Share

Suami Dadakan Ibu Muda
Suami Dadakan Ibu Muda
Penulis: Choco Raein

Kepercayaan yang Dikecewakan

“Malam ini saja, tolong layani aku. Aku janji jika terjadi sesuatu, maka aku akan bertanggung jawab. Kamu percaya padaku, kan?”

Seorang laki-laki berbadan kekar menatap seorang perempuan yang merupakan kekasihnya dengan tatapan penuh nafsu.

“Kamu janji akan menikahiku?” tanya Mawar.

Perempuan itu adalah Mawar Declarista, seorang wanita karir yang memiliki beberapa usaha kecil dan juga merangkap menjadi sekretaris kekasihnya saat ini. .

Sementara laki-laki yang bersamanya adalah Franderen Aliano, seorang CEO dari salah satu perusahaan informatika besar di Indonesia.

“Iya, aku janji. Sekarang kita bersenang-senang dulu, ya. Aku pastikan ini akan aman,” sahut Fran.

“Akan kulayani kamu sampai puas. Aku percaya kamu, kamu orang yang paling bertanggung jawab yang pernah aku kenal,” ucap Mawar.

Malam itu ia habiskan bersama dengan kekasihnya, dengan penuh cinta dan kasih sayang di antara mereka. Tidak ada keraguan di antara mereka, seolah semuanya akan berjalan baik-baik saja dan mereka akan hidup bahagia.

Namun, beberapa minggu setelahnya Mawar mendapatkan nasib buruk. Dokter mengatakan bahwa dirinya hamil, sedangkan semua itu diluar dugaannya dan Fran.

Sesegera mungkin ia menghampiri Fran dan meminta pertanggungjawaban seperti yang dijadikan oleh Fran sebelumnya. Namun, laki-laki yang ia cintai justru mengingkari janjinya.  

“Ada apa, Sayang? Sepertinya kamu sangat tidak sabar untuk bertemu denganku sampai-sampai kamu mendatangi kantorku,” ujar Fran.

“Fran, ini keadaan genting. Aku sedang tidak ingin bercanda saat ini. Aku ingin bicara serius, aku mau kamu segera menikahiku.” Tatapan serius dari wajah cemas Mawar tergambar sangat jelas.

“Aku pasti akan menikahimu, tapi nanti setelah aku benar-benar siap. Sekarang aku belum siap, kamu tunggu saja, ya,” sahut Fran.

“Aku tidak bisa menunggu lagi, aku harus menyelamatkan nama baikku, aku mengandung anakmu, Fran,” ucap Mawar.

Seketika Fran terdiam, ia tidak sangat terkejut mendengar pernyataan yang keluar dari mulut kekasihnya saat itu.

“Kamu bercanda, kan? Aku hanya melakukannya sekali, tidak mungkin kamu langsung mengandung anakku. Kamu pasti bermain dengan laki-laki lain, kan?” tanya Fran dengan tatapan tidak percaya.

“Aku hanya memberikan kepuasan kepadamu! Kamu yang memintanya dan kamu yang berjanji akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Kenapa sekarang kamu malah seperti ini?” Mawar mengerutkan keningnya, menatap Fran dengan tatapan aneh.

Selama ini hanya Fran yang ia cintai. Tidak ada nama lain di hatinya. Baginya, satu orang saja sudah cukup untuk memberikan kebahagiaan kepadanya.

“Katakan saja jika kamu melakukannya dengan laki-laki lain, jangan meminta pertanggungjawaban dariku karena aku tidak akan bertanggung jawab. Aku tidak merasa bahwa itu adalah anakku dan aku belum siap untuk menerima kenyataan ini,” ucap Fran.

Mawar tertawa kecil mendengar ucapan Fran. Ia tidak menyangka kekasihnya akan mengatakan hal seperti itu kepadanya.

“Kamu tau jika selama ini aku hanya memiliki hubungan denganmu, aku tidak pernah begitu dekat dengan laki-laki lain, hanya kamu!” tegas Mawar.

“Aku tidak percaya!” sinis Fran.

“Terserah kamu, tapi sekarang kamu harus bertanggung jawab. Ayo nikahi aku!” seru Mawar.

“Aku belum siap untuk menikah, apalagi sampai punya anak! Gugurkan saja anak itu! Aku tidak mau menikahimu!” Fran menepis tangan Mawar yang ada di dekatnya, lalu ia beranjak pergi dari sana.

Mawar dengan cepat langsung menghadang Fran dan menatap Fran dengan tatapan penuh amarah.

“Mau ke mana kamu? Nikahi aku atau aku beritahukan kepada seluruh orang di sini bahwa kamu sudah berbuat yang tidak-tidak kepadaku,” ancam Mawar.

“Katakan saja kepada semua orang, kamu sendiri yang akan malu. Semua orang yang mengenalku akan mengira kamulah yang menggodaku. Aku tidak akan merasakan malu sebab aku akan pergi ke luar negeri, tetapi kamu yang akan menanggung semua rasa malu itu sendirian!” sinis Fran.

Fran mengeluarkan sebuah paspor dari tasnya, lalu menunjukkannya pada Mawar. “Lihat, aku harus pergi sekarang. Jangan ganggu hidupku lagi!”

Fran mendorong tubuh Mawar, lalu ia berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Mawar tertegun, ia ditinggalkan dengan keadaan seperti itu. Ia tidak bisa menerima kenyataan itu.

Ia langsung mengejar Fran yang berjalan jauh di depannya. Ia tidak akan membiarkan Fran pergi begitu saja, Fran harus bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi padanya.

Namun, langkah kakinya kalah dengan Fran. Kini Fran sudah memasuki lift dan turun menggunakan lift tersebut, sedangkan dirinya mencoba menyusul dengan menunggu lift selanjutnya.

“Tidak bisa, aku tidak bisa menunggu lagi, dia harus bertanggung jawab.” Mawar berlari menuju tangga kantor tersebut.

Ia tidak tau apakah ia bisa mengejar Fran atau tidak, yang jelas ia harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan pertanggungjawaban Fran.

Kakinya terasa sangat sakit saat berlari menuruni tangga, tetapi ia tidak bisa berhenti. Ia harus mengejar Fran. Dengan napas yang tersenggal ia sampai di lobi kantor tersebut. Di sana ia melihat Fran beranjak memasuki mobil yang berada di depan pintu kantor tersebut.

“Fran, jangan pergi!” teriak Mawar seraya menghampiri Fran.

Namun, nihil. Fran sudah pergi dengan menggunakan mobilnya meninggalkan kantor tersebut.

Mawar menjatuhkan dirinya di ambang pintu masuk kantor tersebut, ia sangat lemas melihat kekasih yang selama ini ia percayakan malah meninggalkannya seperti itu.

“Lihat, wanita penggoda itu sudah menanggung akibatnya.”

“Dia tidak pantas ada di kantor ini, dia sudah menodai Pak Fran, dia seharusnya menjual diri di jalanan saja.”

Suara-suara sekitar membuat Mawar tertegun, ia yakin ucapan itu ditujuan kepadanya. Namun, ucapan itu tidaklah benar.

Ia bangun dan menatap sekumpulan wanita yang bergunjing di belakangnya.

“Apa yang kalian katakan?” Mawar menatapnya dengan tatapan tajam.

Salah satu wanita itu maju dan menunjukkan sebuah percakapan yang ada di ponselnya.

“Baru saja Pak Fran menyebarkan foto saat kamu sedang menerkam Pak Fran. Sepertinya kamu akan pergi dari kantor ini, sebab kamu sudah dianggap sebagai wanita penggoda di sini,” ucap wanita itu.

Mawar membelalakan matanya. Foto tersebut tersebar dengan jelas, tetapi informasi sebenarnya tidaklah benar.

“Dasar laki-laki tidak beradab! Kamu ambil mahkotaku dan kamu hancurkan aku. Kamu jahat, Fran! Kebenci ini akan selalu kuingat!”

***

 Ingatan menyakitkan itu terlintas di pikiran Mawar saat dirinya baru saja berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan anaknya.

Setelah mengalami sakit yang luar biasa pada tubuhnya dan rasa sakit hati akibat ingatannya itu, ia langsung terbaring lemah.

Saat itu juga seorang suster menunjukkan bayinya yang baru saja ia perjuangkan kehidupannya tadi. “Bu, ini putra Ibu. Sehat dan tampan.”

Mawar menoleh, ada rasa kesal di hatinya saat melihat bayi di sebelahnya. Wajah bayi itu mengingatkannya pada Fran yang sudah mengkhianati cintanya.

“Bawa saja dia ke tempatnya!” suruh Mawar.

Suster yang ada di sana terdiam, ia merasa bingung dengan Mawar yang terlihat tidak senang akan kehadiran buah hatinya.

Namun, suster itu hanya menjalani tugasnya. Ia segera pergi dan menaruh bayi itu di tempatnya.

Di kamar itu hanya tersisa Mawar seorang. Rasa lelah dan kesal di hatinya bercampur aduk, seharusnya ia tidak pernah merasakan hal ini di usia mudanya. Namun, ucapan manis Fran membuatnya terlena.

Kini ia akan dianggap sebagai wanita menjijikan karena memiliki bayi tanpa suami. Saat itu juga ia mulai memikirkan sesuatu yang tidak-tidak.

“Jika sejak awal anak itu tidak bisa aku bunuh dengan mengugurkannya, mungkin sekarang waktunya. Aku tidak ingin ada orang yang mengetahui keburukanku ini, aku tidak menginginkan anak itu,” gumam Mawar.

Penyesalan di hati Mawar terasa sangat besar. Ia masih ingin menikmati masa-masa mudanya, tetapi sekarang ia malah menjadi seorang ibu.

“Wajahnya sangat mirip dengan Fran, jika aku merawatnya maka sama saja aku merawat rasa sakit hatiku. Aku tidak bisa, aku terlalu lemah untuk menjaga bayi itu sendirian,” ujar Mawar.

Saat ia sedang memikirkan rencana buruk untuk putranya, ada seorang laki-laki muda yang mengejutkannya dari ambang pintu masuk.

“Siapa kamu?” tanya Mawar.

“Saya salah kamar tadi, maaf,” jawab laki-laki itu.

Mawar mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan laki-laki itu yang kini beranjak mendekatinya.

“Jika kamu salah kamar, kenapa tidak langsung keluar? Kenapa mendekat?” tanya Mawar.

“Saya tidak sengaja mendengar pemikiran burukmu dari ambang pintu tadi. Saya tidak tau masalah apa yang sedang kamu hadapi. Namun, saya ingin mengingatkan ini. Tidak ada seorang anak yang ingin dilahirkan dalam keadaan dibenci. Mereka masih suci, tidak ada alasan untuk mereka mendapatkan kebencian, apalagi sampai keburukan yang sudah kamu rencanakan,” ujar laki-laki itu.

“Tidak perlu ikut campur dengan masalahku, kamu tidak tau apa-apa, bocah!” sinis Mawar.

“Ya, aku memang masih muda dan aku tidak tau tentang masalahmu. Namun, aku tau perasaan anakmu, jangan abaikan dia, tolong! Dia darah dagingmu. Jika saat ini kamu merasa kesepian dan sendirian di dunia ini, maka ingatlah bahwa dia hadir untuk menemanimu. Percayalah bahwa dia dikirimkan oleh Tuhan untukmu,” ucap laki-laki itu yang kemudian keluar dari ruangan tersebut.

Mawar terdiam memikirkan apa yang laki-laki itu katakan. Benar juga, ia sendiran saat ini, ia kesepian, selama ini ia hanya berjuang untuk dirinya sendiri dan keluarganya yang tinggal jauh darinya.

“Dia memang tidak bersalah dan dia bisa menjadi temanku. Namun, apa aku bisa menerima kenyataan? Apa mungkin dia adalah jawaban dari doaku selama ini yang menginginkan teman hidup yang mengertiku? Apa aku akan menyayanginya dan tidak membunuhnya?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status