Home / Romansa / Suami Bayaran / SB~ Chapter (9)

Share

SB~ Chapter (9)

Author: Queen Mikayla
last update Last Updated: 2021-10-02 11:12:50

Samuel baru saja tiba di kantor tempat Nesya bekerja. Samuel segera menuju ke ruangan kerja Nesya yang berada di lantai 5. Ketika Samuel berada di dalam lift, dering ponselnya berbunyi. Ada telepon dari Nesya. 

"Iya Baby, ada aku lagi di dalam lift, " ucap Samuel ketika dirinya sudah menjawab telepon dari Nesya. 

"Lama banget sih, " ucap Nesya sinis. 

"Macet! Baby macet. " Samuel kesal juga dengan sikap Nesya yang tidak sabaran seperti itu. 

Tut! 

Nesya menekan tombol warna merah, dirinya memutuskan sambungan teleponnya. 

"Dadar perawan tua," kesal Samuel. 

Di tempat makan siang yang nantinya dihadiri Nesya juga. Di sana sudah tampak Leonard dan Desy, keduanya menggunakan warna pakaian yang senada. Rupanya Desy dan Leonard tidak mau kalah juga. Kedatangan Leonard dan Desy disambut hangat oleh Pak Wirya yang mengundang mereka makan siang bersama sekalian merayakan atas dirinya yang mendapatkan tender besar. 

"Selamat datang Tuan Leonard dan Nona Dedy," sapa Pak Wirya dengan sangat ramahnya. 

"Selamat Pak Wirya atas kemenangan nya." Leonard dan Pak Wirya saling berjabat tangan. 

Tak lama, Nesya dan Samuel juga datang keduanya tak kalah mesra dan terlihat sangat serasi apalagi dengan pakaian keduanya yang senada. Samuel terus saja menggandeng mesra tangan Nesya, sehingga membuat Desy dan Leonard iri melihatnya. 

"Selamat datang, Nona Nesya dan Tuan Samuel," sapa Tuan Wirya menyambut kedatangan pasangan yang kerap di perbincangkan warga Net. 

"Selamat Pak Wirya atas tendernya," ucap Nesya memberikan semangat kepada Pak Wirya.

"Terima kasih, Nona Nesya!"

Leonard dan Desy terus saja melirik sinis, keduanya tampak tidak suka dengan kedatangan Nesya dan suami berondongnya itu.

"Beruntung sekali sih si Nesya," ucap Desy dalam hatinya.

Acara makan bersama dengan seluruh rekan kerja berjalan dengan lancar, setelah selesai dengan acara tersebut Nesya dan Samuel memutuskan untuk pulang saja.

***

Malam telah tiba rasanya malam ini cuacanya begitu sangat dingin. Mungkin malam ini malam terakhir Nesya tidur di kamar ini sebab mulai besok keduanya akan pindah ke rumah baru. Mommy Gresya juga sebenarnya tidak rela jika Nesya harus meninggalkan rumah ini. Namun, jika terus tinggal bersama Nesya semakin tidak bebas, dirinya harus bersikap manis kepada Samuel.

"Kau tidak mau tidur disini disebelahku?" tanya Nesya kepada Samuel yang sedang merebahkan tubuhnya di atas sopa.

"Enggak ah! Takut khilaf," jawab Samuel santai sembari memainkan ponselnya.

"Khilaf juga gak masalah kali, kan status kita sudah sah di mata agama maupun hukum." Nesya merasa sangat ingin jika Samuel tidur disebelahnya. Saat ini, ia sedang membutuhkan kehangatan meskipun sedang datang tamu bulanan. Tapi cukup dengan pelukan saja agar dirinya tidak merasa dingin lagi.

"Enggak ah! Males," ucap Samuel cuek sehingga membuat Nesya semakin gemas saja.

"Ya sudah, aku tidur duluan," cetus Nesya nada kesal.

Nesya tidur miring membelakangi Samuel yang masih merebahkan tubuhnya di atas sopa. Samuel menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.

Jam menunjukan pukul 10 malam, rasa dingin sudah mulai masuk ke tulang-tulang rusuknya, bulu kuduknya juga sudah merinding. Padahal AC kamar sudah dimatikan tapi tetap saja rasa dingin itu masih terasa. Di luar hujan turun cukup deras disertai petir juga, Samuel yang tidak bisa menahan rasa dinginnya langsung pindah posisi. Samuel tidur di atas tempat tidur disebelah Nesya. 

"Ternyata setelah memeluknya seperti ini terasa hangat sekali, rasa dinginku seketika berubah menjadi hangat," gumam Samuel ketika dirinya memberanikan diri memeluk Nesya.

Nesya berusaha untuk menahan senyumnya, dirinya terbangun kala mendapat pelukan hangat dari Samuel, tapi Nesya tetap pura-pura tidur. Ia sangat takut jika Samuel melepaskan pelukannya ketika mengetahui jika Nesya bangun.

"My God! Kenapa rasanya begitu hangat seperti ini," ucap Nesya dalam hatinya.

Tiara merasa tidak betah selama beberapa hari ini tinggal bersama dengan baby siter, Tiara meminta Baby Sister itu untuk menghubungi Samuel.

"Tapi ini sudah malam, pasti Kak Samuel sudah tidur," ucap Baby Sister itu kepada Tiara yang sedari tadi merengek.

"Tapi Tiara ingin bertemu dengan Kak Samuel." Bocah itu terus saja merengek dan keras kepala. Sehingga sang baby sister memutuskan untuk menghubungi Samuel.

Dering ponsel Samuel mengganggu tidur Samuel dan Nesya yang pulas. Keduanya sama-sama membuka matanya secara bersamaan, Samuel masih memeluk tubuh Nesya.

"Katanya tidak mau tidur sebelahku karena takut khilaf, tapi nyatanya ini apa? kau tidur disebelahku sampai memeluk tubuhku dengan erat seperti ini," cetus Nesya membuat Samuel merasa malu.

"Sorry! Khilaf!" Samuel langsung saja melepaskan pelukannya dan segera beranjak bangun, Samuel mengambil ponselnya yang ia taruh di atas sopa.

"Kenapa pindah sih," kesal Nesya dalam hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (21)
goodnovel comment avatar
Alexandra
ya elah ini ga lanjut tau gt ga kubaca ishh ishh ishhh gantung amattt gini nih
goodnovel comment avatar
Nietha Emelia
lg seru2nya mlh g dlnjutin......
goodnovel comment avatar
Byone
bangke tamat apa ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 26 (End~)

    Setelah ulang tahun kelima Samudra, kehidupan Samuel dan Nesya berjalan dengan penuh kebahagiaan dan keberhasilan. Samuel telah menjadi pengusaha muda yang sukses, mengelola bisnisnya dengan bijak, dan telah diakui sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh di negeri ini. Hari-harinya dipenuhi dengan kesibukan mengembangkan perusahaan, namun ia tak pernah melupakan perannya sebagai suami dan ayah yang penuh perhatian.Samuel duduk di ruang kerjanya yang besar. Ia menatap jendela yang menghadap ke kota, sambil mengenang perjalanannya yang penuh liku. Dari seorang pelayan kafe, ia kini menjadi sosok yang dipandang oleh banyak kalangan bisnis. Kesuksesannya tidak datang begitu saja—setiap langkah yang ia tempuh selalu disertai dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari Nesya.Pintu ruang kerjanya terbuka perlahan, dan Nesya masuk dengan senyuman di wajahnya. Ia memegang secangkir kopi untuk Samuel, seperti biasa. "Pagi, sayang. Sedang apa?" tanyanya sambil menaruh cangkir di me

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 25

    Lima tahun telah berlalu dengan cepat, dan hari ini adalah hari istimewa bagi keluarga kecil Samuel dan Nesya. Mereka sedang bersiap-siap merayakan ulang tahun Samudra yang kelima, anak laki-laki yang menjadi pusat perhatian dan cinta dalam keluarga ini. Rumah besar mereka dihiasi balon warna-warni, tawa anak-anak terdengar menggema di halaman belakang yang dipenuhi dekorasi bertema bajak laut—tema favorit Samudra.Nesya memandang dari jendela dapur, tersenyum melihat putranya yang tengah berlarian dengan teman-temannya. "Sudah lima tahun," katanya pelan sambil mengaduk minuman, seolah tak percaya waktu berlalu begitu cepat. “Samudra sudah besar, ya, Sam?"Samuel, yang tengah merapikan dasi dan menyiapkan diri untuk menyambut tamu, mendekat dan melingkarkan lengannya di pinggang Nesya dari belakang. "Iya, dan rasanya baru kemarin kita membawanya pulang dari rumah sakit," ucapnya lembut, mencium puncak kepala Nesya."Aku masih ingat bagaimana kamu panik waktu aku kontraksi. Sekarang, l

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 24

    Di ruang tunggu rumah sakit, Samuel berjalan bolak-balik, berulang kali melirik pintu ruang operasi dengan ekspresi gelisah. Mommy Gresya duduk di salah satu kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya, bibirnya komat-kamit berdoa, menahan perasaan cemas yang menggantung di udara."Samuel, duduklah dulu, nak. Kamu nggak bisa terus-terusan seperti ini," kata Mommy Gresya lembut, berusaha menenangkan Samuel yang tak bisa berhenti bergerak.Samuel menggeleng. "Aku nggak bisa, Mom. Aku terlalu khawatir. Nesya... dia pasti kesakitan di dalam sana. Aku seharusnya bisa melakukan sesuatu. Kenapa harus operasi cesar?""Ini yang terbaik untuknya dan bayi kalian. Dokter sudah bilang begitu. Kamu harus percaya."Samuel menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi hatinya tetap berdebar kencang. "Aku tahu... Aku cuma nggak bisa tenang. Semua ini terasa begitu cepat."Mommy Gresya berdiri dan meraih tangan Samuel, menggenggamnya erat. "Samuel, kamu harus kuat. Nesya butuh kamu saat ini. K

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 23

    Beberapa bulan kemudian... Nesya sedang duduk di ruang tamu, menyesap teh hangat sambil menikmati pagi yang tenang. Tiba-tiba, perutnya terasa kencang, disusul dengan nyeri yang merambat ke punggung bawah. Dia terdiam sejenak, menaruh cangkirnya dan meraba perutnya yang besar, berusaha menenangkan diri. Mungkin hanya Braxton Hicks, pikirnya—kontraksi palsu yang biasa terjadi di akhir kehamilan. Namun, rasa sakit itu semakin lama semakin kuat, membuatnya meringis dan sedikit mengerang."Samuel!" panggilnya, suaranya bergetar karena mulai merasa panik.Samuel, yang sedang berada di dapur, segera menghampiri Nesya. "Apa yang terjadi, sayang?" tanyanya, tatapannya penuh kekhawatiran. Dia berlutut di samping Nesya, meraih tangannya yang dingin.Nesya menatap Samuel dengan mata berkaca-kaca. "Aku... aku rasa kontraksi ini berbeda, Sam. Sakit sekali... lebih dari sebelumnya."Samuel langsung waspada. "Ini mungkin sudah waktunya. Kamu pasti mulai melahirkan," ujarnya, meski tetap berusaha te

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 22

    Suasana rumah Nesya dan Samuel semakin tenang dan penuh cinta sejak Samuel memutuskan berhenti bekerja sebagai pelayan kafe. Ia sekarang fokus menyelesaikan kuliahnya, dan di sela-sela itu, Samuel juga mengambil peran sebagai suami siaga untuk Nesya yang tengah hamil besar. Setiap pagi, Samuel selalu menyiapkan sarapan untuk Nesya, mengantar dan menjemputnya ke dokter, dan belajar lebih banyak tentang bisnis keluarga Nesya. Ia tahu, Nesya ingin menyerahkan tanggung jawab besar itu padanya.Saat mereka sarapan di dapur yang hangat dan penuh dengan aroma kopi, Samuel melihat Nesya memandanginya dengan senyum kecil."Ada apa?" Samuel bertanya sambil menyuapkan roti panggang ke mulutnya.Nesya menggeleng pelan. "Aku cuma merasa sangat beruntung punya kamu di hidupku. Kamu sekarang belajar banyak soal bisnis perusahaan, dan kamu begitu perhatian padaku. Aku benar-benar berterima kasih."Samuel tersenyum lembut, lalu meraih tangan Nesya. "Aku juga sangat bersyukur, Nes. Aku tahu kamu sudah

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 21

    Acara syukuran untuk kandungan Nesya yang sudah memasuki usia tujuh bulan digelar dengan meriah. Dekorasi indah berwarna lembut menghiasi rumah mereka, dan tamu-tamu mulai berdatangan. Musik lembut mengalun di latar belakang, menyambut kerabat dan teman yang datang dengan wajah ceria. Samuel dan Nesya berdiri di pintu masuk, menyambut setiap tamu dengan senyum hangat."Selamat, Nesya! Kamu kelihatan sangat bahagia," ujar salah satu teman lama Nesya, sembari memeluknya dengan hangat.Nesya tersenyum lebar, tangannya dengan lembut menyentuh perutnya yang membesar. "Terima kasih. Aku memang sangat bahagia, semua ini seperti mimpi."Samuel berdiri di sampingnya, memegang tangannya dengan erat. "Kami benar-benar bersyukur atas semua dukungan dari kalian semua. Ini momen yang sangat spesial bagi kami," kata Samuel sambil memandang Nesya dengan penuh cinta.Di tengah suasana yang ceria itu, Leonard dan Desy tidak bisa menutupi rasa iri mereka. Mereka berdiri di sudut ruangan, menatap acara s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status