Share

SB~Chapter (8)

Samuel baru keluar dari dalam kamar mandi. Tubuhnya hanya ditutupi oleh handuk, dari pinggang sampai atas lutut. Nesya kembali terperangah ketika dirinya melihat bidang dada Samuel yang kekar itu. Nesya masih duduk di depan cermin meja riasnya. Bayangan Samuel terlihat jelas didalam cermin. dengan susah payah Nesya menelan saliva nya ketika melihat Samuel berjalan menuju ke arahnya.

"Duh... kok dia makin mendekat kesini sih, apakah malam ini akan terjadi," ucap Nesya dalam hatinya.

Samuel semakin mendekat saja, ketika mendekat Samuel langsung memeluk Nesya dari arah belakang, "Apakah aku boleh memelukmu seperti ini?" tanya Samuel berbisik.

"Kau kan suamiku. Tentu boleh," ucap Nesya terdengar sangat kaku.

"Tapi aku hanya suami bayaran kamu, Nesya." Samuel mencium aroma wangi di tubuh Nesya, aroma wangi itu membuat Samuel semakin ingin terus memeluk Nesya.

"Iya tapi pernikahan kita itu sah." Nesya terkekeh. Nesya mulai merasakan kenyamanan ketika dirinya di peluk oleh suami bayarannya itu.

tiba-tiba Nesya merasakan ada sesuatu hangat yang keluar dari area sensitifnya. 

"Aduh!" Nesya tepuk jidat.

"Kenapa?" tanya Samuel.

"Sam sepertinya aku sedang datang tamu. Sebentar ya aku cek dulu ke kamar mandi." Samuel melepaskan pelukannya. Nesya beranjak bangun dan buru-buru masuk kedalam kamar mandi.

Samuel membuang nafas kasar dan langsung menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Huhu... sepertinya tidak jadi deh," ucap Samuel. Padahal Samuel sudah membayangkan kalau malam ini akan menjadi malam panjang untuknya. 

Dan ternyata benar, Nesya sedang datang tamu bulanan. Nesya harus menunggu sampai seminggu agar dirinya bisa merasakan yang namanya first night.

****

Pagi ini Samuel harus mengantar Tiara cek up ke Rumah Sakit, hari ini hari jadwalnya Tiara kontrol bekas jahitannya. Soal ini Nesya tidak mengetahuinya, hari ini Nesya sangat disibukan dengan pekerjaannya di kantor. Samuel juga tidak menceritakan soal kondisi Tiara yang habis operasi usus buntu yang masih memerlukan pengawasan dari dokter.

"Kak kapan Kak Sam sama Kak Nesya pindah ke rumah baru. Tiara bosan, Tiara lebih baik tinggal di panti di bandingkan tinggal di rumah mewah itu, Tiara merasa kesepian," ucap Tiara lirih sembari bersandar di bahu Samuel. 

Tiara dan Samuel saat ini sedang berada di dalam mobil, perjalanan menuju ke Rumah Sakit. Dan Samuel yang menyetir mobilnya.

"Mungkin besok lusa, Dek. Sabar ya adikku yang manis," ucap Samuel, Tiara pun mengangguk.

Hem,

Tak cukup lama Samuel dan Tiara tiba juga di Rumah Sakit, keduanya segera menuju ke ruang pemeriksaan di mana di dalam sana sudah ada sang Dokter yang sudah siap memeriksa kondisi Tiara. 

"Anak mani, ayo rebahkan tubuhmu di sini, " titah Sang Dokter kepada Tiara. 

Bocah kecil itu pun mengangguk dan segera menuruti apa yang diperintahkan Dokter Ghani. Dering ponselnya Samuel terdengar sangat berisik, dan ternyata yang menghubungi Samuel itu ternyata Nesya. 

"Maaf Dok! Saya jawab telepon dulu, " ucap Samuel kepada Dokter. 

Dokter Ghani pun mengangguk, Samuel segera keluar dari ruangan pemeriksaan. Ponselnya terus berdering, Samuel segera menggeser tombol warna hijau. 

"Lama banget sih jawab teleponnya, " kesal Nesya ketika teleponnya sudah di jawab oleh Samuel. 

"Sorry! Tadi ada dosen, " jawab Samuel mengelak. 

"Masih di kampus? " tanya Nesya terdengar ketus. 

"Masih, kenapa emang? " tanya Samuel. 

"Jam 12 siang kau harus ke kantor. Kita di undang makan siang oleh rekan bisnis ku, dan ingat penampilan kau harus keren. Sebab si Desy dan Leonard akan hadir juga di acara makan siang itu, " ucap Nesya. 

"Baik, Nona Nesya, " ucap Samuel pasrah. 

"Ok! " 

Tut~

Nesya mematikan teleponnya. Samuel kembali masuk kedalam ruang pemeriksaan. 

"Bagaimana Dok? " tanya Samuel kepada Dokter Ghani tentang kondisi Tiara. 

"Bekas jahitannya sudah mengering. Tapi tetap perhatikan pola makannya, " ucap Dokter Ghani. 

Setelah selesai memeriksa kondisi Tiara, Samuel bergegas menuju ke panti untuk menitipkan Tiara di sana. 

"Hore! Jadi kita ke panti Kak? " seru Tiara, bocah itu begitu happy ketika dirinya akan dititipkan ke Panti. Tiara tidak betah di rumah mewah itu, di sana Tiara di urus seorang baby sister. 

"Iya, Dek! " Samuel melebarkan senyum. Dirinya ikut senang jika melihat adik perempuannya ceria seperti itu. 

Berbeda dengan Nesya, saat ini dirinya sedang merias wajahnya biar terlihat lebih cantik. Nesya juga sudah mengganti pakaian kerjanya menggunakan gaun dress. Sebab ini acara non formal jadi Nesya tidak perlu menggunakan pakaian kerjanya. 

"Penampilanku tidak boleh kalah dengan penampilan si Desy, " gumamnya. Dress polos berwarna hitam itu sangat cocok di tubuh Nesya. 

Sekretaris Nesya yang bernama Feby masuk kedalam ruangan Nesya untuk memberikan sebuah berkas untuk Nesya tandatangani. Feby begitu terpesona dengan penampilan atasannya yang terlihat glamor, cantik dan seksi. 

"Sungguh cantik, " sahut Feby sembari menaruh satu berkas di atas meja kerjanya Nesya. 

"Serius nih? " seru Nesya. 

"Serius! Miss Bos begitu cantik, sangat cantik, " seru Feby memuji kecantikan Nesya yang menakjubkan. 

"Oh terima kasih, Feby! "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status