Share

BAB 49 Pertemuan Tak Terduga

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-05-16 22:07:01

"Mas, ngapain kamu di sini? Mau jenguk papa?" Seorang perempuan dengan kemeja linen putih dan celana jeans panjangnya melangkah pelan. High heels berwarna hitam menghiasi kaki jenjangnya.

"Mas, dia ...."

Senja menghentikan ucapannya saat perempuan itu tersenyum tipis menatapnya sembari mengulurkan tangan. Senja pun berdiri lalu membalas uluran tangannya.

"Ini istri yang kamu ceritakan dan banggakan itu? Baru pertama ya kita ketemu," ujar perempuan itu sembari menatap Senja dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu tersenyum mengejek. Langit pun tahu jika perempuan itu masih membandingkan penampilannya dengan Senja.

"Benar. Aku istri sahnya Mas Langit. Senja Prameswari. Hmm ... aku harus panggil anda siapa ya? Mbak atau Ma? Oh iya, anda istri papa mertuaku kan? Sudah seharusnya aku memanggil anda mama. Betul?" Senja mengedipkan sebelah matanya. Dia ternyata memiliki keberanian untuk mengejek balik.

Wajah Tasya memerah. Jelas dia tak suka jika dipanggil dengan sebutan mama. Selama i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Harma Putri
hajaaarrr aja senja,biar uler keket tu mati hah haha ha
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
suka deh kalo karakter utama wanitanya berani . ga menye² kaya yg ada selama ini cerita² novel pd umumnya .
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
senja kereenn abis
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Bertemu Rival

    "Itu gedungnya, Gas!" Langit menunjuk gedung pernikahan Adi dan Devina hari ini. "Benar, Mas. Sesuai undangannya." Langit ikut mengangguk lalu meminta Bagas membelokkan mobilnya. Seorang petugas parkir pun membantu Bagas memarkirkan mobil itu di bagian tengah yang masih kosong. "Turun, Sayang. Biar Bagas yang mengambilkan kruk bapak." Senja mengangguk lalu turun dari mobil. Langit pun membantu mertuanya turun dan memakaikan kruk yang diambilkan Bagas di bagasi. "Bapak bisa sendiri, Lang. Kamu sama Senja itu selalu menganggap bapak seperti anak kecil," protes Anwar saat semua keperluannya dibantu oleh anak dan menantunya itu."Iya, Sayang. Bapak sudah bukan anak kecil lagi. Jangan terlalu khawatir." Langit meringis kecil saat menoleh ke arah istrinya. Anwar dan Langit pun saling senyum saat Senja mengerucutkan bibirnya. "Biar kadonya saya yang bawa, Mas." Bagas mengambil sebuah kado dari bagasi lalu membawanya keluar dari mobil. Setelah Langit mempersilakan Anwar untuk jalan leb

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Sisi Lain

    "Bu, aku mau makan nasi pecel." Susan menoleh seketika saat mendengar permintaan anak kesayangannya dari depan kamar. Abel, nyaris sebulan belakangan sudah tak pernah kambuh lagi. Susan begitu bersyukur dan berharap jika anaknya benar-benar mau menerima takdirNya saat ini. "Iya, Bel. Kita beli di depan gang depan mau? Biasanya Bi Sri jualan di sana kalau hari minggu begini." Susan membalas dengan senyum tipis. "Mau, Bu. Sekalian jalan-jalan lihat dunia luar." "Iya, Sayang. Kalau kamu mau jalan-jalan, Mbak Senja mau antar kok. Kamu tinggal bilang saja kapan maunya." "Dia hamil besar, Bu. Kasihan kalau lahiran di jalan."Susan shock mendengar jawaban Abel. Tumben sekali dia memperhatikan tentang kakaknya itu. Biasanya, dia tak pernah peduli bahkan mungkin bisa dibilang sangat senang jika melihat Senja menderita. "MasyaAllah, akhirnya kamu ... ibu bangga memilikimu, Sayang." Susan mengusap pelan puncak kepala Abel lalu tersenyum tipis meski kedua matanya berkaca-kaca. Susan merasa

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Bikin Onar

    Setelah makan malam usai, mereka duduk santai di ruang keluarga, kecuali Susan dan Senja yang masih membereskan meja makan. "Abel nggak makan, Bu? Apa masih sering kambuh?" tanya Senja cukup hati-hati karena tak ingin menyinggung perasaan ibunya. "Sudah makan, Ja. Dia bilang pengin makan bakso. Tadi sudah ibu belikan di perempatan jalan depan itu. Ibu selalu doakan dia tiap sholat, semoga Abel lekas sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Ibu nggak tega melihatnya seperti itu." Kedua mata Susan berkaca-kaca. Ibu mana yang baik-baik saja melihat anaknya depresi seperti itu. Bahkan Abel sempat mencoba untuk menggores nadinya dengan pisau saking kecewanya pada nasib. Seolah menyalahkan takdirNya, padahal semua terjadi karena kesalahannya sendiri. "Iya, Bu. Senja juga selalu mendoakan yang terbaik untuk Abel. Di saat kita sudah bahagia dan tenang seperti ini, seharusnya Abel juga ikut menikmati. Semoga kelak dia bisa berubah dan sehat kembali. Bisa lebih legowo dan menerima sep

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Hangat dan Akrab

    Hari ini ada acara makan-makan di rumah Anwar. Rumah baru yang diberikan Langit untuknya. Tak banyak yang datang, hanya keluarga besar mereka saja karena memang ingin lebih private dan tak terlalu banyak orang. "Papa darimana? Kenapa pergi nggak bilang-bilang, Pa?" protes Langit saat melihat papanya baru datang diantar supirnya, Samsul. Langit beranjak dari sofa lalu membantu papanya duduk. "Papa dari rumah ibunya Tasya, Lang.""Ngapain, Pa? Bukannya urusan perceraian sudah kelar? Barang-barang Tasya juga sudah dikembalikan semua kan?" tanya Langit cukup kaget mendengar alasan papanya. "Memang benar begitu, tapi semalam ibunya Tasya telepon katanya akhir-akhir ini ada debt colector datang. Dua laki-laki kekar itu mengancam dan meminta ibu untuk melunasi hutang Tasya 370 juta.""Astaghfirullah. Hutang sebanyak itu buat apa, Pa? Selama ini dia juga sudah kecukupan bahkan berlebih saat bersama papa." Langit geleng-geleng kepala, benar-benar tak mengerti mengapa Tasya bisa berubah se

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Hadiah Spesial

    [Kamu lagi ngapain, Sayang?]Pesan dari Langit muncul di layar saat Senja baru menyelesaikan kewajiban tiga rokaatnya. [Habis maghriban, Mas. Mas sudah sholat maghrib kan? Sekarang lagi apa?]Senja mulai melipat mukena dan meletakkannya ke tempat semula. Setelah itu menyisir rambut panjangnya lalu pergi ke luar kamar dengan memakai hijab. Meskipun di dalam rumah, Senja tetap memakai hijab sebab sering kali satpam, supir ataupun dua tangan kanan Langit itu tiba-tiba masuk lewat pintu samping. Senja tak ingin kecolongan. Lebih baik tetap menutup aurat dan membukanya saat di kamar saja. [Sudah sholat, Sayang. Ini mau makan sama Bagas. Kamu makan juga dong. Jangan sampai telat makan, kasihan si kecil yang ada dalam perutmu itu, Sayang] Senja tersenyum membaca balasan pesan dari suaminya. Benar yang dikatakan Langit, si kecil yang diprediksi berjenis kelamin laki-laki itu cukup aktif setelah bundanya kenyang. Sebaliknya, jika bundanya lapar biasanya dia akan lebih tenang seolah kehilang

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Perasaan Campur Aduk

    "Langit, kamu mau jenguk Luna? Ini istrimu?" Suara itu mengangetkan Senja dan Langit. Mereka saling tatap lalu mengangguk pelan. Senja melirik perempuan di depannya yang menatapnya dari ujung kaki sampai kepala. Entah apa yang dipikirkan perempuan itu saat ini. "Ini Tante Erina, mamanya Luna, Sayang." Senja mengangguk lalu menjabat tangan wanita di depannya itu. Keduanya pun saling senyum. "Baru kali ini Tante ketemu istrimu, Lang. Benar-benar di luar dugaan. Maaf kalau tadi agak kaget dan buat Senja tak nyaman. Mata tante ini kadang memang nggak bisa diajak kompromi. Tante benar-benar tak menyangka saja kalau Langit bisa mendapatkan istri seperti ini. Sudah tobat kamu, Lang." Erina menepuk lengan Langit. Langit pun terkekeh, sementara Senja hanya tersenyum tipis. "Hati-hati sama dia, Ja. Kadang ganas." Erina setengah berbisik lalu menatap Senja dan Langit bergantian. "Sekarang sudah jinak kok, Tante. Kan sudah ketemu pawangnya," balas Langit sembari melirik istrinya. "Oh, iya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status