Share

Kunjungan Wicaksono

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-20 23:59:23
Malam itu, di rumah keluarga besar Harjokusumo di Jogja, Wicaksono menemui Dimas Putra Harjokusumo. Dimas sedang duduk di teras bersama istrinya-- Raya sambil mengawasi anak perempuannya bermain.

"Dim, Om mau bicara sebentar boleh?" tanya Wicaksono tanpa basa-basi setelah duduk di samping Dimas. Wicaksono baru saja menjenguk Opa Dimas yang sedang sakit di kamarnya.

Dimas menoleh, heran. Dia mulai mengernyit.

"Tumben, Om. Ada apa? Kok wajah Om tegang begitu? Bikin penasaran saja," balas Dimas sembari membenarkan letak duduknya.

Raya beranjak dari tempat duduknya lalu pergi ke dapur. Dia berniat membuat dua cangkir kopi untuk suami dan tamunya. Meski ada asisten rumah tangga, tapi sesekali Raya membuat minuman dan masakan sendiri.

Wicaksono menghela napas panjang lalu manggut-manggut.

"Cukup serius, Dim," balasnya sembari meletakkan map biru di meja. Dimas melirik map itu lalu kembali mengernyit.

"Apa ini, Om?" tunjuk Dimas pada map itu.

"Kamu masih ingat kan kalau kamu pu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
NawankWulan
Udah diedit kak, cm blm ACC editor. Sambil ngantuk ngetiknya maaf yaa
goodnovel comment avatar
Melina Bule
banyak typo paragrafnya
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
kog ada byk paragraf yg diulang . udh up nya 1 bab perhari, ini ada paragraf yg diulang pula !!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Shock

    Suara ketukan pintu membuat Ririn yang sedang melipat pakaian di ruang tamu menoleh. Langkahnya sempat terhenti ketika pintu terbuka, menampilkan sesosok lelaki yang tak asing. Wicaksono tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Di belakangnya, Dimas berdiri dengan mata teduh yang menyiratkan beban besar. Ririn sempat kaget melihatnya karena ini pertemuan pertama mereka. "Assalamu’alaikum .…" Suara Wicaksono dalam, berusaha terdengar tenang."Wa’alaikumussalam." Ririn menjawab pelan, sedikit ragu. Matanya menatap bergantian pada dua lelaki di depannya. "Pak Wicaksono yang tempo hari-- Ririn tak melanjutkan kalimatnya setelah melihat anggukan Wicaksono yang membenarkan pertanyaannya. Ririn mulai tak tenang dan bertanya-tanya kenapa Wicaksono kembali datang dengan lelaki asing pula. Dia percaya ini tak sekadar bersilaturahmi biasa yang pernah dijanjikannya. "Silakan duduk, Pak. Maaf lumayan berantakan karena belum beberes," ujar Ririn lagi. Dia mempersilakan dua tamunya untuk masuk da

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Amarah Yang Meledak

    Rama menyalakan mesin mobil dengan kasar. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Di sebelahnya, Bu Rukayah duduk diam sambil sesekali melirik putranya yang mengemudi dengan kecepatan tinggi.Suasana mobil mencekam, hanya terdengar deru mesin dan napas berat Rama yang terdengar seperti mendidih."Apa-apaan ini, Bu?!" Rama akhirnya membuka suara dengan nada meledak. "Kita udah datang jauh-jauh ke sini buat minta maaf, tapi Ririn tetap nggak mau balik! Dia malah ngusir kita!" ujar Rama dengan suara meninggi. "Sabar dulu, Rama. Kita cari cara lain," balas Rukayah mencoba menenangkan."Sabar?! Sampai kapan aku harus sabar, Bu?! Dia masih sah menjadi istriku dan sekarang dia berani nolak aku mentah-mentah?! Di depan muka aku?! Dia pikir paling hebat apa?!" bentak Rama sambil membanting setir.Bu Rukayah memejamkan mata, menahan tangis. "Kalau Ririn nggak mau balik dan tetap bersikukuh memilih cerai, habislah kita, Bu." Rama kembali mengacak rambutnya kasar."Tenang saja. Langit nggak mungk

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Tutup Buku

    "Jangan sentuh aku, Mas!" Ririn menolak saat Rama ingin menarik lengannya. "Rin … aku mohon. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku janji bakal jadi suami yang bener. Nggak akan selingkuh lagi, nggak akan kasar lagi. Aku siap keluar dari rumah ibu kalau itu yang kamu mau!" Suara Rama parau, hampir menangis.Ririn menatapnya tajam. "Kenapa nggak dari dulu, Mas? Kenapa baru sekarang setelah semuanya hancur? Setelah aku nggak punya rasa lagi? Dan setelah aku berpikir sekian kali sampai akhirnya memilih pergi?"Ririn menarik napas panjang, air matanya jatuh satu per satu. Tapi suaranya tetap tegas."Maaf. Aku nggak bisa balik, Mas. Aku nggak sanggup hidup sama orang yang udah hancurin hatiku berkali-kali. Selingkuh itu bukan salah ketik, Mas. Itu pilihan. Dan kamu udah milih Sonia. Aku tak tahu hubungan kalian sampai sejauh mana. Yang jelas, pesan-pesan kalian begitu mesra bahkan kalian juga sering bertemu. Jangan harap aku bisa percaya lagi. Sekarang, ajak ibu pulang karena aku nggak mau b

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Maaf Yang Yerlambat

    Pagi ini, Ririn sedang duduk di ruang tengah setelah sibuk berkutat di dapur bersama ibunya. Dia sudah selesai memasak soto, perkedel kentang dan ayam goreng. Ibunya pamit ke rumah tetangga setelah selesai sarapan bersamanya. Ririn yang biasanya duduk santai sembari berselancar ria di ponselnya, kini memilih menonton siaran televisi. Ponselnya dia taruh dieja dalam keadaan mati. Ririn malas mendapatkan pesan dan teror telepon dari Rama sejam semalam. Belasan pesan sengaja nggak dia baca saking capek dan bosan. Puluhan panggilan juga tak dia terima karena malas bertengkar. Handphone berdering nyaring sampai tak bersuara, dibiarkan mati dengan sendirinya. Malas dengan suara ponsel yang cukup mengganggu itulah, Ririn memilih menonaktifkan ponselnya sampai sekarang. Sambil menyeruput kopi, Ririn mencari channel yang cukup menarik ditonton. Namun, kedua matanya mengerjap pelan saat mendengar suara motor berhenti di depan rumah. Tak selang lama, suara laki-laki dan perempuan terdengar di

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Persiapan Matang

    Malam ini rumah keluarga Dimas di Jogja terasa berbeda. Setelah perbincangan mengejutkan dengan Wicaksono kemarin malam, tentang adiknya yang hilang beberapa tahun silam itu, hati Dimas masih campur aduk. Dia duduk di ruang keluarga, menatap kosong tas koper yang belum terisi.Raya-- istrinya, datang sambil membawa pakaian yang sudah dilipat."Mas … aku udah siapin beberapa baju. Kalau Mas jadi ke Jakarta, bawa ini aja," ujar perempuan itu lembut. Dimas menghela napas panjang, saat Raya duduk di sebelahnya. "Aku masih bingung, Raya," lirih Dimas. "Bingung kenapa, Mas?" Raya menatap lekat suaminya yang memijit kening. "Bagaimana perasaan Ririn nanti setelah aku cerita semuanya. Apa dia bakal menyalahkan kami atau--Kalimatnya terhenti. Dimas mengingat kembali beberapa potongan memori di masa lampau saat masih bersama Ririn kecil.Raya mengusap kening suaminya, menawarkan segelas teh hangat di meja lalu kembali menatap lembut. "Mas, kamu nggak boleh terus menerus merasa bersalah da

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Keputusan

    Wicaksono dan Dimas yang duduk di teras rumah bertingkat itu sama-sama terdiam beberapa saat. Mereka baru mulai kembali bicara saat Raya meletakkan dua cangkir kopi di meja. Wicaksono duduk tenang lalu menatap Dimas dalam-dalam. "Om rasa dia memang adikmu, Dim. Orang suruhan Om sudah cari tahu siapa keluarga Susanti dan bagaimana kehidupannya. Mereka bilang Ririn memang bukan anak kandung Susanti. Ririn diajak Susanti ke Jakarta saat usianya nyaris lima tahun. Saat itulah dia baru mengurus dokumen-dokumen untuk Ririn." Dimas masih bergeming, sementara Raya yang menguping pembicaraan mereka pun mulai bertanya-tanya. Mungkinkah anak yang hilang nyaris seperempat abad silam bisa ditemukan kembali? Jika itu benar, artinya dia akan memiliki adik ipar perempuan. Beragam tanya masih lalu lalang di benak Raya, namun dia tak berani mengungkapkannya. Kini dia hanya berharap jikalaupun itu benar, semoga saja Ririn tipe ipar yang menyenangkan. "Apa benar dia masih hidup, Om? Apa benar dia kemb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status