Share

Part 4. Peringatan Kekasih Suami

Violet tak pernah menyangka kalau pengkhianatan akan menimpa hidupnya. Anggapan tentang Evan yang setia selalu mengaung di dalam kepalanya. Kepercayaannya kepada lelaki itu begitu besar. Seandainya Violet tak melihatnya sendiri, maka dia mungkin tidak akan percaya jika kekasihnya berkencan dengan perempuan lain di belakangnya.  

Violet kini semakin terlihat tak tersentuh. Pengkhianatan itu seolah menutup hatinya sepenuhnya. Tapi tentu, pengkhianatan itu tak akan membuatnya memberikan penilaian buruk kepada semua lelaki. Dia tahu, masih ada lelaki baik di luar sana. 

“Besok, Hara ingin bertemu dengan Ibu.” Vier menyampaikan itu setelah acara pernikahan berakhir. 

Hara adalah kekasih Vier. Perempuan yang sudah rela ‘meminjamkan’ Vier untuk menikah dengan Violet. Violet tak tahu bagaimana Vier mengatasi amukan dari Hara saat meminta izin untuk menikahi dirinya. Tapi, dia beranggapan, Hara mungkin perempuan yang sangat baik sehingga membiarkan kekasihnya membantunya. 

Violet lantas menjawab dengan anggukan. Tentu saja mereka harus bertemu. Pasti akan ada banyak hal yang perlu mereka rundingkan. Tentang membagi waktu Vier misalnya? Entahlah, Violet pun tidak memiliki bayangan seperti apa pertemuan itu nanti akan terjadi. Intinya, Violet berhutang banyak dengan perempuan itu. Entah apa yang akan dikatakan kepada kekasih Vier nanti, tapi dia akan besikap baik. 

Malam ini menjadi malam panjang untuk Violet maupun Vier. Mereka yang berada di dalam satu kamar yang sama. Tapi mereka memilih memisahkan diri. Violet berada di ranjang, sedangkan Vier berada di sofa. Keduanya sama-sama tidak bisa tidur meskipun matanya terpejam rapat. 

Ingatan Violet memutar pada kejadian kemarin malam ketika dia berada di rumah Evan. Setelah orang tuanya mengatakan tentang pembatalan pernikahan tersebut, orang tua Evan bersikeras tetap ingin pernikahan itu tetap dilakukan. Padahal mereka tahu Evan berselingkuh. 

“Selama ini saya berusaha menjadi kekasih yang baik. Sesibuk apa pun saya, saya akan tetap meluangkan waktu untuk Evan. Situasi ini membuat kekecewaan saya sudah tak terobati,” kata Violet menjawab ucapan ibu Evan. Mana bisa orang tua Evan menjadi tidak punya malu dengan tetap meminta Evan menikah dengan Violet. Sedangkan yang dilakukan oleh Evan adalah sesuatu yang tidak termaafkan. 

Lalu penolakan Violet tersebut dijawab oleh Evan, “Violet, aku sedang khilaf. Itu adalah pertama kalinya aku melakukan sesuatu yang menjijikkan. Aku mengakui aku salah, tapi jangan membatalkan pernikahan kita.” Evan memohon. Raut wajah lelaki itu benar-benar tertekan. 

“Tante, Om. Saya pribadi meminta maaf sudah mengambil keputusan seperti ini. Tapi saya tidak bisa terikat dengan seseorang yang sudah mengkhianati saya. Tentang para undangan dari pihak Om dan Tante, silakan diberikan informasi tentang kegagalan ini.” Alih-alih menanggapi ucapan Evan yang meminta maaf kepadanya, Violet sama sekali tak peduli dengan lelaki itu. Dia hanya perlu menganggap Evan tak ada di sana. 

“Dengan melakukan ini, kamu juga akan malu, Violet.” Evan tak peduli diabaikan. 

“Pernikahan saya akan tetap berjalan. Saya tetap akan menikah dengan orang lain. Silakan kalau Om dan Tante bersedia datang.” Sontak saja hal itu membuat Evan dan kedua orang tuanya terkejut. Omong kosong macam apa ini?

“Jadi kamu memutuskan hubungan denganku dan menikah dengan orang lain?” Evan meninggikan suaranya tidak terima. “Kamu gila?”

“Lucu sekali.” Violet bertepuk tangan dua kali sebelum memberikan tatapan mematikan miliknya. Mengamati lelaki itu dengan serius sebelum kembali bersuara. “Bukankah kamu yang berniat memutuskan hubungan denganku lebih dulu? Jangan berteriak kesakitan ketika kamulah pihak yang menyakiti.” Orang tua Evan tidak banyak bicara merasa kalah telak mungkin. 

“Saya mengembalikan biaya yang sudah terpakai.” Violet meletakkan selembar cek yang sudah tertulis nominal uang yang pernah diberikan Evan kepadanya untuk biaya pernikahan mereka. “Terima kasih, Tante, Om, yang sudah menerima saya dengan baik selama ini. Terima kasih juga sudah memberikan cinta kepadaku.” Kalimat terakhir itu Violet menatap Evan tanpa ekspresi yang berarti. Basa-basi juga diberikan oleh orang tua Violet sebelum mereka pergi dari rumah Evan.

Bayangan itu memang terasa mengaduk emosi Violet. Tapi ini adalah bagian dari kehidupan yang harus dijalani. Kini yang harus dilakukan adalah menata hidupnya untuk masa depannya. Terlebih lagi, selama enam bulan ke depan, dia harus hidup bersama dengan kekasih orang lain. 

***

Siang itu, Violet pergi bersama dengan Vier ke sebuah kafe tempat mereka akan bertemu dengan perempuan bernama Hara. Tidak ada raut gugup di wajah Violet. Seperti biasa, dia selalu mengedepankan ketenangannya dibandingkan apa pun. Sesampainya di sana, sepasang suami istri itu kini mendekat pada sebuah meja di mana seorang gadis berbaju abu-abu dengan rambut tergerai sampai bahu, duduk di salah kursi. Secangkir cappuccino sudah tersaji di sana dan sedikit terkejut saat Vier dan Violet berada di depannya.

Secara otomatis, Vier duduk tepat di samping Hara dan membiarkan Violet duduk di kursi berseberangan dengannya. Violet tak merasa tersinggung sedikitpun dengan yang dilakukan oleh Vier kepadanya. Dia sangat menyadari posisinya tidak spesial bagi Vier meskipun status mereka menunjukkan semuanya. 

“Hara. Ini Ibu Violet. Ibu, ini Hara.” Vier mencoba mengenalkan keduanya. Panggilan Vier bahkan tidak berubah. Terlihat sekali raut wajah Hara yang menunjukkan ketidaksukaannya kepada sosok Violet. Meskipun kedua perempuan itu berjabat tangan, tapi aura kaku tiba-tiba memerangkap mereka. 

“Ada hal yang perlu saya katakan kepada Ibu dan saya berharap Ibu bisa melakukannya.” Hara mulai berbicara. Violet bisa melihat dengan jelas mata bengkak perempuan itu. Entah sudah berapa lama gadis itu menangis dan itu karena dirinya. Tiba-tiba saja perasaan Violet terasa tak nyaman. Apa bedanya dirinya dengan perempuan yang dibawa oleh Evan ke hotel, selingkuhan mantan kekasihnya yang sangat Violet kenal. Tidak ada bedanya. Mereka sama-sama jahat karena merebut kekasih orang lain. 

Violet menarik nafasnya panjang berusaha tidak disadari oleh Hara maupun Vier. “Pertama.” Suara Hara kembali terdengar dan seketika membuyarkan bayangan Violet yang sedang berputar di dalam kepalanya. “Jangan pernah berpikir untuk merebut perhatian Vier apalagi berpikir mendapatkan cinta darinya.” Violet mendengarkan dengan seksama.

“Kedua, setelah enam bulan, jangan mencari alasan apa pun untuk melanjutkan pernikahan konyol kalian. Ketiga, selama pernikahan kalian berjalan, jangan pernah menghalangi saya untuk bertemu dengannya. Anda sudah mengambil seseorang yang tidak seharusnya, untuk menyelamatkan Anda dan keluarga Anda dari rasa malu. Maka, berbuat baiklah dengan tidak bertindak melewati batas.” 

“Hara!” 

“Biarkan saja, Bang.” Vier yang akan menghalau ucapan Hara seketika terhenti ketika Violet menyambar ucapannya dengan cepat. Kedua perempuan itu beradu pandang dengan sama sengitnya. Violet awalnya akan berbicara secara baik-baik. Tapi sayangnya Hara sudah melampaui batasnya.

“Bagaimana kalau pada akhirnya kami menjadi saling jatuh cinta?”

***

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Elin Marlina
lah emng udah nikah, bknnya baru mau nikah ya
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
Knp Vier mau menikah dgn Violet??dan Hara knp mengijin kan Vier menikah...walaupun cuma sebatas 6 bln tp tdk menutup kemungkinan kebersamaan sering menumbuhkan cinta...
goodnovel comment avatar
Jhon Kolyaan
cerita sangat menarik saya suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status