Home / Romansa / Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat / Bab 6 Cepatlah Pergi ke Rumah Suamimu

Share

Bab 6 Cepatlah Pergi ke Rumah Suamimu

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2024-03-15 15:35:31

"Aku setuju.” Damar tersenyum, lalu mengangguk pelan.

Mereka berdua lalu berjabat tangan, tanda telah menyetujui perjanjian pernikahan. Meski tidak ada perjanjian secara tertulis—belum, tetapi Soraya yakin, Damar adalah pria yang bisa dipercaya.

Tidak hanya itu, Damar bahkan pria yang begitu perhatian. Sebab, sebelum mereka kembali masuk ke Gedung pernikahan Sabrina dan Cakra, pria itu meminta Soraya untuk mengganti bajunya dengan baju yang telah disiapkan oleh pria itu.

“Kapan kamu menyiapkannya?” Soraya bertanya saat seorang perempuan yang tebakannya adalah orang suruhan Damar, membawakannya sebuah gaun pernikahan. “Melihatmu menyiapkan semuanya, aku curiga kalau kamu bukan pelayan biasa.”

Kerutan di dahi Soraya tidak hilang-hilang ketika bertanya. Banyak kejanggalan yang ia temukan pada Damar, sikapnya dan juga kesiapannya pada pernikahan dadakan mereka.

Namun demikian, pria itu hanya tersenyum. “Meski pernikahan ini dadakan, aku ingin istriku memakai gaun semestinya.” Damar menunjuk kotak hitam yang berisikan baju pernikahan. “Meskipun itu hanya sebuah gaun sewaan.”

Soraya menatap kotak yang dipegangnya dan Damar secara bergantian. Gaun sewaan? Pikirnya lagi-lagi curiga.

Di kotak itu tertulis sebuah merk gaun ternama, yang mana ia yakin betul merk itu tidak menerima sewa, apalagi untuk gaun pernikahan. Tetapi, karena tidak memiliki waktu lagi karena pernikahan mereka akan segera dilaksanakan … Soraya pun akhirnya memilih untuk percaya.

Tepat setelah pernikahan Sabrina dan Cakra selesai digelar, ketika tamu sudah mulai meninggalkan gedung … pernikahan Soraya dan Damar dilaksanakan.

Meski diadakan dengan dekorasi sisa pernikahan adiknya, mendapati dirinya tetap menjadi pengantin wanita di hari ini nyatanya membuat Soraya gugup.

Tidak ada penyambutan kala dirinya jalan ke altar seperti pengantin lainnya, tapi Soraya tetap senang. Senyumnya tidak luntur kala ia melangkah menuju altar. Terlebih, saat melihat Sabrina terkejut sebab ia memakai gaun pernikahan juga.

Damar dan Soraya mengikat janji. Keduanya kini telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Tepat setelah itu, Bu Amber menghampirinya. Bukan untuk mengucapkan selamat, melainkan datang dengan ucapan sinisnya.

"Setelah ini, kamu bisa mengemasi barangmu dan mengikuti suamimu. Kami tidak punya lagi kewajiban memberikan nafkah padamu."

"Tenang saja, Bu. Soraya sudah jadi tanggung jawab saya. Perihal nafkah, Anda tidak perlu khawatir."

Melihat kepercayaan diri tumbuh begitu besar di wajah kakak iparnya, Sabrina lantas berdecih. “Percuma punya wajah tampan, kalau kamu tidak kaya, Kakak Ipar.”

"Biarlah, Sayang. Dia dan Soraya memang pasangan yang cocok. Sama-sama berstatus rendah," ledek Cakra.

Soraya ingin membalas ucapan Cakra. Tapi Damar mencegahnya agar tidak menimbulkan keributan untuk kedua kalinya. “Terima kasih telah memberiku kesempatan menikahinya, Cakra.”

Di hadapannya, Cakra terlihat geram kala namanya disebut. Pria itu mengepalkan kedua tangan. “Meski kamu kakak iparku, bukankah seharusnya kamu tau sopan santun?”

“Sudahlah, Sayang. Mereka memang tidak punya otak! Jangankan otak, uang saja mereka mungkin tidak ada.” Sabrina mencoba menenangkan suaminya yang mulai kepanasan. “Lihat saja bajunya, meski itu sangat mirip dengan merk ternama, aku yakin itu hanyalah gaun imitasi. Mana mungkin, seorang pelayan dan anak angkat yang hanya desainer tidak berbakat mampu membeli gaun seperti itu, kan?”

Kini, Soraya tidak bisa diam lagi. Kekesalannya sudah mencapai puncak, sebab hinaan dari Sabrina bukan lagi mencecarnya, tetapi juga sang suami.

“Dengar, ya, Sabrina! Meski gaunku hanya gaun sewaan, aku senang karena gaun ini diberikan suamiku untukku!” Soraya memandang gaun yang dikenakan Sabrina dengan decihan, lalu bergantian menatap Cakra dengan pandangan murka. “Bukan seperti suamimu, memberikan gaun yang seharusnya untuk orang lain. Iya kan, Cakra?”

Seketika Cakra membulatkan matanya, ternyata Soraya menyadari kalau resepsi pernikahannya menggunakan semua ide yang dicetuskan oleh Soraya kala masih pacaran. Tapi Cakra berhasil menutupi kegugupannya itu dengan merangkul Sabrina yang kini resmi menjadi istri sah.

“Kamu ini bicara apa sih, jangan mengada-mengada deh,” ucap Cakra.

“Aku punya buktinya, Cakra. Apa kamu mau aku permalukan lagi,” balas Soraya dengan sorot mata yang tajam.

“Cukup Soraya. Jangan bertingkah konyol lagi di depan umum seperti ini,” tegas Pak Kwong.

Pak Kwong memberikan tiket pesawat untuk bulan madu, Cakra dan Sabrina. Lengkap dengan hotel dan fasilitas lainnya. Hati Soraya menjadi sesak, karena melihat hal itu. Beruntung sekali Sabrina mempunyai orang tua yang menyayanginya. Seandainya itu adalah Soraya, saat ini mungkin dia sudah menjadi orang yang paling bahagia.

“Cepatlah pergi bulan madu, anakku. Kalian harus menikmati masa indah pernikahan yang telah disiapkan oleh ayahmu,” ucap Bu Amber sembari melirik Soraya dengan senyuman menghina. Mungkin dia sadar mimik wajah Soraya yang menunjukkan kesedihan.

“Soraya, kamu tidak boleh iri denganku karena mendapatkan semua ini dari ayah dan ibu,” ledek Sabrina.

“Aku tidak akan pernah iri denganmu, karena suamiku akan mengajakku bulan madu setelah ini,” balas Soraya sambil menggandeng erat tangan Damar. “Iya, ‘kan, sayang?”

Damar hanya mengangguk tanda ia menyetujui pernyataan istrinya. Sedangkan Sabrina mendecih kesal, bisa-bisanya Soraya masih bisa menyombongkan diri menikah dengan seorang pelayan. Memangnya seorang pelayan bisa membawanya bulan madu kemana.

“Sabrina, jangan buang waktumu untuk hal yang tidak penting,” ucap Bu Amber. “Cepatlah pergi bersiap-siap untuk bulan madu,” imbuh Bu Amber. Sabrina mengangguk, lalu menggandeng Cakra dengan bahagia meninggalkan tempat itu.

Bu Amber menatap Soraya yang membuatnya kesal sekaligus malu di hari pernikahan sang putri hari ini.

“Kamu juga cepatlah pergi. Bukannya tadi kamu sudah bilang bisa menafkahi Soraya,” ucap Bu Amber sambil melipat kedua tangannya.  

Damar menggenggam jemari tangan Soraya seraya membisikkan kalimat, “Pamitlah ke orang tuamu, kita akan pulang sekarang,”

“Kita langsung ke rumahmu sekarang?”

Damar hanya mengangguk pertanda mengiyakan. Soraya menatap kedua orang tua angkat yang ada di depannya itu, “Ayah, Ibu, saya pamit,” ucapnya kemudian. Bagaimanapun juga Pak Kwong dan Bu Amber sudah mengasuhnya, jadi ini adalah penghormatan terakhir untuknya. Pak Kwong mengangguk, sedangkan Bu Amber mengibaskan tangannya tanda menyuruh Soraya segera pergi dari hadapannya.

Soraya pergi, mengikuti langkah kaki Damar yang menggandeng tangannya. Hatinya sesak mengingat semau impian pernikahnnya dipakai orang lain. Tapi dia lega juga karena sudah tidak lagi menjadi beban di keluarga Kwong.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Damar, Soraya hanya melamun, larut dalam pikirannya sendiri. Hingga tidak terasa mereka berdua sudah sampai di depan rumah mewah.

“Ayo turun, kita sudah sampai,” ajak Damar.

“Damar, kamu mau ajak aku tinggal di rumah majikanmu?” tanya Soraya yang kebingungan karena yang dia lihat adalah sebuah rumah mewah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Nah . Damar horang kaya. ...terus aja menghina Soraya Sabrina ntar kamu kaget kalo tau damar tajir melintir hihi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 117 Hidup Bahagia bersama Damar. (Tamat)

    Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 116 Aku bersumpah tidak akan ada wanita lain.

    Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 115 Balas Dendam

    Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 115 Tidak bisa melawan keluarga Huang

    Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 114 Kenapa dia beruntung

    Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   bab 113 Jangan bawa-bawa istriku

    Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status