Share

Tragedi Sebidang Tanah

Aku dan Mas Danu berjalan beriringan setelah mencuci dari sungai, sesekali tertawa berserita bagaimana dulu aku sok jual mahal kepadanya. Alhasil aku pula yang harus merayu untuk melakukan ritual malam pertama. Jika mengingat hal itu aku seperti ingin menyembunyikan wajah dari Mas Danu.

“Udahlah Mas, jangan diinget-inget terus.” Aku berjalan lebih dulu, ngambek menjadi salah satu jurus pamungkas menyembunyikan rasa a

malu.

Mas Danu mempercepat lengakh mengejarku. “Nanti kita ceritain ke anak-anak,” ledeknya di sela tawa.

“Awas aja kalau sampai bocor ke anakku.” Aku mengacungkan jari mengancam.

mas danu tertawa, terus menggodaku.

Di depan rumah kami berpapasan dengan Bik Dewi yang sedang menyapu halaman. “Dih, makin mesra aja kalian,” cetusnya.

“Eh Bik, pagi-pagi udah nyapu, rajin banget. biasanya nunggu Indah.” Aku tersenyum ramah, sudah pasti ucapanku itu akan membautnya kesal.

Memang bukan rahasia umum lagi Bik Dewi akan menunggu menantunya untuk beberes rumah. Terkadang masak pu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status