Home / Romansa / Suami Dadakan Ibu Muda / Mengerti Sebab Merasakan

Share

Mengerti Sebab Merasakan

Author: Choco Raein
last update Last Updated: 2023-08-13 22:22:34

Suara tangisan mengusik tidur Rama. Membuatnya bangun karena risih akan suara tangisan tersebut.  Ia segera turun dari kasurnya dan pergi ke kamar Mawar.

“Kamu terbangun karena Dio? Maaf, dia sedang rewel,” ujar Mawar saat melihat Rama mendekat ke arahnya.

Jelas ia merasa tidak enak karena menganggu waktu tidur Rama. Biasanya hanya waktu tidurnya yang terganggu dengan suara tangis Dio.

“Mau kubantu? Mungkin dia bosan, aku akan ajak dia ke balkon dan melihat pemandangan luar,” ujar Rama.

Mawar mengerutkan keningnya. Ia kira Rama akan marah kepadanya karena terganggu dengan tangisan tersebut.

Rama mendekat dan beralih menggendong Dio. “Kamu istirahatlah! Biar aku yang jaga dia, kamu pasti lelah mengurusnya seharian.”

“Seharusnya kamu saja yang istirahat, tidak perlu direpotkan dengan Dio. Kamu bukan siapa-siapanya, kamu tidak wajib mengurusnya,” ucap Mawar.

“Aku sudah menerima bayaran besar untuk peran sebagai suami dan ayah untuk Dio. Jadi, aku akan memainkan peranku dengan baik, sesuai dengan apa yang sudah aku katakan sejak awal,” jelas Rama.

“Apa kamu menyayanginya dari dalam hatimu?” tanya Mawar.

“Aku suka dengan anak kecil,” jawab Rama yang kini berjalan menuju balkon kamar tersebut.

Rama menggendong Dio dan mengajaknya melihat bintang yang bersinar di langit. Ia dengan telaten mengurus Dio seperti anaknya sendiri.

Rama mencoba mengalihkan perhatian Dio pada bintang-bintang di sana. Ia berusaha berkomunikasi dengan Dio agar Dio mau bekerja sama dengannya dan tidak rewel lagi.

Mendengar tangisan Dio yang mulai mereda. Mawar pun menghampiri mereka berdua di balkon.

“Wah, kamu lebih hebat dari yang kubayangkan. Kamu memainkan peran ayah dengan sempurna,” puji Mawar.

Rama memasang wajah tengilnya, tersenyum sombong untuk menggoda Mawar.

“Dasar anak kecil! Baru aku puji segitu saja kamu sudah terbang,” gumam Mawar.

“Padahal sepertinya usia kita tidak terpaut begitu jauh, hanya saja kamu yang sudah lebih dulu mendewasakan diri,” ujar Rama.

“Kurang lebih usia kita berbeda 5 tahun, bagi seorang perempuan rentang itu terpaut jauh. Kamu yang ada di bawahku, maka aku yang semakin terlihat tua jika bersama denganmu,” jelas Mawar.

“Oh ya? Aku tidak melihat perbedaan yang jauh denganmu, mungkin karena make up mu yang selalu terlihat segar dan menutupi usia aslimu,” sahut Rama.

Mawar yang mendengar hal itu langsung tersenyum malu. Wanita mana yang tidak senang jika ada yang mengatakan seperti itu kepadanya? Sama saja Rama mengatakan bahwa ia masih terlihat awet muda.

“Mengapa perempuan selalu berbunga-bunga jika dipuji seperti itu?” tanya Rama.

“Kenapa laki-laki muda sepertimu selalu berhasil dengan kata-kata romantisnya?” Mawar berbalik bertanya pada Rama.

Rama tertawa kecil, lalu ia kembali bermain dengan Dio.

“Papah, ini papah!” Rama mengajarkan Dio untuk mulai berbicara.

Usia Dio sudah 11 bulan, ia sudah bisa berbicara sedikit demi sedikit, walau ucapan yang keluar dari mulutnya belum begitu jelas.

“Pah!” ucap Dio.

Rama langsung tersenyum senang mendengar hal itu. Baru beberapa kali ia membiasakan sebutan itu untuk Dio, ternyata Dio sudah bisa menggunakannya.

“Kenapa dia sangat mudah mengucapkan panggilan itu. Dulu saja dia sangat lambat memanggilku ‘Mamah’ suster dulu yang membantunya menyebutkan panggilanku,” gumam Mawar.

“Anak kecil ini tidak salah, dia masih polos. Mungkin kamu yang terlalu jarang bersamanya, hingga dia merasa asing denganmu,” sahut Rama.

“Sepertinya kamu banyak mengerti tentang tumbuh kembang anak,” ujar Mawar. “Kamu mempelajarinya?”

“Aku bukan ahli dan aku tidak mempelajarinya, aku hanya mengerti sebab aku merasakannya,” sahut Rama.

Rama kini membawa Dio kembali ke dalam kamar, ia tidak ingin terlalu lama membiarkan Dio terkena angin malam.

“Apa kamu sama dengan Dio?” Mawar mengerjar Rama.

“Ada kesamaan di antara kami, maka aku akan berusaha mengertinya,” jawab Rama. “Sebaiknya kamu sekarang berikan susu untuknya. Aku akan tunggu di balkon.”

Rama segera pergi dari kamar tersebut, ia meninggalkan Mawar yang hendak memberikan ASI untuk Dio.

“Dia tidak seburuk yang aku kira, dia cukup menjaga privasiku,” ujar Mawar saat melihat Rama menutup gorden jendela tersebut.

Rama sengaja keluar ke balkon itu lagi, ia akan susah tidur jika sudah bangun, tetapi ia juga tidak mau merusak privasi Mawar saat memberikan susu kepada Dio.

Ia berdiri di balkon tersebut dan memainkan ponselnya. Di sana ia membuka sebuah situs dari perusahaan informatika terkenal di negaranya.

Ia memperhatikan nama-nama pemimpin perusahaan tersebut yang tertera dalam situs itu.

“Reynald Adipati!”

“Franderen Aliano!”

“Tunggu aku!”

Tidak hanya melihat nama-nama tersebut, Rama pun memperhatikan foto-foto mereka yang ada di sana dengan tatapa penuh kebencian.

Langkahnya sudah dimulai, ia akan segera membuat sesara orang-orang yang pernah menyiksa orang-orang yang ia sayangi.

“Perusahaan apa itu?” Mawar datang dan tidak sengaja melihat sekilas situs yang tertampil di ponsel Rama.

Rama yang terkejut langsung menutup ponsel tersebut dan mentap Mawar dengan tatapan bingung. “Dio sudah tidur?”

“Iya, dia sudah tidur. Sepertinya tadi ada sesuatu yang menganggu tidurnya, maka dia kebangun. Padahal dia sendiri masih mengantuk, jadi dia mudah tertidur lagi,” jelas Mawar. “Kamu sendiri kenapa tidak tidur dan malah membuka situs perusahaan lain? Perusahaan mana itu?”

“Aku tidak mengantuk, aku ingin menikmati suasana malam ini saja di sini,” jawab Rama.

“Kamu menjawab pertanyaanku dengan baik, tetapi kenapa pertanyaan terakhirku tidak kamu jawab?” Mawar menatap Rama dengan tatapan tajam.

Rama menggeleng. “Tidak penting, tidak sengaja juga menekan profil perusahaan itu.”

Mawar hanya mengangguk, percaya saja dengan ucapan Rama. Setelah itu mereka berdua sama-sama menikmati pemandangan malam itu dengan diisi oleh keheningan di antara mereka.

“Terima kasih, ya. Terima kasih karena sudah memberikan kasih sayang kepada Dio,” ujar Mawar memecahkan keheningan.

“Biasa saja. Siapa pun orangnya akan meluluh jika melihat Dio yang memiliki wajah lucu dan menggemaskan seperti itu,” sahut Rama.

“Tapi, dia saja diabaikan oleh ayah kandungnya sendiri. Aku tidak menyangka ada yang bisa menyayanginya, aku kira dia akan selamanya hidup dalam abaian semua orang.” Mawar tersenyum tipis.

Rama menoleh dan memperhatikan senyum manis di wajah Mawar. “Dia yang mengabaikan kamu dan Dio adalah orang yang tidak pantas hidup layak di muka bumi ini. Percayalah bahwa takdir buruk akan berbalik kepadanya.”

“Kamu seperti orang yang penuh akan kebencian, apa aku benar?” tanya Mawar.

“Ya, aku bertahan hidup sampai saat ini karena kebencian dalam hatiku. Tujuan hidupku bukan lagi untuk mendapatkan kebahagiaan, tetapi untuk membalaskan sebuah dendam dari ribuan rasa sakit yang aku rasakan sejak dulu,” jelas Rama. “Apa kamu pun akan membenciku karena kebencian dalam diriku ini?”

“Aku bukan orang sebaik itu yang bisa menjauhi orang lain karena kebencian dalam dirinya. Aku pun tidak sempurna, maka aku tidak menuntut kesempurnaan,” sahut Mawar. “Tenang saja, aku tidak semudah itu menilai orang.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Dadakan Ibu Muda   Akhir Cerita Kita

    Sore ini Rama dan Reynald sudah kembali ke apartemen mereka setelah melewati hari panjang dan penuh dengan penyelesaiaan masalah ini.Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak dan mengistirahatkan tubuhnya.Saat mereka sedang duduk bersama di sana, Rama bergeser ke sebelah Reynald dan memeluknya dengan erat.“Pah, terima kasih atas segalanya,” ujar Rama.Reynald yang mendapati hal itu pun langsung menatap putranya dengan tatapan bingung.“Selama ini Papah selalu sabar menghadapiku, Papah tidak pernah marah kepadaku, meski perlakuanku kepada Papah sangatlah tidak pantas. Papah tetap berjuang untuk hubungan kita, Papah tidak pernah menyerah menghadapiku. Bahkan, di saat aku berlaku kasar kepada Papah dan menyakiti Papah dalam keadaan tidak sadar, Papah menerimanya dan malah menyayangiku lebih dari sebelumnya,” jelas Rama.“Kamu anak Papah, sudah sepatutnya Papah menyayangimu. Kamu tidak pernah menyakiti Papah,” ucap Reynald.Rama mendongak dan tersenyum kepada

  • Suami Dadakan Ibu Muda   Penangkapan

    Saat ini Rama dan Reynald sudah berkumpul dengan beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya. Mereka semua melakukan rapat tertutup di kantor mereka agar tidak ada orang yang tidak diizinkan masuk ikut dalam rapat tersebut.“Terima kasih karena Bapak-Bapak semua sudah berkumpul dan menyempatkan waktu untuk hadir dalam rapat kali ini. Sebelumnya saya meminta maaf karena mengundang kalian secara dadakan pada rapat kali, sebab ada beberapa hal penting yang harus kita bicarakan,” ujar Reynald langsung membuka pembicaraan.“Pak Reynald tidak akan mengadakan rapat dadakan seperti ini jika keadaannya tidak begitu genting. Untuk itu, Bapak bisa langsung jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi?” Salah satu kliennya menatap penuh tanya.Saat ini semua orang di ruangan itu memasang wajah penasaran dan penuh ketegangan. Pasalnya, rapat tersebut tidak akan diadakan tanpa keadaan mendesak.“Ada berita buruk dari perusahaan kami, salah pimpinan di perusahaan kami, Fran telah melakukan su

  • Suami Dadakan Ibu Muda   Kembali dan Menghancurkan

    Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Sebentar lagi mereka akan masuk tol untuk pergi keluar kota dan menuju Bandung.Selama perjalanan itu Rama hanya diam dengan tatapan kosong ke depan, sedangkan Mawar fokus menyetir mobil tersebut.Beberapa saat setelahnya tiba-tiba Rama memegang tangan Mawar. “Kita putar balik.”Mawar yang mendengar hal itu tentu langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Ada masalah apa?” tanya Mawar.“Ada hal yang harus kita selesaikan,” jawab Rama.Mawar yang masih tidak mengerti dengan ucapan Rama pun mengerutkan keningnya dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Di depan kita putar balik saja!” suruh Rama.Mawar yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguk. Ia masih melajukan mobilnya dan saat bertemu dengan tempat putar balik, ia langsung memutar balikan mobilnya dan melajukan kembali mobil tersebut ke arah apartemen tempat Rama tinggal.Saat ini yang bisa Mawar lakukan hanya mengikuti perintah Rama. Ia ti

  • Suami Dadakan Ibu Muda   Kendali

    “Om! Rama ingin tetap pergi untuk menenangkan diri, tetapi Om tenang saja karena aku akan pergi bersama dengannya. Rama sudah berjanji denganku kalau dia mau pergi denganku dan dia akan kembali nantinya jika dia sudah lebih baik,” ujar Mawar.Reynald yang mendapatkan berita baik itu pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ada cara untuk membuat putranya kembali memiliki keinginan untuk bertahan.“Om ada sebuah vila di Bandung, kalian bisa pergi ke sana untuk menenangkan diri. Vila itu terletak di desa, jadi suasananya akan jauh lebih tenang dan segar untuk kalian menjernihkan pikiran,” sahut Reynald.“Baiklah, Om. Aku akan membawa Rama ke sana, mungkin aku perlu waktu beberapa hari untuk menenangkan Rama di sana dan nantinya kami akan kembali dan melanjutkan rencana yang sudah kita buat sebelumnya,” ucap Mawar.“Tolong jaga Rama, saat ini hanya kamu yang bisa dekat dan berbicara baik-baik kepadanya. Jadi, bantu Om untuk membuatnya memiliki ambisi untuk hidup dan membuatnya kembali sep

  • Suami Dadakan Ibu Muda   Pergilah Bersamaku

    “Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,

  • Suami Dadakan Ibu Muda   Harapan Bertahan

    “Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status