Share

Bab 3 Ku Ingin Tanggung Jawabmu

"Benarkah?" tanya Ronald pura-pura bodoh. Ia kemudian menepuk jidatnya sendiri dan berkata, "Laura mungkin aku seperti ini karena sedang lapar saja. Lebih baik kita pergi makan siang."

Laura menghilangkan pikiran negatifnya terhadap suaminya. Ia mengangguk setuju. Ronald tersenyum lega. Setelah itu Ronald menggandeng tangan istrinya dan berjalan keluar dari ruangannya.

Sementara itu. Bella belum keluar dari persembunyiannya. Ia masih berusaha mengejar tanggung jawab dari Ronald kini yang Bella lakukan adalah berinisiatif untuk mengirim pesan pada ponsel Ronald.

Bella : Saya akan tetap menunggu di sini sampai Pak Ronald kembali. (Bunyi ancaman pesan chat Bella)

Kaget bukan kepalang saat Ronald membaca pesan tersebut. Beruntung Laura tak memergoki ekspresi wajahnya yang nampak gugup. Ronald rasanya hampir hilang kesabaran menghadapi sikap Bella saat ini. Namun jika dilawan dengan emosi, Ronald takut Bella akan semakin nekad.

Ronald : Pergilah dari sana. Karena setelah ini pasti istriku akan pergi ke ruanganku sebelum pulang.

Bella : Saya tidak akan pergi sebelum mendapatkan kejelasan dari Bapak.

Ronald : Pulang ke kostmu atau kamu tak akan mendapatkan apa-apa!

Bella mulai menyerah. Apalagi setelah membaca pesan terakhir dari Ronald. Hatinya mulai sedikit lega. Karena dijanjikan akan bertemu nanti.

Ronald : Aku akan temui kamu nanti di kost.

Bella : Baik. Saya akan tunggu Bapak di kost.

Bella akhirnya keluar dari toilet di ruang kerja Ronald tersebut. Setelah itu ia pulang ke kostnya sesuai perintah Ronald tadi. Biarlah sementara Bella ikuti permainan Ronald, demi mendapatkan tujuannya. Ia kemudian keluar dari ruangan Ronald dan berjalan keluar dari perusahaan. Bella pulang ke kostnya dengan menggunakan taksi.

**

Beberapa menit kemudian Bella sampai di kostnya. Di sana dia menghabiskan waktu sepanjang hari untuk meratapi nasibnya. Sembari menunggu Ronald menepati janjinya.

Berkali-kali ia mengecek notifikasi di ponselnya untuk mengecek apakah ada kabar dari Ronald, nyatanya tidak ada. Hari sudah berubah menjadi petang kepala Bella semakin terasa pusing. Perutnya terasa aneh tak seperti biasanya. Ia mulai merasa lapar sebenarnya, hanya saja disaat yang sama ia juga merasa mual. Sampai sebuah suara bel pintu mengagetkannya.

Dengan keadaan lemas dan bercampur malas Bella bangkit dan membukakan pintu. Raut wajahnya berubah menjadi cerah ketika melihat Ronald yang berdiri di depannya. Sekilas Bella melihat kantong kresek berisikan bungkusan makanan.

"Silakan masuk Pak," ucap Bella.

Bella menyingkir dari pintu, lalu Ronald masuk. Ronald segera menutup pintu. Agar tak ada seseorang pun yang dapat mendengar pembicaraan mereka berdua. Bella membulatkan matanya melihat hal itu. Namun ia membiarkannya karena akhirnya mempunyai pemikiran yang sama dengan Ronald.

"Kamu kelihatan pucat. Sebaiknya kamu ambil piring dan makan makanan ini," suruh Ronald.

Bella menggelengkan kepalanya. "Saya tidak lapar Pak," sahut Bella berbohong.

Ronald tertawa mengejek. "Mukamu udah kayak mayat kamu bilang nggak apa-apa," sindirnya. "Kalau kamu nggak makan aku nggak akan mulai bicara," lanjutnya.

Bella kemudian menurut. Ia mulai berpikiran positif bahwa Ronald akan bertanggungjawab. Meskipun ia sendiri belum mengetahui tanggungjawab seperti apa yang akan Ronald lakukan.

Bella berjalan menuju ke dapur mininya. Ia saat sudah berdiri di depan rak piring dan hampir meraihnya. Namun tangannya menggantung di udara karena sebuah keresahan yang mulai Ia rasakan. Dia mulai ragu dengan permintaannya kepada Ronald yang menuntut tanggung jawab. Sebab di satu sisi ia tak ingin Ronald menikahinya.

Bella enggan. Selain karena dia tak cinta kepada Ronald, ia juga tak ingin menyakiti Laura yang sudah sangat baik kepadanya. Bella kemudian membuang segala pikiran negatifnya.

"Lalu bagaimana dengan masa depan anak ini?" tanya Bella dengan mengelus perutnya sendiri.

Dengan cepat Bella mengambil piring dan kembali ke ruang depan untuk menemui Ronald. Setelah itu ia duduk di depan lelaki itu. Dan Ronald menyuruhnya untuk segera makan.

"Sekarang makan."

Bella mengangguk. Ia meletakkan bungkus makanan di atas piring lalu membukanya. Namun saat aroma dari makanan itu masuk menyeruak ke dalam hidungnya Bella malah hanya memandangnya.

"Kenapa nggak kamu makan?" tanya Ronald dengan wajah dingin.

"Saya merasa mual Pak," jawab Bella dengan jujur.

"Paksa. Memang seperti itu rasanya hamil muda," suruh Ronald yang secara tidak langsung sudah mengakui Bella hamil.

Bella masih diam. Ronald menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Karena merasa jengkel ia mulai mengeluarkan ancaman. "Apa kamu mau aku nyuapin kamu?"

Mata Bella membulat sempurna. Bulu kuduknya merinding mendengar kalimat itu. Segera ia menyendok makanan ke dalam mulutnya, kemudian mengunyahnya. Meskipun disaat yang sama perutnya terasa seperti diaduk-aduk, namun Bella bertahan.

Tak lama makanannya habis. Bella kemudian menaruhnya di atas meja. Ia juga tak lupa minum sebelum mendengarkan penjelasan Ronald.

"Langsung saja Bella. Aku akan bertanggung jawab soal anak yang kamu kandung itu," ucap Ronald.

"Apa yang akan Pak Ronald lakukan?" tanya Bella penasaran.

"Untuk mempertanggungjawabkan perbuatanku. Aku akan menikahkan kamu dengan seseorang," jawab Ronald.

"Menikahkan saya dengan siapa maksud Bapak?" tanya Bella semakin penasaran. Bella mengalami pergolakan hati yang luar biasa mendengar pernyataan dari lelaki di depannya. Itu artinya Ronald akan lepas tanggung jawab dan melimpahnya untuk orang lain.

"Kamu akan aku nikahkan dengan Jona, karyawanku," cetus Ronald ditengah keheningan yang sempat terjadi.

Bella tercengang mendengar nama Jona disebut. Bagaimana tidak. Jona yang dimaksud oleh Ronald dikenal sebagai lelaki yang sangat dingin dan arogan terhadap siapapun. Jona hanya dapat bersikap ramah terhadap Ronald dan juga Laura. Bagaimana bisa Bella hidup bersama menjalani hari-hari dengan suami yang seperti itu?

"Saya tidak mau Pak," tolak Bella.

"Kalau nggak mau menikah dengan Jona jalan satu-satunya hanya dengan menggugurkan anak itu," sahut Ronald dengan sinis.

Ronald bangkit dari tempat duduknya. Tangannya dengan mantap menunjuk ke wajah Bella dan berbicara dengan lantang. "Pikirkan kata-kataku atau aku nggak peduli lagi dengan kehamilanmu itu!"

"Harusnya kamu bersyukur aku mau tanggung jawab!" hardik Ronald sekali lagi. Ia lalu berjalan menuju ke pintu keluar.

"Jangan seperti itu Pak. Saya akan bicara jujur kepada Bu Laura jika Bapak tidak bertanggung jawab soal anak ini." Kini Bella mengancam balik Ronald.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status