Share

Bab 2. Masa Cuti yang sia-sia.

Erina sudah berada di dalam taksi yang melaju. Pikirannya belum berhenti. Matanya masih sesekali mengeluarkan air mata. Dia tidak lagi memikirkan Pria yang sudah memberinya uang Sepuluh juta tadi. Tapi Erina sedang memikirkan nasib dirinya kedepannya nanti. Bagaimana dia harus menghadapi ini semua? Agam sudah memutuskan pertunangan mereka. Lebih kejamnya, telah membatalkan pernikahan yang akan berlangsung satu Minggu lagi.

Ini bukan masalah malu. Erina tidak peduli jika dicibir keluarga atau teman temannya karena gagal menikah. Tapi Ibunya, dia harus menerima perjodohan dengan pria yang sudah memiliki beberapa istri jika dia tidak menikah dalam satu Minggu ini.

Erina menarik nafas berat. Menuruni taksi saat sudah berada di depan Rumah kontrakannya. Dia melangkah setengah malas. Lalu membanting tubuhnya di atas kasur setelah sampai di dalam kamar. Matanya menerawang jauh, seolah menembus Plafon. Bagaimana mungkin dia harus kehilangan Pria yang dia cintai lagi? Setelah dulu dia pernah kehilangan cinta pertamanya. Agam telah menjadi tenaga baginya, kekuatan saat dulu dia pernah terpuruk dan lemah.

Tapi sekarang, kembali lagi Erina terpuruk. Ditinggal oleh sang kekasih yang dia percaya. Lebih parahnya, pernikahan mereka tinggal menghitung hari.

"Rafael. Kenapa kau pergi, hanya karena tak mempercayaiku. Aku bukan wanita murahan!" Tiba tiba Erina berteriak.

Lalu sekarang Agam. Benarkah dia murahan?

Erina kembali menangis tersedu-sedu. Dia berpikir jika mungkin nasibnya sangat malang.

Rafael adalah cinta pertamanya, saat dia duduk di bangku SMA. Lalu kejadian yang memalukan, saat tiba tiba dia terbangun di kamar kakaknya dan beredar Foto mesranya bersama Suami kakaknya.

Sejak saat itu Rafael menghilang tanpa jejak. Saat dia terpuruk dan butuh seseorang, Agam datang membawa secercah harapan. Kembali membuat Erina bangkit. Agam selalu bersifat manis padanya. Tapi akhirnya, saat Erina kembali mengalami kesulitan.

Beberapa Minggu yang lalu, adiknya meminta bantuannya untuk mengantar pesanan ke Sebuah Apartemen. Erina adalah seorang Reporter salah satu Stasiun Televisi Swasta. Dia sangat sibuk dengan waktunya, tapi tetap menyisihkan waktu demi sang adik yang padahal sama sekali tidak memiliki kasih sayang padanya.

Tapi setelah mengetuk pintu Apartemen, Erina tidak lagi mengingat apapun. Dia tersadar dengan posisi tidur terlentang bersama pria tua di sampingnya dengan beberapa gepok uang di atas tubuhnya. Erina ketakutan dan langsung bangun hendak Keluar.

Zaskia dan Alya yang merupakan teman Agam sudah berdiri di ambang pintu.

"Aku tidak tau apa yang terjadi. Tolong aku." Erina menangis.

Zaskia Memberi pelukan hangat, Sementara Alya menepuk nepuk punggung Erina.

"Sudah sudah. Tidak ada yang melihat."

"Aku tidak mengerti yang terjadi." Erina kembali mengulangi perkataannya.

"Iya kami mengerti." Mereka membawa Erina keluar, sebelum Pria tua di dalam itu terbangun.

Erina mempercayai mereka tanpa berpikir kenapa mereka ada di Apartemen ini juga. Dan melupakan kejadian yang memang dia tidak pahami itu.

Erina bangkit dan menuju kamar mandi. Namun deringan Ponselnya yang begitu kuat membuatnya menahan langkah. Erina berbalik dan meriah Ponsel.

"Ada apa?" Setelah mengangkat panggilan dari Oca.

"Erin. Kamu harus ke kantor hari ini."

"Aku tidak bisa. Aku, aku sedang tidak enak badan."

"Baiklah. Kami yang akan ke sana."

"Jangan!" Belum selesai mencegah, Panggilan sudah dimatikan. Erina menunduk,menghela nafas berat. Dia sudah mengambil cuti dua Mingguan. Ia ingin menggunakan masa cuti ini untuk mempersiapkan diri menyambut hari pernikahannya. Tapi kenapa mereka menghubungi untuk urusan pekerjaan?

"Bukankah pernikahanku gagal? Jadi, cuti itu tidak perlu lagi." Erina mendengus, melanjutkan langkahnya ke kamar mandi setelah menaruh ponselnya.

Sore menjelang malam, Oca benar benar datang bersama Melda.

Kedua sahabat wanita sekaligus teman sesama kerjanya itu duduk di atas kasur Erina tepat di hadapannya.

Oca menatap Erina penuh tanda tanya. Sementara Melda menggenggam erat kedua tangan Erina.

"Kami sudah mendengar kabar." Ucap Oca.

Erina menelan ludah, tanpa menatap mereka berdua.

"Kamu yang sabar. Mungkin Agam, bukan laki laki yang tepat untukmu." Melda menepuk nepuk punggung telapak tangan Erina.

Erina menarik bibirnya dengan tipis.

"Aku tidak apa apa. Tapi bagaimana kalian bisa tau?"

"Kamu tidak tau ya? Di sosmed beredar kabar jika Agam telah membatalkan hari pernikahannya denganmu.Tepatnya di beranda pribadi Zaskia. Bahkan, aku di tag." Sahut Melda.

Erina menggeleng. Tidak seharusnya mereka sampai seperti itu. Erina kembali resah. Lagi lagi, bukan masalah malu. Tapi jika Ibu sampai mengetahui ini? Tamatlah riwayatnya.

"Tidak usah dipikirkan. Aku baik baik saja." Jawab Erina, walau hatinya terasa pedih teriris.

"Hem Baiklah. Lupakan yang tidak perlu diperjuangkan. Kita kembali pada pekerjaan saja. Bukankah itu sangat mengasikkan?" Melda mencoba menghibur.

"Ya kamu benar." Sahut Erina, masih dengan suara malas.

"Hei.. Erina. Semangat lah. Aku tahu kamu hanya korban disini. Karena kami percaya kamu seratus persen. Tidak seperti Teman teman Agam itu! Mungkin mereka yang menjebak mu!" Oca tiba tiba berkata seperti itu, membuat Erina mendongak dan otaknya berputar.

"Menjebak?"

"Ku pikir seperti itu. Karena aku tidak percaya dengan apa yang mereka katakan mengenai dirimu di status mereka. Aku tidak percaya. Karena aku jauh mengenalmu Erin!"

Saat itu, Zaskia dan Meka berada disana tanpa Alasan. Erina sendiri tidak sempat bertanya kepada mereka, kenapa mereka disana dan mau kemana.

Kepala Erina terasa pusing. Benarkah Mereka menjebak Erina? Sengaja ingin membuat hubungannya dengan Agam berakhir? Lalu untuk apa?

Yang menyuruh dia pergi kesana adalah Alika. Lalu apa hubungan Alika dengan Zaskia dan Alya?

Untuk sekarang, urusan ini sudah tidak penting lagi. Erina sedang sibuk mencari jalan keluar agar Ibu yang kemungkinan sudah mendengar kabar batalnya pernikahan dirinya, tidak akan menuntutnya.

"Apa kalian kesini hanya untuk kabar itu?" Erina bertanya kepada Oca dan Melda.

"Tentu saja tidak!" Jawab Melda.

"Kamu perlu mendengar kabar baik ini. Minggu depan, Bos memberi tugas baru untuk kita. Ah, apa kamu tau Erin? Tugas ini sangat mengasyikkan!" Melda menarik kedua pipi Gembul Erina.

"Apa itu?" Jawab Erina dengan sangat malas.

"Kita ditunjuk untuk mewawancarai Presdir Galaxy Group yang terkenal misterius itu!"

"Hem. Apanya yang mengasyikkan?"

"Menurut kabar, dia masih sangat muda dan sangat Tampan. Aku sangat penasaran. Dan Stasiun kita adalah satu satunya Stasiun yang diizinkan untuk mengadakan Wawancara dengannya. Apa itu bukan suatu keberuntungan?"

"Tapi aku Malas. Lagian, ini masih masa cuti ku!" Bantah Erina. Dia sama sekali tidak tertarik dengan wujud Presdir Galaxy Group yang saat ini sedang Trending dibicarakan oleh seluruh media. Keberadaannya sangat dirahasiakan dari publik. Ini sangat membuat penasaran seluruh dunia.

"Tidak ada gunanya lagi kamu mengambil cuti! Untuk apa? Untuk meratapi Agam sialan itu?" Oca menahan lengan Erina yang ingin beranjak. Melda pun sama.

"Ayolah Erin! Kau Reporter unggulan Perusahaan! Mana Erina yang Tangguh?"

Erina sejenak terdiam, kemudian menoleh kepada kedua temannya.

"Kamu benar. Masa cuti ku ini sungguh sia sia. Baiklah. Aku akan pergi."

Kedua temannya tertawa senang mendengarnya.

"Kita akan pergi, bertemu dengan Presdir Galaxy Group yang sangat tampan!" Oca dan Melda melonjak girang.

Komen (30)
goodnovel comment avatar
Herni Rahmawati
cerita nya bagus
goodnovel comment avatar
Oma Zian
semangat Erina lupakan semua raih masa depanmu
goodnovel comment avatar
Buk Mes
semoga aja ibu dan adiknya yang nakal ketemu batunya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status