Share

BAB 6 Siasat Sesat

Pagi harinya, seperti yang sudah diultimatum oleh sang ayah, akad nikah berlangsung mendadak dan privat. Acara hanya dihadiri beberapa keluarga penting saja, tak ketinggalan para tante julid dan omnya.

“Saya terima nikah dan kawinnya Aliesha Zhafira binti Martin Zhafir dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tuunai.”

Lantunan ijab qabul yang diucapkan Noah dengan lancar membuat seisi rumah mengucapkan kalimat ‘sah’ secara bersamaan.

Bak di adegan film, prosesi diiringi oleh rasa haru dan lega, akhirnya Aliesha melepaskan masa lajang.

Aliesha masih belum percaya Noah menikahinya. Apa yang mampu diberikan oleh seseorang yang berprofesi sebagai sopir selain keahliannya menyetir?

Noah... bagaimanapun dia tak lebih dari seorang karyawan yang menggantungkan gaji dari keluarganya setiap bulan.

Jangankan untuk memberikan hidup mewah bagi Aliesha, untuk hidup sehari-hari saja Noah itu menumpang pada keluarganya.

Dia mendiami paviliun kecil di belakang rumah induk Aliesha, makan sehari-hari bersama staff di belakang. Semua dia lakukan untuk menghemat pengeluaran. 

Lelaki itu tak punya apa-apa selain tubuh atletis dan wajah tampan saja. 

“Aliesha, cium tangan suamimu…” perintah ayahnya saat tahu anak perempuannya hanya mematung.

“A-apa, Ayah?” tanyanya linglung.

“Cium tangan suamimu…” bisik ibu tirinya melanjutkan.

Tangan Aliesha gemetar saat harus mencium tangan Noah. Ini adalah hal yang tak pernah terbayang olehnya. Bagaimana mungkin akhirnya sopir yang lebih muda itu jadi suaminya sekarang?

Tak bisa dihindarkan juga komentar miring dan bisik-bisik beberapa keluarganya yang hadir.

“Huh, mendingan si Eros kemarin. Biar jelek gitu tapi duitnya banyak.” Timpal salah satunya.

“Iya, betul. Daripada pemuda ganteng, tapi hanya seorang sopir pribadi.” Ejek yang lain. “Mau cari yang begini mah… sejuta juga dapat kalau untuk semalam. Cih…”

Iringan tawa kecil akhirnya menjadi bumbu pembicaraan ghibah selepas akad itu.

Mereka rupanya tak berhenti, justru pembicaraan semakin hot. “Eh, diam dulu. Siapa tahu sama yang lebih muda, Aliesha nanti merasa lebih greng di ranjang. Kalau sama Eros… amit-amit. Badannya banyak lipatannya dan pasti berbulu…Hiii…”

“Tapi, apa Aliesha kuat mengimbangi stamina si bule itu? Dengar-dengar mereka ganas lho…”

Aliesha tak menangggapi mereka. Baginya sekarang, mengurusi dirinya lebih penting daripada adu mulut yang nanti tak akan mengubah keadaan.

**

Suasana malam di kamarnya kembali seperti penjara lagi. 

Aliesha tak hanya terenggut kebebasannya, tapi juga haknya untuk memilih masa depannya sendiri.

Pintu kamarnya diketuk halus.

“Noah? Masuklah…” tanpa memperhatikan siapa yang sedang mengetuk pintu, Aliesha menyuruhnya masuk.

Dia pikir itu adalah suaminya.

Siapa sangka kalau sosok yang mendekat dengan tubuhnya itu adalah lelaki yang paling dia benci di muka bumi ini.

Lampu ruangan sengaja dia matikan. Pintu juga sudah terkunci dari dalam.

“Kenapa kamu mematikan lampu?” tanya Aliesha. “Kamu tahu kan kalau aku takut gelap? Noah, nyalakan lagi!”

Tak digubrisnya permintaan wanita cantik itu dan kedua tangannya segera menyentuh punggung Aliesha.

“Si-siapa kamu? Noah?”

“Dia tak ada di sini.” Jawabnya datar dengan senyuman penuh arti.

“Eros? Apa yang kamu lakukan di sini!”

"Aku adalah laki-laki yang seharusnya menikmati tubuhmu pada malam pertama."

"Pergi kamu! Atau aku akan berteriak.”

"Hahahaha. Bagiku tak masalah siapa yang menikah denganmu, yang jelas... akulah yang akan mencicipi kemolekan tubuhmu. Hahaahaha!" Tawa itu menggema ke seluruh isi ruangan.

"Toloooong...." jeritan suara Aliesha yang hampir membuat uratnya putus. Tak seorangpun menolong.

"Semua akan percuma saja kamu lakukan. Sini, buka bajumu dan serahkan dirimu padaku. Itu akan membuat semuanya mudah dan sama-sama enak... Hahaha..." Eros semakin mendekat dan bahkan nafasnya sudah terdengar makin jelas di telinga Aliesha.

"Pergi dari sini! Pergi..." suaranya semakin serak namun tetap saja berteriak.

Sekarang dirinya hanya bisa pasrah menjadi korban kemesuman Eros. Tubuhnya yang ringkih mulai tertindih.

Karena tak punya cara lain untuk meloloskan diri, tangan kiri Aliesha memukul tubuh Eros yang penuh tumpukan lemah. Nihil.

Noah, seandainya saja kamu ada di sini…

Doa terakhir dia panjatkan. Sementara Eros terus mencium leher dan tubuh bagian depan Aliesha.

“Hentikan! Hentikan…”

“Hey, kurang ajar kamu!”

Seketika lampu menyala. Dua orang pembantunya mengikuti Noah yang muncul tiba-tiba menarik tubuh Eros.

Aliesha hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Hampir saja harta paling berharganya sebagai seorang wanita terenggut.

“Kamu tidak apa-apa, Nona?” Eros menenangkannya.

Dengan tanpa sengaja dia memeluk tubuh yang ketakutan itu.

“Ssssh… sudah, sudah, ada aku. Tenanglah, Nona. Jangan menangis.” Dia menyeka air mata Aliesha dan mengelus punggungnya.

Meski masih sesenggukan, akhirnya tak berapa lama kemudian dia tenang dan tertidur. Tenaganya sudah habis saat diserang oleh Eros tadi.

Setelah memastikan tubuh Aliesha terbaring sempurna, Noah menerima panggilan dari seseorang yang dia beri nama Ben di kontaknya. 

“Iya, halo…” ucap Noah pelan-pelan. Dia memastikan kalau istrinya tak terusik dalam tidur.

“Bagaimana? Sudah kamu lakukan?” tanya sosok bernama Ben itu.

“Aku baru saja akad nikah hari ini. Jelas itu tidak mungkin.” Timpalnya. “Semua orang masih lengkap di rumah ini. Belum lagi tadi Eros gendut itu membuat ulah lagi.”

“Hah, jangan lama-lama. Segera ambil sertifikatnya lalu pastikan kamu letakkan yang palsu.”

“Pasti aku akan melakukannya.” Noah pun berjalan keluar kamar. Semua orang sedang sibuk berpesta di bawah.

Keluarga Aliesha sungguh tega, setelah membuatnya menikah dengan Noah, mereka berhura-hura di bawah tanpa pengantin pria maupun wanita.

“Bagus. Sesuai informasi dari orang yang bis akita percaya, keluarga istrimu itu juga memiliki asset batu bara dan pertambangan… kalau kamu bisa…”

Noah mendengar suara lenguhan wanita yang tak jauh dari tempatnya menelpon.

“Ben, kita sudahi dulu. Aku harus mengecek sesuatu di sini. Nanti aku beri update lagi.” Bisik Noah lalu menutup telpon dan segera menaruhnya di saku celana.

“Uh, uh… uh…”

Suara yang tak asing di telinganya. Suara itu semakin terdengar jelas. Noah mencari asal usul sumbernya dan tak dia sangka, dia menemukan sesuatu yang di luar dugaan.

Sepasang manusia sedang beradu di atas sofa ruang kerja. Pintu yang sedikit terbuka memudahkannya untuk mengabadikan momen itu dengan ponselnya.

“Eros! Ah… ahhh…”

Suara wanita itu semakin menjadi-jadi. Sementara tubuh tambun yang berada di atasnya, terus menggerak-gerakkan tubuhnya.

“Ini hukuman kamu karena anak tirimu tidak jadi memuaskanku! Terima ini…”

Noah tak menyiakan momen itu dan terus mengamati keduanya meski dia merasa jijik dan ingin muntah seketika.

“E-ros… E… ros… Aku... puas!” wanita itu tergolek di atas sofa dan disusul oleh Eros yang berbaring di bawah sofanya.

“Kena kalian!” ucap Noah setelah mengambil gambar yang akhirnya memperlihatkan wajah jelas kedua makhluk itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status