Share

BAB 5 Semalam di Balkon

"Lepaskan!” pinta Aliesha.

Tangannya kesakitan karena genggaman Eros begitu kuat.

Sayangnya, Eros tampak tak peduli. Dia justru menarik gadis itu ke arahnya.

Noah hendak membantu Aliesha, tetapi kehadiran Ayah Aliesha membuatnya membatalkan niat.

“APA-APAAN INI?" teriak pria tua itu. Dia mencoba untuk melerai.

Namun, Eros masih saja mencengkram Aliesha dan menjambak rambutnya.

“Arrgh,” erang Aliesha kesakitan.

Tak terima, wanita itu pun mulai menggigit tangan pria tambun itu agar dilepaskan.

"ALIESHA!" Ayahnya pun berteriak dan menarik tubuh putrinya dari cengkeraman Eros.

Aliesha sendiri masih belum terima dengan apa yang dilakukan sang ayah dan tunangan. 

"Ayah, lepaskan aku! Aku mau membalas memukul Eros dan menjatuhkannya ke lantai bawah. Biar aku tendang dia!"

Kalau dilihat-lihat, dia sudah seperti orang yang sedang kesurupan.

Dari kubu Eros, ada Papa dan Mamanya yang kini datang dan memegangnya agar tidak melanjutkan perang fisiknya dengan Aliesha.

"Sepertinya, acara harus dihentikan."

Papa Eros akhirnya mengambil kebijakan di saat suasana masih panas. "Ini sangat memalukan. Calon menantu yang seharusnya punya rasa malu, malah malu-maluin.”

“Eros, ayo kita semuanya pulang sekarang!" putusnya.

Segerombolan orang itu akhirnya pergi dan satu persatu menuruni tangga–meninggalkan Aliesha dan keluarganya.

Namun, Eros yang masih kesakitan terlihat kesal dan tidak terima karena merasa direndahkan. "Awas kamu, Aliesha! Akan aku balas nanti. Tunggu saja!"

Aliesha menatap tajam pria itu dan hendak membalasnya.

**

"Aku harus melakukan sesuatu!" gumam Aliesha pada dirinya sendiri.

Ucapan ayahnya tak main-main.

Beberapa hari ini dia tak ubahnya seperti tawanan. Makan, minum, tidur, bangun dan tidur lagi. Semuanya dilakukan dari dalam kamarnya.

Aliesha bahkan harus menjalani meeting secara online.

Sejauh ini, dia bisa beralasan pada bawahannya jika sedang menjalani masa karantina dan tak boleh ke mana-mana.

Tapi, harus sampai kapan dia begini?

"Hei...Psssst..."

Aliesha mendengar sesuatu dari balik jendela.

Karena penasaran, dia akhirnya dibukanya tirai jendela besarnya yang menghadap ke view kolam renang.

"ASTAGAA! NOAAH???"

Aliesha berteriak histeris mendapati sang sopir di sana.

Cepat-cepat dia membuka jendela dan menyuruh Noah masuk ke kamarnya.

Seumur-umur, ini adalah kali pertama seorang lelaki asing masuk menjamah tempat paling privat dalam hidupnya.

Di sisi lain, Noah sedang berusaha membuat nafasnya teratur kembali.

"Noah, apa yang kamu lakukan?" Aliesha bertanya sambil menyuruh sopirnya itu duduk di sofa.

Lalu dibawakannya air dalam botol yang kebetulan disediakan oleh pembantunya karena dia tak boleh ke manapun.

"Nona, kau tahu sendiri. Sudah tiga hari aku tidak bekerja. Aku bosan dan akhirnya mencoba menemuimu," katanya.

Aksi heroiknya memanjat balkon demi balkon hingga akhirnya menuju kamar Aliesha memang tidaklah mudah.

Kalau dia tadi sampai gagal, pasti akan terjatuh di kolam renang dan semua orang akan mendengarnya!

"Tapi, kamu kenapa ke sini malam-malam begini?" cemas Aliesha pada laki-laki muda yang sudah dianggapnya adik itu.

Namun, ucapan Noah selanjutnya–mengejutkan dirinya. "Yang namanya kangen, mau bagaimana lagi?"

"Hah?”

“Maksudku, aku ingin bertemu dan melihat keadaanmu. Kupikir Nona akan dijadikan satu kamar dengan Tuan Eros yang liar itu. Untunglah Nona dikurung sendirian di sini," ucap pria itu cepat.

"Noah, kamu benar-benar baik..." Aliesha pun akhirnya memeluknya spontan.

Noah sendiri tampak begitu menikmatinya.

Namun saat dia membelai punggung Aliesha, barulah dia menyadari kalau lady-boss itu hanya mengenakan tanktop tanpa pakaian dalam!

Cepat-cepat dia lepaskan pelukan itu.

Celaka! Ini akan berbahaya bagi kesadarannya. Dia harus pergi dari situ.

Sayangnya, cuaca yang tadinya terang oleh sinar rembulan harus berubah seketika dengan turunnya hujan.

Kilatan petir yang menyambar seakan menantang siapapun yang berani kepadanya.

Belum lagi, angin yang berhembus menambah suasana semakin mencekam.

"Noah." Suara Aliesha mendadak terdengar begitu manja di telinganya sekarang, "apa kamu turunnya nanti saja? Saat ini, hujan sangat lebat di luar."

Noah terdiam. Dia sebenarnya tidak tahu kira-kira manakah yang lebih aman, pergi keluar menantang hujan ataukah tetap tinggal di kamar sambil menahan gejolak jiwanya?

"Sepertinya harus segera pergi, Nona," putusnya.

Namun, Aliesha justru menggelengkan kepala tak setuju. "Apa kamu sudah gila? Kalau kamu keluar nanti, kamu bisa kesambar petir atau kepleset karena licin!"

Tanpa aba-aba, Aliesha beranjak mendekati jendelanya dan menutupnya kembali.

Namun, tak lama sebuah petir dengan bunyi yang sangat kencang menerpa.

Getarannya mengguncang kamar Aliesha dan seketika membuat lampu padam.

Sepertinya, memang aliran listrik dihentikan karena ada pohon tumbang atau menjaga keamanan lingkungan.

…..

"Noah, aku takut gelap!" Aliesha melompat ke sofa tempat Noah duduk.

Keduanya berpelukan karena sama-sama terkejut.

Sambaran petir beberapa kali membuat pelukan Aliesha mengerat.

Noah dapat merasakan gemetar tubuh wanita itu.

"Tidak apa-apa, Noah. Ada aku..." Pria itu pun kembali mengelus-elus punggung Aliesha meski merasa ini akan menjadi lebih berbahaya daripada keluar berlarian di saat cuaca buruk begini.

Tapi, apa daya...

"Nona, sebaiknya Nona tidur di atas ranjang. Biar saya di sofa sini saja..." bisik Noah ke telinga Aliesha.

Dia pun menggendong Aliesha dan menidurkannya di ranjang.

Hanya saja, saat Noah akan kembali ke sofanya tadi, Aliesha merintih.

"Noah, jangan pergi. Temani aku di sini! Temani aku, aku takut sekali..."

Duh!

Noah khawatir kalau-kalau ikut masuk ke dalam selimut itu, sesuatu yang menjadi malapetaka akan terjadi.

Namun, dia tak tega meninggalkan wanita cantik itu.

Dia pun masuk ke dalam selimut yang sama.

“Noah, kamu bukanlah lelaki yang memanfaatkan keadaan dalam kesempitan. Kamu punya dignity!” batinnya dalam hati mengingatkan.

Terlebih, kala tangan Aliesha kini malah memeluk tubuhnya.

Sampai kapan dia harus menahan diri begini?

“Dignity, Noah!” batinnya mengingatkan.

Entah karena rasa frustasi dan lelah memanjat tadi, tanpa disadari, Noah pun mulai ikut memejamkan mata.

Dia tertidur di sana sampai teriakan ibu tiri Aliesha menggema ke seisi ruangan di pagi hari.

"Dasar bocah tengil! Berani-beraninya kamu di sini!"

Suara beberapa pembantu yang ikut menyaksikan pemandangan tak biasa itu membuat Noah dan Aliesha terusik.

Mereka pun akhirnya terbangun dengan sendirinya.

Betapa terkejutnya Aliesha saat dia membuka mata, kamarnya sudah penuh dengan orang-orang rumah.

Parahnya, dia tidur berpelukan dengan Noah!

"Tuan... " lirih salah satu pembantunya terkejut ketika Ayah Aliesha datang melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Deg!

"Ayah, aku bisa jelaskan! Ini adalah salah paham. Ini tidak seperti yang kalian pikirkan..." Aliesha kini bersuara, tetapi tak seorangpun percaya.

Noah sendiri tak berani bicara karena takut malah memperkeruh keadaan.

"Aliesha! Kamu keterlaluan. Kemarin itu kamu berpelukan dengan dia saat kamu sedang bersama dengan tunanganmu.”

“Setelah semuanya kandas, kamu malah tidur satu ranjang dengannya! Aku sudah putuskan. Mulai sekarang, Noah-lah yang akan menikahimu. Titik!" seru Ayahnya.

"Tapi, Yah. Dia–" Aliesha berusaha mengelak, tetapi ucapannya justru dipotong oleh sang ayah.

"Aku tidak mau tahu. Yang jelas itu adalah keputusanku. Siang ini juga, kalian akan aku nikahkan!"

Tak lama, pria itu keluar ruangan dengan muka merah padam.

Di sisi lain, senyuman penuh kemenangan mendadak muncul di wajah ibu tirinya.

 Rupanya semesta mendukung niatnya.

"Selamat, Aliesha. Kamu akhirnya mendapatkan ganti suami lebih cepat dari dugaanku," ucap wanita licik itu merendahkan Aliesha, "Memang, sopir itu terlihat lebih cocok untuk dirimu."  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status