Suami Dadakanku Ternyata Bos Kaya Raya

Suami Dadakanku Ternyata Bos Kaya Raya

Oleh:  Pinter Man   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
28Bab
3.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Anisa gadis yang telah mendapat gelar perawan tua tak punya pilihan lain selain menerima pinangan dari pemuda yang tak dikenalnya. Gagal nikah lebih dari tujuh kali membuatnya frustasi. Umur yang telah menginjak 35 tahun membuatnya banyak ditolak keluarga mantan kekasih. Gila kerja, membuat Anisa tak memikirkan pernikahan. Namun, siapa sangka, ayahnya membawa seorang lelaki pulang dalam keadaan keritis karena kecelakaan. Beberapa bulan kemudian, sang ayah meminta lelaki yang tak diketahui identitasnya itu untuk menikahi Anisa, anak tunggalnya. Selain karena Pak Karso dan istrinya Ruminah tak lagi muda, mereka khawatir tak ada yang menjaga sang putri. Lelaki bernama yang mereka sebut Danu itu menerima permintaan Pak Karso. Annisa pun tak punya pilihan ia menerima usul sang ayah. Terlebih, ia masih sakit hati dengan sahabat dan mantan calon suaminya yang telah mengkhianati dirinya.

Lihat lebih banyak
Suami Dadakanku Ternyata Bos Kaya Raya Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ely MR
suka ceritax....
2024-03-28 05:20:34
0
user avatar
Isabella
lanjut thoer ceritanya seru
2024-03-21 11:16:55
0
user avatar
Anastasya Inkndut
lanjut.... baguss
2024-03-18 11:33:39
0
28 Bab
Pengkhianatan
“Bang ngapain disini?” tanyaku kepada Bang Roy, calon suamiku. Kami akan menikah satu minggu lagi, semua sudah dipersiapkan, tetapi malam ini, saat aku mengantar beberapa tumpuk undangan agar sahabatku Ranti membantu menulis nama teman-teman yang akan kami undang, kudapati Bang Roy keluar dari kamar milik Ranti. Rumahku dan Ranti tak jauh, hanya berjarak lima rumah, biasanya jika aku datang dan melihat pintu terbuka, aku akan langsung masuk mencari sahabat masa kecilku itu.“Ini … anu .…” Bang Roy tampak kikuk, menggaruk kepalanya yang sudah pasti tak gatal.Aku memperhatikan dirinya yang hanya memakai celana kolor dan dan kaos oblong. Dia bahkan berpakaian tak selayaknya seperti bertamu. Aku juga tahu, jika kedua orang tua Ranti sedang pergi. Bukankah tak pantas, seorang laki-laki berada di rumah seseorang yang memiliki anak gadis selarut ini? Terlebih, tak ada orang lain di rumah itu.Belum sempat Bang Roy menjawab, dari dapur Ranti keluar hanya menggunakan handuk, mengibas rambutn
Baca selengkapnya
Mereka Datang
Hingga pagi kutunggu, ternyata Bang Roy maupun Ranti tak berniat datang untuk mengatakan sepatah katapun. Tak ingin mengulur waktu lagi, aku memutuskan untuk mengatakan apa yang terjadi kepada bapak dan ibu. Pernikahan ini tak boleh dilanjutkan. Namun, baru saja kaki melangkah, kudengar suara Bik Sri menangis di luar. Ah, mungkin dia sudah tahu kelakuan bejat anak perempuannya itu.Kupercepat langkah menuju ruang tamu, dan menemukan Bik Sri dan Ranti telah bersimpuh dibawah kaki ibu. Sementara ibu, beliau membuang wajah tak ingin menatapnya.“Maaf Mbak, tolong batalin pernikahan Nisa sama Roy, soalnya anakku dan Roy semalam khilaf Mbak,” pinta Bik Sri memohon dengan uraian air mata di pipinya.Ibu mencebik menatap Ranti yang berlutut, menunduk tak berani mengangkat wajah.“Rupanya anakmu itu murahan ya, Sri. Segitunya gak bisa dapetin apa yang Nisa punya sampai rela jadi wanita murahan,” caci ibu.Bik Sri hanya bisa meratap dengan tangis, sepertinya ia tak punya muka untuk melawan ibu
Baca selengkapnya
Danu
Kegagalan pernikahan beberapa bulan lalu kini membuatku benar-benar tak percaya dengan laki-laki manapun. Katanya, cinta adalah perjuangan, tetapi nyatanya dari sekian banyaknya laki-laki yang mengatakan ingin bersamaku, mereka pada akhirnya tak ingin memperjuangkan diriku hingga akhir.“Mau kemana, Nduk?” tanya Bik Sri. Kebetulan kami berpapasan di jalan, aku hendak mengantar teh dingin untuk ayah yang sedang matun di sawah. Sejak perkelahian kami malam itu, jika kami bertemu, Bik Sri pasti akan menghindar. Daripada menyapaku, dia lebih memilih memutar badan, terlebih setelah pernikahan Bang Roy dan Ranti, tiga bulan kemudian Ranti melahirkan, menambah sayatan luka di dadaku, sudah kupastikan mereka tak hanya melakukannya sekali. Entah sejak kapan mereka menikungku diam-diam. Namun, siang ini Bik Sri terlihat ingin sekali menyapaku.Aku mengangkat sedikit capil yang bertengger di kepala. “Ngantar teh untuk Bapak,” jawabku sekenanya. “Bibik mau nganter ini, kebetulan tadi buat banyak
Baca selengkapnya
Nikah Juga
Danu menatapku, begitu juga aku, sejenak kami saling pandang. Namun, secepatnya aku mengalihkan pandangan dari pemuda itu.“Bapak ini ngomong apa,” ucapku sedikit kesal. “Bapak ini gimana, ya jelas anak Bapak yang cantik itu ndak mau sama aku.” Danu terkekeh, tapi bisa kulihat ia salah tingkah.“Bapak serius lho.” Bapak menatapku dan Danu bergantian, memang tak ada raut bercanda di wajahnya. “Bapak sama ibuk kan udah tua, nanti siapa yang jaga Nisa? Dia itu sendirian, enggak punya saudara. Bapak pengen lihat dia menikah,” ujar bapak serius.Wajahnya yang terlihat sudah keriput termakan usia tak sedikitpun memperlihatkan raut wajah bercanda. “Ibuk juga sakit-sakitan mikirin anak gadisnya,” sambung bapak, tangannya menggenggam lembut jari jemariku yang memilin ujung baju. Aku tak bisa berkata-kata, menolak pun tak mungkin. Aku hanya bisa pasrah, mungkin pilihan bapak ini yang terbaik untukku.“Tapi kan, aku enggak punya apa-apa dan siapa-siapa Pak, aku ini sebatang kara,” lirih Danu,
Baca selengkapnya
Bos Rangga!
“Mana mungkin nyaingin Roy, mereka nikah juga pasti karen Nisa sakit hati enggak jadi nikah sama Roy, makannya desak mau nikah sama siapa aja yang datang,” cela Buk Sari, mama Bang Roy. Suara gemerincing gelang yang hampir memenuhi kedua tangan itu tak kalah berisik dari mulutnya. Setiap berbicara ia pasti mengguncang tangannya agar gelang-gelang itu terus berdenting. Entah apa maksudnya, mungkin agar terlihat lawan bicaranya, padahal tanpa melakukan itu semua orang juga tahu keluarganya terpandang di desa kami.Aku berusaha tak menggubris ucapannya, asyik memilah sayur di gerobak Mang Jaka, penjual sayur yang selalu setia berkeliling di depan rumah setiap pagi. “Eh, Neng Nisa, denger-denger udah nikah yak, kok enggak ngundang sih?” goda Mang Jaka, aku hanya tersenyum ramah menanggapinya.“Gimana mau ngundang sih Mang, dia aja enggak ngadain pesta. Malu lah, takut kali nanti nikahnya gagal lagi, atau mungkin calonnya enggak punya duit makannya cuma akad aja. Aku denger juga maharnya
Baca selengkapnya
Siapa Sebenarnya Dia?
“Siapa mereka?” tanyaku setelah kami berhasil bersembunyi di kebun pisang.Alih-alih menjawab, Danu membekap mulutku agar aku tak mengeluarkan suara, rupanya dua orang itu masih berada di sekitar persembunyian kami.Mas Danu melihat sekeliling setelah beberapa saat. Pikiranku mulai tak tenang, melayang entah kemana. Apa dia musuhnya, apa dia pencuri? Apalagi... setelah Mas Danu membelikanku banyak hal di pasar tadi, jangan-jangan uangnya bukan punya dia!? Ah, jiwa penasaranku sudah memberontak tak karuan meminta jawaban, ingin aku pertanyakan banyak hal kepadanya.“Udah aman,” ujarnya sambil menarik perlahan tanganku agar mengikutinya.“Siapa mereka, Mas? Kenapa kita lari?” tanyaku, dadaku masih berdegup kencang, nafas tersengal tak beraturan.“Bukan siapa-siapa, kamu enggak usah khawatir,” jawab Mas Danu enteng, ia terus berjalan pelan menggandeng tanganku sembari melihat kanan dan kiri.Memintaku untuk tidak khawatir, tetapi jelas ia sendiri merasa khawatir jika ditemukan oleh merek
Baca selengkapnya
Hinaan
“Mas,” kupanggil Mas Danu yang masih asyik mencangkul di tengah sawah. Berulang kupanggil sepertinya lelaki itu tak mendengar. Hati-hati berjalan di pinggiran sawah menghampiri Mas Danu, kutepuk perlahan pundaknya, terkejut melihatku hampir saja membuatnya terjungkal.“Loh Mbak, ngapain panas-panas kesini,” ujarnya.“Mbak-mbak, aku ini bukan mbakmu,” sungutku kesal. Menggaruk kepala yang jelas terlihat tak gatal itu, meringis memperlihatkan baris giginya yang rapi. Mas Danu salah tingkah, gegas keluar dari sawah dan mengikutiku yang berjalan lebih dulu menuju saung tempat biasanya dia beristirahat.“Jujur sama aku Mas, kamu dapat uang darimana buat lunasin hutang Ibuk? Itu enggak sedikit, terus Bik Ratna juga bilang katanya kamu kasih uang lebih. Jangan bilang kamu ngutang Mas,” cecarku tanpa menunggu ia duduk lebih dulu.“Ngutang apa sih Dek, itu uang hasil kerja aku,” jawabnya meyakinkan.Aku menyipitkan mata, kerja? Aku tahu apa pekerjaanya, mana mungkin tiga bulan dia bisa mendap
Baca selengkapnya
Pengen Cucu
Aku terdiam beberapa saat setelah mendengar ucapan Mas Danu. Lelaki di depanku itu memang tak pernah kutahu asal usulnya, tak pernah kutanya bagaimana kisah hidupnya. Entah dia benar-benar kehilangan ingatan atau enggan memberitahukan kehidupannya lantaran ada suatu masalah, serta bapak tak pernah mendapatkan kepastian medis kalau Mas Danu benar-benar kehilangan ingatan. Namun, mendengar ucapannya sedikit ada yang mengiris hatiku. Dia mau menikahiku yang sudah terbilang tak lagi muda, jika dibanding dirinya yang tampan dan pasti umurnya lebih muda dariku harusnya dia yang malu. Terlebih, jika dilihat bukan seperti dari kalangan orang desa. Kulit lelaki yang lebih halus dariku, aku tahu betul dia bukanlah lelaki yang pernah bekerja keras.“Ngapain aku malu, bukannya bapak yang milih kamu, udah pasti bagi bapak kamu terbaik buat aku,” jawabku.Hening, tak ada lagi pembicaraan diantara kami, aku bergelut dengan pikiranku sendiri sementara Mas Danu entah sedang fokus menyetir sepedanya at
Baca selengkapnya
Lampu Hijau
Mas Danu menautkan alisnya. “Beneran enggak papa?” tanyanya memastikan.Aku mengangguk lemah, lekas menuju ranjang dan merebahkan tubuh, menarik selimut hingga menutup seluruh tubuhku, menyisakan wajah. Kutarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan secara perlahan.“Dek,” panggilnya.Tak ingin memutar badan, aku berdehem menjawab ucapanya.“Hem, ada apa?”“Soal tadi, kamu jangan ambil hati ya, aku enggak mungkin jujur sama Bapak,”Mas Danu duduk di bawah ranjang.Karena kamarku yang tidak terlalu luas membuatnya tidur tepat di samping ranjangku dengan alas kasur lantai.Aku mengangguk lemah. “Lagi pula itu hak kamu Mas, aku udah jadi istrimu,” lirihku. Aku tak mungkin egois, bagaimanapun dia sudah suamiku, sepantasnya meminta haknya dan aku tidak boleh menolak.“Aiu enggak mungkin ngelakuin itu kalau kamu enggak rela, nanti aku dituduh kasus pemerkosaan,” candanya diikuti tawa.Aku terdiam. Jaman sekarang mana ada lelaki yang tahan, pikirku. Dulu, saat hari pernikahanku dengan Bang Roy
Baca selengkapnya
Siapa Sebenarnya Suamiku?
DUA TAHUN BERLALU“Tuh kan, untung aja anakku nikah sama orang lain, kalau nikah sam Anisa udah pasti enggak punya anak,” caci Bu Sari.“Nisa kok belum ngisi sih? Kalian enggak ada rencana buat periksa gitu ke dokter? Nih lihat, aku aja udh hamil anak kedua.” Ranti mengelus perutnya meski masih rata, tetapi sepertinya ia memang sedang hamil terlihat dari wajah pucatnya. Senyum mengejek ia sunggingkan.“Iya sih, itu anakku juga udah ngisi,” timpal Bik Santi. Beberapa ibu-ibu lain hanya tersenyum menanggapi ucapan mereka.Aku menghela nafas dan tetap menebar senyum. “Enggak papa, mungkin memang belum waktunya. Yang penting enggak hamil duluan,” balasku.Kulirik Ranti, ia memalingkan pandangan sesekali mentapku penuh kekesalan. “Ya udah aku pamit duluan ya Buk, udah siang mau buatin makanan buat Mas Danu.” Aku berlalu dari kerumunan ibu-ibu yang sedang berbelanja.Sudah dua tahun pernikahanku dengan Mas Danu, tetapi sepertinya Tuhan memang belum mempercayakan kepada kami seorang anak. Ak
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status