirnya adalah kamu."*****Warna putih tampak mendominasi dekorasi ballroom hotel bintang 5 milik Abimanyu. Dekorasi megah yang sudah terpasang megah menghiasi seisi ballroom yang luas itu. Tepat hari ini, hanya berselang 5 hari setelah pertemuan Dhilla dengan kedua orang tuanya yang memang sudah direncanakan Abimanyu sekaligus melamar perempuan pujaannya kemarin, akad nikah antara Abimanyu dan Dhilla akan diselenggarakan. Abimanyu sendiri tidak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang sebelum mereka sah menjadi suami istri. Kejadian dimana dirinya dan Dhilla yang hampir tidak bisa menahan nafsu. Beruntung panggialan video dari kedua anaknya menghentikan aksi mereka.Akad nikah diputuskan untuk diadakan di hotel milik Abimanyu sendiri, memudahkan kerabat dari kedua keluarga yang hendak menginap yang tentu saja memang sengaja di sediakan pria itu. Dan saat ini, keluarga tampak sudah berkumpul di ballroom, dengan pakaian yang serba putih s

  • Stupid Love With Crazy Bad Boy   Chapter 80

    Hidup adalah tentang sesederhana pilihan yang harus kamu ambil agar bisa melanjutkan kehidupanmu. Semua orang seolah dituntut untuk mengambil keputusan di dalam hidup mereka. Dari sebuah hal yang sepele atau yang penting sekalipun. Saat memandang ke depan kamu seolah dihadapkan dengan berbagai pilihan yang menyebar, siap untuk kamu pilih. Pilihan-pilihan itu seolah memberikan waktu tenggang dan memaksamu segera menentukan apa yang kamu inginkan. Di bawah semua tekanan itu, kita akhirnya tidak bisa banyak berpikir saat memilih berbagai pilihan yang ada. Hal yang wajar bila karenanya kamu hampir tidak menyadari bila kehidupan terus berjalan. Keputusan penting atau sepele yang kamu ambil mampu mengubah kehidupanmu. Pilihan-pilihan yang membuatmu berdiri di titik sekarang, tempat dimana kamu melihat hidupmu berubah pesat karena pilihan yang dulu kamu ambil.Dhilla mendongak untuk menatap wajah menawan Abimanyu karena perbedaan tinggi badan mereka. Tatapan Abimanyu begitu intens sampai-sam

  • Stupid Love With Crazy Bad Boy   Chapter 79

    “Nafsu hanya bertahan sementara, karena ia pembosan dan tidak pernah puas, tapi keindahan hati seorang wanita adalah pendamai yang mengokohkan jiwa laki-laki.”*****Tiga orang di meja makan itu mendadak terbengong karena ucapan tiba-tiba Abimanyu. Sepertinya bukan hanya tiga orang saja, karena Akbar yang semula bermain ponsel pun ikut ternganga tidak percaya, tidak kalah ternganganya dari sang Kakak Dhilla. Dan Dhilla sendiri tahu bahwa Abimanyu akan menikahinya, tapi tidak secepat ini. Sementara kedua orang tua Dhilla justru saling tatap beberapa saat, lalu tersenyum penuh arti. Ternyata Abimanyu Dika Daryatma menepati janjinya delapan tahun lalu. Sepertinya mereka tidak akan salah menerima laki-laki itu sebagai suami untuk putri sulungnya.“Kamu..... masih waras, Bi?” tanya Dhilla akhirnya.“Lebih dari waras, Dhilla!” balas Abimanyu cepat dengan tangan yang semakin erat menggenggam tangan perempuan disampingnya. “Kamu...., sakit?” tanya Dhilla kembali.Laki-laki itu mendeng

  • Stupid Love With Crazy Bad Boy   Chapter 78

    “Kesempatan selalu datang, ketika kita tidak menyadarinya. Sebuah kebetulan konyol, berubah menjadi takdir yang terlalu dibesar-besarkan, seolah memang itulah kehidupan yang ingin kamu percayai. Jika ada beberapa takdir yang tidak bisa kamu hindari dan harus kamu jalani sebagai sebuah kewajiban. Pada akhirnya, kamu terjebak di dalam kebetulan yang menggiringmu pada apa yang kamu miliki hari ini. Kebetulan yang berakhir menjadi takdirmu,”*****Pukul 7 malam, Dhilla dan kedua anaknya sudah terlihat rapi pun begitu juga dengan Abimanyu. Mereka sudah bersiap untuk pergi makan malam. Ya, Abimanyu mengajak Dhilla beserta kedua anaknya untuk makan malam bersama di sebuah restoran mewah di pusat Kota Surabaya.Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di restoran yang di tuju, kini mereka sudah tiba di depan restoran dengan bangunan yang sangat mewah. Saking mewahnya, Abit dan Nasywa yang belum pernah melihat rumah makan semewah itu sangat terpukau.“ Wahhhh keren banget,” ujar Abit ya

  • Stupid Love With Crazy Bad Boy   Chapter 77

    “ Cinta tidak selalu bersifat seumur hidup, tidak juga semua kisah cinta bisa menjadi abadi. Ada begitu banyak alasan pasangan berpisah, dari hal yang tidak masuk akal, hingga alasan klasik, namun setiap perpisahan akan meninggalkan luka yang begitu dalam. Ada yang melanjutkan hidup dan ada yang memutuskan bertindak implusif. Tidak ada yang pantas disalahkan dari sebuah perpisahan. Andai situasinya begitu sederhana, hingga tinggal mencari siapa yang salah dan semua bisa diselesaikan. Namun sayang, berpisah dan mengakhiri kisah cinta tidak hanya sekedar mencari pihak yang bersalah, masalah tervesarnya adalah apa kita bisa melupakan?”*****Berkali-kali Dhilla harus menghela napas panjang, jantungnya berdebar tidak menentu. Sesuai janji Abimanyu, hari ini laki-laki itu memboyong dirinya beserta kedua anak-anaknya menuju Surabaya. Laki-laki itu ingin mencari keberadaan orang tuanya, yang Abimanyu yakini masih berada di Surabaya.Tidak banyak bertanya serta tidak banyak bicara, Dhilla du

  • Stupid Love With Crazy Bad Boy   Chapter 76

    “Setiap pilihan selalu memiliki konsekuensi, kamu tidak mungkin bisa berharap bila pilihan yang kamu ambil selalu benar dan tidak memberikan rasa sakit maupun penyesalan bagi dirimu sendiri. Namun pada akhirnya kamu sadar, bila ada beberapa hal yang tidak mungkin bisa kamu dapatkan kembali ataupun diulang lagi. Yang telah usai tidak selamanya bisa kamu ubah,”*******Dua minggu setelah Nasywa pulang dari rumah sakit, Abimanyu kini pergi ke taman bermain. Tentu saja bersama dengan Dhilla dan kedua anaknya. Sesuai janji, setelah Nasywa keluar dari rumah sakit, mereka akan mengajak Nasywa dan Abit pergi ke taman bermain, sesuai keinginan gadis kecil itu sedari dulu.Khusus anak-anaknya, Abimanyu sengaja menyisikan waktu di akhir pekan yang seharusnya ia gunakan untuk beristirahat setelah enam hari penuh berkutat dengan pekerjaan. Begitupun dengan Dhilla, perempuan itu masih bekerja di Bima Persada Group sepagai staf legal, dan juga meluangkan waktu diakhir pekan.“Kak Abit, lihat deh!”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status