Home / Romansa / Suami Bayaranku Ternyata Bos / Bab 2 Kehamilan Yang Tak Diinginkan

Share

Bab 2 Kehamilan Yang Tak Diinginkan

last update Last Updated: 2023-11-28 17:15:08

"Kamu bisa kan Bell nemenin aku fitness hari ini? Mumpung aku nggak ada jadwal nyanyi hari ini," ucap Laura yang tiba-tiba muncul dari arah depan. Ia menyusul Bella ke kamar mandi setelah supirnya tak kunjung muncul, sementara dirinya baru saja selesai menerima telepon dari seseorang.

"Kalau saya nolak, Ibu marah nggak?" Bella malah berbalik tanya.

"Ya nggak apa-apa sih. Cuma apa alasannya?" Laura semakin penasaran.

"Saya lagi datang bulan Bu. Lagipula saya sepertinya nggak enak badan," jawab Bella. Padahal ia menjadi lemah karena kehamilannya.

Laura manggut-manggut mengerti, meskipun sedikit kecewa karena harus fitness sendiri. Ia dengan lembut mengelus lengan Bella, seperti layaknya adik kandung sendiri. "Kamu pasti kelelahan karena aktivitas manggungku beberapa hari ini ya?" tebak Laura.

Bella tersenyum tipis sambil mengangguk kecil. Ia bersyukur karena Laura berpikir seperti itu. Karena ia tak mampu menceritakan apa yang terjadi sebelum mendengar tanggung jawab dari Ronald.

"Ya sudah. Kamu segera istirahat ya, biar segera membaik," ucap Laura. "Atau kamu mau aku antar ke rumah sakit?" tanya Laura memberikan tawaran.

Bella menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak usah Bu. Saya masih ada obat. Saya akan meminumnya dan segera tidur," tolak Bella.

"Ya sudah segera sembuh ya Bella. Aku berangkat fitness dulu ya," pamit Laura sambil melambaikan tangan.

"Baik Bu. Terimakasih," ucap Bella sambil menundukkan kepalanaya sedikit.

"Sama-sama," sahut Laura sambil berjalan pergi. Setelah itu bayangannya menghilang di balik pintu utama kostnya.

Setelah Laura pergi. Bella bergerak cepat untuk mandi. Hari ini dia akan menemui Ronald di perusahaan untuk meminta pertanggungjawaban dari lelaki itu. Sebab ia tak bisa menanggung kehamilannya yang tanpa suami tersebut seorang diri.

**

Satu jam kemudian Bella sampai di perusahaan Ronald. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Ronald. Tak lama sang pemilik ruangan membuka pintu. 

"Masuk," suruh Ronald dari dalam ruangan. Kemudian Bella memutar knop pintu dan masuk ke dalam ruangan.

Ronald terkejut melihat kedatangan Bella. Ia mengedarkan pandangannya ke belakang Bella. Berpikir barangkali Bella datang dengan istrinya. Namun ternyata tidak ada.

"Kamu datang dengan istriku?" tanya Ronald.

Bella menggelengkan kepalanya. "Tidak Pak. Saya datang sendiri untuk diri saya sendiri," jawabnya dengan raut wajah tegas. Tak seperti biasanya.

Sebenarnya semenjak peristiwa itu. Ronald selalu dihantui rasa cemas saat bertemu Bella. Meskipun ia berusaha bersikap biasa. Ia juga sudah berusaha melupakan kejadian itu. Ia berharap Bella juga berpikir demikian. Padahal tidak semudah itu.

"Lantas untuk apa kamu menemui saya?" tanya Ronald dengan raut wajah sinis.

Bella mendekat dan memberikan alat tes kehamilannya. Mata Ronald membulat sempurna melihat benda itu. Jantungnya berdebar lebih kencang seperti ingin mencuat dari tempatnya.

"Apa ini?!" Ronald sebenarnya tahu, yang ada di tangannya adalah sebuah tes kehamilan. Namun yang membuatnya tercengang karena terdapat garis dua di sana. Yang berarti wanita di depannya sudah hamil dari hasil benihnya. Dia tak menyangka bahwa perbuatan tak sengajanya tempo hari akan menjadi seperti ini.

Sebenarnya Bella juga tak menginginkan anak dari lelaki itu. Karena Bella tak pernah mencintai laki-laki itu. Disengaja atau tidak disengaja Bella tetap harus meminta pertanggung jawaban dari Ronald, karena semua itu perbuatan Ronald.

"Kamu pasti sengaja menjebakku kan?" tuduh Ronald dengan mengeraskan rahangnya. Matanya menatap Bella dengan tatapan membunuh.

Tangan Ronald yang tadi mengepal karena menahan emosi kemudian melayang dan mendarat dengan keras di pipi sebelah kanan Bella. Meninggalkan bekas merah seperti kepiting rebus di pipi putih mulus milik Bella. 

Bella menangis sambil memegangi pipinya yang terasa panas. Kekuatannya yang tak seberapa membuat dia sampai terhuyung ke belakang beberapa langkah. Setelah itu ia menatap Ronald dengan kilatan amarah. Namun tak lama ia menurunkan pandangannya. Nyali Bella menjadi ciut setelah ditatap balik oleh Ronald. 

"Jangan memutar balikkan fakta Pak. Anda sendiri yang malam itu datang dan menodai saya," sahut Bella dengan kalimat yang menohok membuat wajah Ronald memerah karena menahan malu bercampur emosi.

Alih-alih kasihan. Ronald malah bertambah kesal dan menarik kerah baju Bella. Kaki wanita itu sampai harus berjinjit karena tarikan dari tangan kekar Ronald. "Kurang ajar! Kamu tahu betul waktu itu aku mabuk!" Pernyataan ini hanyalah alibi Ronald untuk lepas dari tanggung jawab.

"Lalu, sekarang apa yang harus saya lakukan?" tanya Bella yang sudah bersimbah air mata.

"Kenapa harus bertanya lagi. Kamu gugurkan saja bayi itu. Beres kan," jawab Ronald dengan entengnya. Seolah mempertahankan nama baiknya lebih penting daripada darah dagingnya sendiri. Tak masalah jika dia harus mengorbankan janin Bella. Toh belum tentu anak yang dikandung oleh Bella itu adalah anaknya, pikirnya.

Bella menggelengkan kepalanya. Dia tidak akan mungkin tega menghabisi nyawa darah dagingnya sendiri. Anak itu tak salah. Hanya perbuatan Ronald yang salah. "Saya tidak bisa melakukannya," tolaknya terisak.

Ronald mulai muak, rahangnya mengeras. Kemudian maju satu langkah dan mencengkram rahang Bella. "Lalu apa maumu hah?!"

Dengan susah payah Bella berusaha melepaskan cengkeramannya. Ronald akhirnya melepaskan cengkeramannya. Tetapi bukan karena kasihan pada Bella. Namun alasannya karena ada suara pintu diketuk dari luar.

"Siapa?" tanya Ronald dengan raut wajah cemas. Namun tak ada jawaban. Tak ada jawaban dari luar. Seseorang di balik pintu malah memutar knop pintunya. Sontak Ronald menjadi panik. Ia mendorong Bella menuju ke toilet yang ada di dalam ruangannya. 

Karena tak mau terjadi masalah Bella memilih untuk menurut. Dia cepat-cepat masuk ke toilet. Setelah itu Ronald berusaha menormalkan kembali raut wajahnya. Agar tak menimbulkan kecurigaan.

Dia berdehem. Keduanya tangannya direntangkan untuk memeluk Laura. Kemudian tersenyum untuk menyambut kedatangan istrinya. Seolah tadi tidak terjadi apa-apa. "Ha–halo sayang…" sapanya dengan nada gugup.

Laura mengerutkan keningnya. Alih-alih menyambut pelukan dari suaminya. Ia malah mencium aroma kecurigaan. Saat melihat ekspresi wajah cemas yang berusaha disembunyikan oleh sang suami. 

"Kamu gugup. Apa terjadi sesuatu?" tanya Laura dengan tatapan mata menyelidik. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Bayaranku Ternyata Bos   Bab 129 Tamat

    Waktu telah lama berlalu, Norma mulai menunjukkan tanda tanda perubahan. Dia terlibat dalam program program rehabilitasi di dalam penjara dan mulai memperdalam pemahamannya tentang dirinya sendiri. Dia belajar mengelola emosi dan membuat keputusan yang lebih bijaksana, serta merencanakan langkah langkah untuk masa depannya setelah keluar dari penjara.Ketika hari pembebasannya semakin dekat, Norma merasa campur aduk antara kegembiraan dan ketakutan. Dia tahu bahwa kehidupannya akan berubah lagi ketika dia kembali ke dunia luar, dan dia berharap bahwa dia siap untuk menghadapinya. Dengan dukungan dari keluarga dan tekad yang baru ditemukannya, Norma bersumpah untuk menjalani hidup yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab setelah dia dibebaskan.*** Norma duduk di sebuah kafe, mencerna sensasi kebebasan yang baru ia rasakan. Setelah beberapa tahun di penjara, setiap momen di luar terasa seperti anugerah yang tak terhingga baginya. Namun, di antara kegembiraannya, ada perasaan cemas

  • Suami Bayaranku Ternyata Bos   Bab 128 Kedua Ibu Jona Kini Sahabat

    Nyonya Evelyn merasa prihatin dengan kondisi ibu kandung Jona yang sudah lumpuh bertahun tahun. Dia merasa perlu untuk mencari bantuan profesional yang terbaik untuk membantu kesembuhan ibu Jona. Setelah melakukan penelitian dan mencari referensi, Nyonya Evelyn menemukan seorang dokter ahli terkenal dalam rehabilitasi medis dan pemulihan kondisi fisik yang serius.Dokter tersebut dikenal karena keahliannya dalam merancang program rehabilitasi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kemampuan mereka. Dia memiliki pengalaman luas dalam merawat pasien dengan berbagai kondisi fisik, termasuk lumpuh, dan memiliki reputasi yang baik dalam membantu pasien mencapai kemajuan signifikan dalam pemulihan mereka.Dengan harapan untuk membantu ibu kandung Jona mendapatkan perawatan terbaik, Nyonya Evelyn mengatur pertemuan dengan dokter tersebut. Mereka bertemu di kantor dokter, di mana dokter tersebut melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi ibu Jona dan merencanakan program rehabilit

  • Suami Bayaranku Ternyata Bos   Bab 127 Keakraban Kedua Ibu Jona

    Kehadiran ibu kandung Jona, Nyonya Margaret, bersama dengan perawatnya, menyebabkan gemuruh di rumah Bella dan Jona. Meskipun Bella merasa sedikit tegang dengan kedatangan mendadak itu, dia menyambut ibu Jona dengan senyum hangat, memperkenalkan cucu cucunya dengan penuh kebanggaan.Nyonya Margaret, dengan wajah yang dipenuhi dengan campuran antara senyum dan raut penyesalan, mengamati Aurora dan Rafael dengan penuh kasih sayang. Meskipun ada ketegangan yang tersisa di udara, Bella berusaha untuk menciptakan suasana yang hangat dan ramah.Namun, ketegangan di rumah semakin bertambah ketika ayah Jona dan ibu tiri Jona tiba tak lama setelah itu. Kecanggungan yang luar biasa melanda ruangan saat ketiga orang itu bertemu di hadapan yang lainnya.Ayah Jona, seorang pria yang serius dan berwibawa, menyambut Bella dan anak anaknya dengan sapaan yang sopan, tetapi tetap menjaga jarak yang terasa tegang. Sementara itu, Nyonya Evelyn, ibu tiri Jona, mencoba untuk menjaga ketenangan dengan senyu

  • Suami Bayaranku Ternyata Bos   Bab 126 Kelahiran Anak Kedua

    Sembilan bulan kemudian…Sembari berbaring di ranjang rumah sakit, Bella menahan rasa sakit yang melanda tubuhnya dengan erat. Wajahnya terhuyung huyung di antara ekspresi keteguhan dan kelelahan yang tak terelakkan. Nyonya Evelyn, ibu tiri Jona yang setia, berdiri di sampingnya dengan tatapan penuh perhatian dan kekhawatiran yang dalam.“Ibu akan di sini untuk menemani perjuanganmu, sayang,” ucap Ibu tiri Jona.“Berjuanglah, Sayang,” kata Bella ikut memberikan dukungan. Sementara Bella sibuk berkonsentrasi memperjuangkan kelahiran anaknya.Bunyi detak mesin yang mengawasi detak jantung bayi yang belum lahir terdengar di ruangan itu, menciptakan ketegangan yang mendalam. Dokter dan perawat bergerak dengan cepat dan cermat, siap untuk membantu Bella melalui proses yang mengharukan ini.Bella menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang luar biasa saat kontraksi mengguncang tubuhnya. Dia merasakan tubuhnya bergetar dengan kekuatan alam yang menggerakkan proses kelahiran. Tatapan mat

  • Suami Bayaranku Ternyata Bos   Bab 125 Hari Hari Menyenangkan Bersama Ibu Mertua

    Bella, meskipun Norma telah dipenjara, masih merasakan dampak traumatis dari peristiwa yang telah terjadi. Dia merasa takut dan tidak aman, bahkan di lingkungan yang seharusnya memberinya perlindungan. Trust issue yang dia alami membuatnya sulit untuk mempercayai siapa pun, termasuk asisten pribadi yang diberikan oleh Jona untuk membantunya.Jona, yang sangat peduli dengan kesehatan mental Bella, berusaha keras untuk memberikan dukungan dan bantuan yang dia butuhkan. Dia berharap bahwa dengan hadirnya asisten pribadi, Bella akan merasa lebih terbantu dan didukung dalam mengatasi trauma yang dia alami.Namun, rencana Jona tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Bella tetap waspada dan tidak bisa membuka diri bahkan kepada asisten pribadi yang telah ditunjuk khusus untuknya. Setiap upaya yang dilakukan untuk mendekatinya bertemu dengan tembok percaya diri yang kokoh yang telah dibangun oleh pengalaman traumatisnya.“Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk menghilangkan rasa traumatisnya

  • Suami Bayaranku Ternyata Bos   Bab 124 Masuk Penjara Untuk Instropeksi Diri

    Setelah berjanji untuk berubah menjadi lebih baik, Norma tampaknya mengalami kemunduran yang mengkhawatirkan. Ketika dia mengetahui bahwa Bella sedang hamil anak Jona, gelombang kemarahan dan kecemburuan kembali memenuhi pikirannya. Meskipun dia telah berusaha untuk menahan diri, namun dorongan untuk membalas dendam terhadap Bella dan Jona kembali menghantui dirinya.“Nggak! Ini nggak bisa dibiarkan. Seharusnya aku yang mengandung anak, Jona. Bukan kamu, Bella!” Norma mengamuk sambil menyapu semua yang ada di meja riasnya. Akibatnya semua peralatan make-up nya berserakan di lantai.“Kamu nggak boleh bahagia di atas penderitaanku, Bella. Tidak boleh. Aku harus lakukan sesuatu!”Tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya, Norma merencanakan sesuatu yang gelap. Dalam kegelapan malam, dia merayap ke rumah Bella dan Jona dengan niat yang tidak baik. Dengan hati yang penuh dendam, dia mencoba untuk menyakiti Bella, dan mungkin juga calon bayi mereka.Namun, sebelum dia dapat melaksanakan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status